![]() |
cover | topik.id |
Pendaftaran partai politik sebagai peserta pemilu dijadwalkan akan ditetapkan pada bulan Agustus 2022. Kemudian verifikasi partai politik (parpol) calon peserta pemilu akan ditetapkan pada Desember 2022.
Pemilu 2024 ini akan dilaksanakan bersamaan dengan Pemilu Anggota DPR, DPD, dan DPRD seluruh Indonesia sementara Pemilu Kepala Daerah baru akan dilaksanakan pada bulan November 2024 mendatang.
Mengingat waktu yang sudah mendekat, Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta kepada parpol menjaga situasi kondusif politik, terutama di tengah keadaan global yang tidak menentu.
"Pemilunya sudah tinggal Februari 2024, awal loh berarti, tinggal setahun praktis, iya kan? Tetapi menjaga kondusivitas politik, karena tidak terdukung oleh keadaan global itu yang harus kita tahu semuanya, hati-hati. Keadaan ini tidak sedang normal-normal saja," jelasnya.
Memberikan solusi krisis multidimensi global sangat dibutuhkan rakyat di tengah urgensi transformasi politik di Indonesia.
Presiden Jokowi juga berpesan agar partai-partai politik mempertimbangkan waktu yang tepat dalam mengumumkan capres dan cawapres.
"Saya ulang ya, bahwa yang namanya capres, cawapres, itu disiapkan oleh partai atau gabungan partai. Nanti yang pilih rakyat, bukan saya. Partai atau gabungan partai, yang milih rakyat, sehingga sekali lagi, hati-hati memilih capres dan cawapres," tegasnya.
Lantas bagaimana para parpol mengukur popularitas untuk menghadapi Pemilu 2024 di tengah krisis global multidimensi dan digitalisasi?
Tim data TOPIK.ID, Rabu (16/11/2022) mencoba mengukur popularitas para parpol besar dengan alat bantuan Google Trends secara real-time di mana parameter dan sample data yang relevan diambil dari kategori 'Rakyat dan Masyarakat' item pencari keseluruhan dengan wilayah Indonesia dalam rentan waktu 30 hari terakhir.
Nama kueri dari perbandingan ini diambil dari lima parpol terbesar dengan parameter kueri teratas seperti partai: NasDem, PDIP, Golkar, Gerindra dan Demokrat.
Jika perbandingan lebih spesifik di wilayah seluruh Indonesia, maka data yang disajikan Google Trend menunjukan popularitas Partai DasDem meroket tajam dengan nilai rata-rata 27, PDIP membayangi popularitas terbanyak nomor 2 dengan nilai rata-rata 16.
![]() |
Google Trends |
Berikut datanya sesuai pertanggal 16 November 2022, rentan waktu 21:30 WIB:
1. NasDem: Nilai rata-rata 27.
2. PDIP: Nilai rata-rata 16.
3. Golkar: Nilai rata-rata 5.
4. Gerindra: Nilai rata-rata 11.
5. Demokrat: Nilai rata-rata 4.
Data statistik di bawah secara real-time diperbarui sesuai kategori 'Rakyat & Masyarakat'
"Angka mewakili minat penelusuran berdasarkan poin tertinggi pada diagram untuk wilayah dan waktu tertentu. Nilai 100 menunjukkan istilah berada di puncak popularitas. Nilai 50 menunjukkan istilah dengan popularitas separuhnya. Nilai 0 menunjukkan tidak tersedia cukup data untuk istilah tersebut," tulis Google dalam hasil data trends tersebut.
Beranda Google Trends menampilkan gugus-gugus topik yang dideteksi Google sebagai berkaitan dan sedang tren bersama-sama di Search, Google News dan YouTube.
"Trending Stories dikumpulkan berdasarkan teknologi Grafik Pengetahuan Google, yang mengumpulkan informasi penelusuran dari ketiga platform Google untuk mendeteksi kapan berita sedang tren berdasarkan lonjakan relatif dalam volume dan volume mutlak penelusuran," terang Google di halaman resmi Google News Initiative.
Sementara itu, Google juga memberikan data yang relavan sesuai perpandingan skala sub wilayah per provinsi:
Di halaman Google News Initiative juga mengutarakan jurnalis dapat menampilkan data Trends dalam berita untuk mengilustrasikan tingkat ketertarikan umum, misalnya, kandidat politik, masalah sosial, atau peristiwa.
"Jurnalis dapat menggunakan informasi ini untuk mengeksplorasi ide-ide cerita potensial, dan juga dapat menampilkan data Trends dalam berita untuk mengilustrasikan tingkat ketertarikan umum, misalnya, kandidat politik, masalah sosial, atau peristiwa," ungkap Google.
Apa itu data Google Trends?
Ada banyak cara untuk menempatkan data Google Trends dalam konteks. Untuk menempatkan tren politik ke dalam perspektif, pengguna dapat membandingkan tingkat minat penelusuran dengan topik yang sangat sering ditelusuri.
Yang terutama, penting untuk diketahui bahwa Google Trends bukanlah pengganti data pemungutan suara. Minat penelusuran tidak ada hubungannya dengan niat pemilih.
"Pengguna Google dapat menelusuri partai atau politisi karena sejumlah alasan, tanpa bermaksud untuk memilih mereka. Data Trends hanya menunjukkan hal-hal yang ingin diketahui lebih banyak oleh pengguna Google," jelas Google.
Untuk melihat data keseluruh secara real-time bisa mengikuti Google Trends, klik di sini.