Customer service virtual AI lebih informatif dibandingkan chatbot

Ardi Nugraha

Meskipun keduanya menggunakan kecerdasan buatan (AI) untuk memberikan layanan, terdapat perbedaan signifikan antara keduanya.

foto: blog.google
Layanan pelanggan menjadi salah satu aspek yang sangat vital bagi keberhasilan sebuah bisnis. Kepuasan pelanggan menjadi prioritas utama, dan untuk memenuhi kebutuhan ini, banyak perusahaan mengadopsi teknologi yang memungkinkan untuk memberikan layanan pelanggan yang lebih efisien dan responsif. 

Dua teknologi yang sering digunakan adalah Chatbot dan Customer Service Virtual AI. Meskipun keduanya menggunakan kecerdasan buatan (AI) untuk memberikan layanan, terdapat perbedaan signifikan antara keduanya, terutama dalam hal keinformatifan.

Wakil Presiden Google Jepang, Shinji Okuyama dan Manajer Produk Grup, Google PI Miguel de Andres-Clavera mengungkapkan asisten virtual dengan kehadiran percakapan telah terbukti meningkatkan kepercayaan dan keterlibatan pengguna.
"Dibandingkan dengan chatbot yang murni berbasis teks. Agen virtual dapat memberikan layanan pelanggan yang lebih personal dan autentik untuk pengalaman otomatis, baik sebagai pemberi pengaruh virtual atau asisten belanja yang dipersonalisasi," terangnya dalam blog resmi Google, baru-baru ini. 
Lantas, seberapa besar pertumbuhan asisten virtual di Asia-Pasifik? 

Google mengungkapkan pasar asisten virtual di Asia-Pasifik diproyeksikan akan tumbuh sebesar 51,3% pada tahun 2030 , didorong oleh terus meningkatnya jumlah pengguna ponsel cerdas dan internet. 

foto: blog.google
"Popularitas game online di Asia juga memberikan peluang bagi masyarakat untuk menggunakan teknologi ini untuk berinteraksi dan mengekspresikan diri selama bermain game. Mereka juga dapat memberikan solusi kreatif terhadap tantangan-tantangan sosial – misalnya, mendukung populasi penuaan cepat di Jepang dengan meningkatkan kualitas hidup para lansia," terangnya.

Sementara itu, menurut data terbaru dari pemerintah Jepang, 40% penduduk negara tersebut diperkirakan akan mencapai usia 65 tahun ke atas pada tahun 2050. Hal ini, ditambah dengan penekanan pada omotenashi, sebuah konsep unik dari keramahtamahan ekstrim yang berfokus pada mengantisipasi kebutuhan, menjadikan Jepang sebagai negara ideal. 

"Tempat untuk menguji agen virtual. Meskipun teknologi saat ini membatasi kemampuan agen virtual untuk memberikan omotenashi yang sebenarnya , ketersediaan mereka 24/7 menawarkan solusi menarik untuk mengatasi menyusutnya tenaga kerja dan meningkatnya kebutuhan akan bantuan lansia," ungkapnya kembali.
Share:
Baca berita berbasis data.

Kategori konten paling banyak dibaca.
Bisnis Terkini
Lihat semua
Komentar
Login ke akun RO untuk melihat dan berkomentar.

Terkini

Indeks