![]() |
cover | @topik.id |
Raksasa teknologi asal Amerika Serikat (AS) itu membeberkan rincian pembongkaran ribuan akun, saluran, blog, hingga situs web yang digunakan untuk menyebarkan narasi politik tertentu.
Sepanjang Januari 2025, Google memblokir 25 domain agar tidak lagi memenuhi syarat untuk tampil di Google News dan Discover. Langkah ini merupakan bagian dari penyelidikan mendalam terhadap kampanye pengaruh digital yang dikaitkan dengan Shanghai Haixun Technology Co., Ltd, sebuah entitas yang berulang kali disebut dalam laporan-laporan sebelumnya.
"Kami memblokir 25 domain agar tidak memenuhi syarat untuk ditampilkan di Google News dan Discover sebagai bagian dari investigasi kami terhadap operasi pengaruh terkoordinasi yang terkait dengan Republik Rakyat Tiongkok (RRT). Kampanye tersebut terkait dengan Shanghai Haixun Technology Co., Ltd dan membagikan konten dalam bahasa Mandarin, Inggris, Prancis, Jerman, dan Italia yang bersifat spam dan berulang serta mencakup topik yang mendukung pemerintah Tiongkok," ungkap Google dalam laporan resminya, dinukil Jumat (16/5/2025).
Kampanye tersebut menyebarkan konten dalam berbagai bahasa, seperti Mandarin, Inggris, Prancis, Jerman, dan Italia. Mayoritas isi yang diunggah bersifat spam dan berulang, serta menyuarakan dukungan terhadap posisi pemerintah Tiongkok dalam berbagai isu internasional, mulai dari hubungan luar negeri hingga kebijakan domestik.
Masih pada bulan Januari, Google menghentikan sebanyak 11.697 saluran YouTube yang terlibat dalam jaringan tidak autentik terkoordinasi. Saluran-saluran ini mempublikasikan konten dalam bahasa Mandarin dan Inggris, sebagian besar menyoroti hubungan bilateral antara Tiongkok dan Amerika Serikat.
"Kami menghentikan 11.697 saluran YouTube sebagai bagian dari investigasi berkelanjutan kami terhadap operasi pengaruh terkoordinasi yang terkait dengan RRC. Jaringan tidak autentik terkoordinasi tersebut mengunggah konten dalam bahasa Mandarin dan Inggris tentang hubungan luar negeri Tiongkok dan AS. Temuan ini konsisten dengan laporan kami sebelumnya," bebernya.
Google menyatakan bahwa temuan ini konsisten dengan pola yang telah teridentifikasi sebelumnya, yakni jaringan yang berpura-pura sebagai media independen, namun secara sistematis menyebarkan narasi yang pro-Beijing melalui kanal-kanal yang terlihat sah.
Memasuki Februari, investigasi Google berlanjut. Kali ini, sebanyak 1.707 saluran YouTube dan 1.736 blog di platform Blogger dihentikan operasinya. Selain itu, 2 domain situs web juga diblokir dari Google News dan Discover karena memuat konten yang sama: propaganda terselubung yang menargetkan audiens internasional.
Jaringan yang dibongkar pada Februari ini tetap menggunakan pendekatan yang serupa dengan bulan sebelumnya, yaitu dengan menyebarkan informasi dalam bahasa Mandarin dan Inggris terkait hubungan luar negeri Tiongkok, khususnya dengan Amerika Serikat dan sekutunya.
"Kami menghentikan 1.707 saluran YouTube dan 1.736 blog Blogger serta memblokir 2 domain agar tidak memenuhi syarat untuk muncul di Google News dan Discover sebagai bagian dari investigasi berkelanjutan kami terhadap operasi pengaruh terkoordinasi yang terkait dengan RRC. Jaringan tidak autentik terkoordinasi tersebut mengunggah konten dalam bahasa Mandarin dan Inggris tentang hubungan luar negeri Tiongkok dan AS. Temuan ini konsisten dengan laporan kami sebelumnya," terangnya.
Jaringan tidak autentik.
![]() |
Kantor Google Beijing | @google |
Tidak sampai di situ saja, operasi pemutusan terus berlanjut. Google mengambil tindakan terhadap 2.472 saluran YouTube serta 1 blog di Blogger yang teridentifikasi menjadi bagian dari jaringan tidak autentik serupa. Konsistensi isi dan pola distribusi menunjukkan keberlanjutan dari strategi propaganda digital ini.
"Kami menghentikan 2.472 saluran YouTube dan 1 blog Blogger sebagai bagian dari investigasi berkelanjutan kami terhadap operasi pengaruh terkoordinasi yang terkait dengan RRC. Jaringan tidak autentik terkoordinasi tersebut mengunggah konten dalam bahasa Mandarin dan Inggris tentang hubungan luar negeri Tiongkok dan AS. Temuan ini konsisten dengan laporan kami sebelumnya," jelas Google kembali dalam laporan tersebut.
Secara keseluruhan, Google telah menghentikan lebih dari 15.800 saluran YouTube, 1.737 blog, dan memblokir 29 domain situs yang dinilai terlibat dalam menyebarkan narasi pro-Tiongkok secara terorganisir dan tidak autentik.
Laporan ini memperkuat temuan sebelumnya bahwa pemerintah Tiongkok, secara langsung atau melalui pihak ketiga, menggunakan media digital sebagai instrumen untuk membentuk opini global. Strategi ini dikenal sebagai bagian dari “sharp power”, di mana teknologi dimanfaatkan untuk mengekspor pengaruh politik.
Pihak Google menekankan bahwa tindakan ini bukan bentuk penyensoran terhadap negara tertentu, melainkan upaya untuk menjaga integritas informasi dan mencegah penyebaran konten yang menyesatkan secara sistematis. Investigasi lanjutan dipastikan akan dilakukan sepanjang 2025.
"Buletin ini mencakup berbagai operasi pengaruh terkoordinasi yang dihentikan di platform kami pada Q1 2025. Buletin ini terakhir diperbarui pada 15 Mei 2025," ungkap Google.