![]() |
cover |
Laporan ini mengelompokkan tren-tren ini ke dalam tiga kategori utama: Eksperimen Konten, Pendengaran Sosial, dan tren AI. Disruptive Creativity memimpin kategori Eksperimen Konten. Kategori ini menjauh dari konsistensi merek yang ketat dengan memperkenalkan warna dan gaya yang kontras dengan palet merek yang biasa.
"Tim yang suka berpetualang menguji suara dan persona yang begitu berbeda di media sosial sehingga konten mereka hampir tidak menyerupai kepribadian merek mereka di saluran pemasaran lain," tulis Hootsuite dalam postingannya, dikutip Rabu (15/1/2025).
Untuk mengikuti tren ini, merek harus memprioritaskan konten yang menghibur, mendidik, atau memberi informasi daripada mempromosikan. Hampir setengah dari perusahaan yang disurvei mengatakan 60% konten mereka bersifat nonkomersial, sementara seperempatnya menerbitkan 80%–100% konten hiburan. Hootsuite mendefinisikan kelompok yang terakhir sebagai "pengambil risiko yang kreatif".
Hootsuite merincikan pendekatan Disruptive Creativity, yang juga dikenal sebagai "keberanian kreatif" di kalangan penggemar TikTok, telah menghasilkan lebih banyak audiens yang terlibat dan hasil bisnis yang positif. Pada tahun 2025, Hootsuite memperkirakan lebih banyak merek akan mengambil jalur kreatif dan mengeksplorasi cara-cara baru untuk terhubung dengan audiens sosial mereka.
Eksperimen konten.
Selain itu, tren lain yang disorot Hootsuite dalam kategori Eksperimen Konten adalah merek-merek yang ikut serta dalam percakapan dengan mengomentari kiriman kreator untuk menarik pemirsa baru. Menurut laporan, 41% merek menguji pendekatan ini.
Selanjutnya, laporan tersebut menunjukkan bahwa mendengarkan sosial, menganalisis konten media sosial yang terkait dengan suatu merek untuk lebih memahami persepsi konsumen, akan mendapatkan momentum pada tahun 2025. Organisasi yang mempraktikkan mendengarkan sosial melaporkan keyakinan yang lebih kuat terhadap laba atas investasi mereka.
"Dengan aliran wawasan real-time yang berkelanjutan, social listening membantu organisasi lebih memahami audiens mereka, meningkatkan strategi mereka, mengungkap kesenjangan pasar untuk memandu pengembangan produk, menemukan potensi krisis sehingga mereka dapat dengan cepat mengambil kendali, bahkan mendorong penjualan dan membuktikannya," jelas Hootsuite.
Laporan tersebut juga menunjukkan bahwa AI generatif kini dianggap sebagai keuntungan utama untuk pembuatan konten dan perencanaan strategis, bukan ancaman. Delapan puluh tiga persen pemasar mengatakan AI membantu mereka meningkatkan konten sosial, dan lebih dari tiga perempat dari mereka yang berfokus pada strategi sosial sudah menggunakannya lebih banyak daripada mereka yang menangani eksekusi harian.
"Hal ini menunjukkan bahwa di luar efisiensi, AI telah menjadi mitra pemikiran yang tidak pernah terpikirkan oleh para pemasar sosial," jelas Hootsuite.