![]() |
Kantor Google Dublin - Grand Canal Dock, Ireland | @google |
Menurut Google, peraturan baru yang diamanatkan Komisi Eropa akan berdampak langsung pada layanan inti seperti Google Search, Android, dan Google Play. Perubahan ini, kata mereka, bukan hanya menurunkan kualitas produk, tapi juga melemahkan inovasi dan keamanan digital yang selama ini mereka bangun.
Direktur Senior, Persaingan Google, Oliver Bethell mengutarakan temuan Komisi Eropa mengharuskan Google membuat lebih banyak perubahan pada cara menampilkan jenis hasil penelusuran tertentu, yang akan mempersulit orang menemukan apa yang mereka cari.
"Temuan Komisi mengharuskan kami membuat lebih banyak perubahan pada cara kami menampilkan jenis hasil Penelusuran tertentu, yang akan mempersulit orang menemukan apa yang mereka cari dan mengurangi lalu lintas ke bisnis Eropa. Ini, secara sederhana, keliru," jelas Oliver, dikutip topik.id Kamis (20/3/2025).
Google menyoroti bahwa temuan Komisi Eropa memaksa mereka untuk mengubah cara menampilkan jenis hasil tertentu di mesin pencarian. Akibatnya, pengguna akan lebih sulit menemukan informasi yang dibutuhkan, sementara bisnis lokal kehilangan lalu lintas pelanggan yang signifikan.
"Mari kita ambil satu contoh: Ketika kita tidak dapat menampilkan hasil perjalanan yang mengarahkan orang langsung ke situs maskapai penerbangan, mereka biasanya akan mendapatkan tiket yang lebih mahal karena maskapai penerbangan harus membayar komisi ke situs web perantara," ungkapnya.
Google mengklaim bahwa perubahan ini telah menyebabkan bisnis di Eropa kehilangan hingga 30% lalu lintas online. Banyak pengguna menjadi frustrasi dan beralih ke metode pencarian alternatif yang tidak efisien hanya demi menemukan informasi yang mereka butuhkan.
Selain dampak pada pencarian, Google juga menyoroti risiko baru pada keamanan digital. Mereka menilai bahwa temuan Komisi terhadap Android dan Play Store menciptakan dilema antara keterbukaan sistem dan keamanan pengguna.
"Perubahan tersebut, dan masih banyak lagi yang harus kita lakukan di Eropa , telah menyebabkan bisnis Eropa kehilangan hingga 30% lalu lintas . Pengguna sangat frustrasi sehingga banyak yang menggunakan cara pintas yang kikuk untuk mengakses perusahaan dan informasi yang mereka inginkan," rincinya.
Android dinilai lebih terbuka dibanding iOS.
Google menjelaskan bahwa Android memungkinkan distribusi aplikasi secara bebas, tidak seperti iOS yang mewajibkan tinjauan terlebih dahulu. Akibatnya, pengguna Android memiliki akses ke 50 kali lebih banyak aplikasi dibandingkan pengguna iOS.
Namun, Google khawatir bahwa pembatasan dari Komisi dapat menghalangi mereka melindungi pengguna dari tautan berbahaya di luar Play Store. Jika perlindungan ini dilemahkan, maka sistem yang aman akan tergantikan oleh risiko penyebaran malware dan penipuan digital.
"Tidak seperti di iOS, di mana Apple harus meninjau aplikasi terlebih dahulu, pengembang dapat mendistribusikan aplikasi secara bebas di Android. Hal ini menciptakan lebih banyak pilihan daripada platform lain - pengguna dapat mengakses 50 kali lebih banyak aplikasi di Android daripada iOS," terangnya.
Google juga mengungkapkan kekhawatiran terhadap keberlanjutan sistem bisnis mereka. Jika mereka tidak diizinkan menetapkan biaya wajar atas layanan Android dan Play Store, maka investasi dalam pengembangan platform terbuka akan terancam.
Tanpa dukungan ekonomi yang cukup, Google khawatir tidak mampu lagi menyediakan ekosistem Android untuk perangkat terjangkau. Padahal selama ini, Android menjadi tulang punggung bagi miliaran perangkat dengan harga jauh lebih rendah dari model premium.
"Demikian pula, jika kami tidak dapat mengenakan biaya yang wajar untuk mendukung pengembangan Android dan layanan Play yang kami tawarkan, maka kami tidak dapat berinvestasi dalam platform terbuka yang mendukung miliaran ponsel di seluruh dunia, tidak hanya membantu mereka yang mampu menghabiskan 1000 Euro untuk model premium terbaru," bebernya.
Meski bersuara kritis, Google menegaskan tetap akan bekerja sama dan mematuhi peraturan Uni Eropa. Namun, mereka berharap ada dialog yang lebih konstruktif untuk mencegah dampak buruk bagi pengguna dan pelaku usaha.
Digital Markets Act (DMA) sejatinya dirancang untuk menciptakan persaingan sehat antar platform digital besar seperti Google, Apple, dan Meta. Namun menurut Google, realitasnya justru berbanding terbalik, regulasi tersebut kini dianggap menciptakan hambatan baru dan merugikan ekosistem digital di Eropa.
"Kami akan terus bekerja sama dengan Komisi dan mematuhi peraturannya. Namun, temuan hari ini meningkatkan risiko pengalaman yang lebih buruk bagi warga Eropa. DMA dirancang untuk mengatur platform besar seperti Google, Apple, dan Meta, serta meningkatkan persaingan, tetapi pada kenyataannya, hal itu justru berdampak sebaliknya dengan merugikan bisnis dan konsumen Eropa. Kami berharap dapat menemukan cara untuk mengatasi masalah ini," tutupnya.