mobil listrik | cover: topik.id |
Green Fund akan menjadi platform khusus untuk menangkap peluang investasi dalam ekosistem EV yang sedang berkembang.
Atas dasar itu Pemerintah Republik Indonesia (RI) terus melakukan upaya untuk mendorong percepatan pembangunan ekosistem kendaraan listrik di tanah air guna mendorong realisasi investasi yang terkait pembangunan ekosistem tersebut.
Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengungkapkan sudah memutuskan dalam rangka percepatan pembangunan investasi di mobil listrik setelah ia mengikuti rapat terbatas (ratas) mengenai pengembangan ekosistem kendaraan bermotor listrik berbasis baterai yang dipimpin oleh Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) di Istana Kepresidenan Jakarta.
"Alhamdulillah tadi kita sudah memutuskan dalam rangka percepatan pembangunan investasi di mobil listrik. Sekarang kan yang sudah terjadi adalah Hyundai, yang sudah beroperasi, akan ke depan akan masuk BYD sama Wuling serta beberapa pabrik mobil lain lagi," ungkap Bahlil di Komplek Istana Kepresidenan Jakarta seperti dilansir dari laman setkab.go.id, Senin (31/07/2023).
Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia |
Lanjut Bahlil, untuk mendorong ipercepatan itu, pemerintah menyiapkan sejumlah langkah komprehensif baik dari segi regulasi maupun intensif, termasuk mengenai pajak pertambahan nilai atau PPN.
"Tadi kita sudah membahas agar bagaimana caranya kita bisa kompetitif dengan negara-negara lain, seperti di Thailand, kemudian Malaysia. Karena kalau tidak kita segera membahas ini, maka pasti kita akan melakukan ketertinggalan dari negara-negara tetangga kita," jelasnya.
Sebelumnya, Indonesia Investment Authority (INA), lembaga sovereign wealth fund Indonesia telah menandatangani nota kesepahaman atau MoU dengan Contemporary Amperex Technology Co., Limited (CATL) dan CMB International Corporation Limited (CMBI) di momen konferensi B20 di Bali, Senin (14/11/2022) tahun lalu.
Nota Kesepahaman yang ditandatangani terkait Green Fund sekitar USD 2 miliar atau sekitar Rp 29,6 triliun yang difokuskan untuk membangun rantai nilai dari hulu hingga hilir bagi kendaraan listrik electric vehicle (EV) terutama di Indonesia.
Kesepakatan itu sebagai bentuk dukungan keberlanjutan dan komitmen Indonesia mencapai target Net Zero Emission pada 2060. Green Fund akan menjadi platform khusus untuk menangkap peluang investasi dalam ekosistem EV yang sedang berkembang.
Indonesia memiliki posisi strategis untuk menjadi pemain utama dalam rantai pasok EV global, mengingat seperempat dari cadangan nikel dunia ada di Indonesia.
Nikel merupakan bahan utama dalam produksi baterai. Menangkap peluang tersebut, Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) bersama empat BUMN sektor pertambangan dan energi, yakni Holding Industri Pertambangan - MIND ID, PT Antam Tbk, PT Pertamina (Persero) dan PT PLN (Persero) telah mendirikan PT Industri Baterai Indonesia/Indonesia Battery Corporation (IBC) di kuartal pertama tahun 2021 lalu.
IBC diamanahkan untuk fokus pada pengelolaan ekosistem industri baterai kendaraan bermotor listrik (Electric Vehicle Battery) yang terintegrasi dari hulu hingga hilir untuk memaksimalkan potensi sumber daya mineral di Indonesia.
Menteri BUMN, Erick Thohir |
Menteri BUMN Erick Thohir mengungkapkan Indonesia mengambil kebijakan hilirisasi industri minerba, salah satunya fokus pengembangan industri EV battery untuk menangkap peluang yang lebih besar di masa depan.
"Kekayaan nikel kita adalah modal untuk pengembangan supply chain EV battery dari hulu ke hilir. Sejak Indonesia mengambil kebijakan hilirisasi industri minerba, salah satunya fokus pengembangan industri EV battery, banyak perusahaan internasional yang ingin menjajaki kerjasama dengan Indonesia. Karena itu, keterlibatan dan kepercayaan INA, CATL dan CMBI dalam pengembangan EV battery, harus kita apresiasi," jelas Erick Thohir di Badung, Bali, Rabu (16/11/2022).
Lanjutnya, guna memperkuat ekosistem yang dibangun, IBC dan ANTAM menjalin kolaborasi dengan pemain baterai global melalui penandatanganan Framework Agreement pada tanggal 14 April 2022 untuk inisiatif proyek baterai kendaraan listrik (EV battery) terintegrasi.
Perkiraan total nilai investasi dari mitra global ini mencapai sebesar USD15 Miliar atau setara dengan Rp215 Triliun.
Sejalan dengan upaya transisi energi tersebut, Kementerian BUMN turut mendukung pengembangan EV dalam ranah praktis dengan mendorong percepatan program kendaraan bermotor listrik berbasis baterai (battery electric vehicle) untuk transportasi jalan di lingkungan BUMN.
"Indonesia perlu mendorong percepatan transisi ini. Salah satunya dengan membangun pabrik baterai kendaraan listrik, yang bahan baku utamanya nikel. Peningkatan nilai tambah komoditas nikel ke depan, tak hanya akan mampu membuat kita memenuhi kebutuhan dalam negeri, tapi akan menjadikan Indonesia sebagai pengekspor utama baterai di dunia," beber Erick.