iklan - scroll untuk melanjutkan membaca.

Google bikin fitur canggih Flood Hub, pahami risiko banjir dengan AI

Google terus berinovasi dalam meningkatkan cakupan dan fungsionalitas Flood Hub. Upaya ini bertujuan untuk meningkatkan kesiapsiagaan dan respons.

author photo
A- A+
Google Flood Hub
Banjir menjadi salah satu bencana alam yang terus mengancam masyarakat di berbagai belahan dunia. Untuk mengatasi tantangan ini, Google mengembangkan teknologi berbasis kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) guna meningkatkan akurasi prakiraan banjir dan memberikan respons yang lebih cepat dan efektif. 

Dengan mengandalkan pemodelan AI dan citra satelit, Google Research berupaya memperluas jangkauan dan meningkatkan keandalan sistem prakiraan banjir, terutama bagi masyarakat yang rentan terhadap bencana ini.

Manajer Produk Grup, Google Research, Moriah Royz merincikan meluncurkan fitur-fitur canggih baru di Flood Hub yang dirancang untuk memungkinkan para ahli memahami risiko banjir di wilayah tertentu melalui peta riwayat genangan banjir, dan untuk memahami bagaimana prakiraan banjir tertentu di Flood Hub dapat menyebar ke seluruh daerah aliran sungai. 
"Dengan peta riwayat genangan banjir, pengguna ahli Flood Hub dapat melihat area risiko banjir dalam resolusi tinggi di atas peta terlepas dari kejadian banjir saat ini. Ini berguna untuk kasus-kasus di mana prakiraan banjir kami tidak menyertakan peta genangan banjir waktu nyata atau untuk praperencanaan awal pekerjaan kemanusiaan," jelas Moriah Royz dikutip topik.id dari laman resmi Google, Rabu (19/2/2025).
Flood Hub kini juga menampilkan tampilan cekungan per pengukur yang membantu dalam mengidentifikasi lokasi-lokasi strategis seperti desa, rumah sakit, atau tempat perlindungan. Dengan adanya fitur ini, pemangku kepentingan dapat menentukan area prioritas untuk mitigasi risiko dan distribusi bantuan yang lebih efektif.

Selain itu, pembaruan terbaru pada Flood Hub memungkinkan pengguna untuk menyesuaikan tampilan peta dengan menambahkan atau menghapus berbagai lapisan informasi. Panel pengukur yang telah disempurnakan juga memudahkan pengguna dalam memahami dan memanfaatkan data prakiraan banjir dengan lebih baik.

"Dengan tampilan cekungan per pengukur, Flood Hub dapat membantu para ahli banjir mengidentifikasi lokasi prakiraan terbaik untuk pelacakan seperti desa, rumah sakit atau tempat perlindungan di peta dan banyak lagi," jelasnya.

Flood Hub tidak hanya berguna bagi masyarakat umum, tapi menjadi alat penting bagi organisasi bantuan, pemerintah, dan kelompok penelitian. Dengan fitur-fitur barunya, sistem ini membantu mereka dalam menyediakan peringatan dini serta respons yang lebih terarah dalam menghadapi ancaman banjir.

Kemitraan Google dengan berbagai organisasi seperti Give Directly dan International Rescue Committee (IRC) telah menunjukkan dampak positif dalam penanggulangan banjir. Teknologi AI yang diterapkan pada Flood Hub membantu organisasi-organisasi ini dalam memberikan bantuan tepat waktu kepada masyarakat yang terdampak bencana.

Lebih tanggap dan cepat membantu mengambil keputusan.


Di Nigeria, Flood Hub digunakan untuk mendukung distribusi bantuan tunai kepada ribuan warga yang terdampak banjir. Dengan bantuan AI, Give Directly dan IRC mampu mengidentifikasi wilayah berisiko tinggi serta memberikan bantuan sebelum banjir mencapai puncaknya. Ini merupakan langkah inovatif yang membantu masyarakat bertahan dalam menghadapi bencana.

Program bantuan tunai berbasis AI ini memungkinkan distribusi dana antara 5 hingga 7 hari sebelum puncak banjir terjadi. Hal ini memberi kesempatan bagi keluarga terdampak untuk mengamankan makanan dan aset penting lainnya sebelum bencana melanda, sehingga mengurangi dampak ekonomi dan sosial dari banjir.

Selain Nigeria, teknologi Flood Hub juga digunakan di Bangladesh, di mana wilayah sekitar Sungai Jamuna sering mengalami banjir tahunan. Give Directly menerapkan tindakan antisipasi berbasis AI untuk membantu masyarakat yang tinggal di daerah berisiko tinggi dengan memberikan bantuan tunai sebelum bencana terjadi.

Sistem prakiraan berbasis AI ini memungkinkan penyaluran bantuan di tingkat desa, yang sebelumnya hanya dilakukan pada skala distrik. Dengan pendekatan yang lebih spesifik, bantuan menjadi lebih tepat sasaran dan dapat menjangkau masyarakat yang benar-benar membutuhkan.

"Alat prakiraan banjir kami, seperti Flood Hub, Floods API, dan kumpulan data historis dirancang untuk mendukung organisasi bantuan, pemerintah, dan peneliti yang dapat memperoleh manfaat dari informasi banjir yang terperinci dan berjangka panjang. Salah satu alasan kami berfokus untuk bekerja dengan kelompok-kelompok ini adalah karena mereka memiliki sistem operasional untuk memberikan peringatan dini dan bantuan pencegahan," terangnya.

Google terus berinovasi dalam meningkatkan cakupan dan fungsionalitas Flood Hub. Upaya ini bertujuan untuk meningkatkan kesiapsiagaan, respons, dan pemulihan pascabencana di berbagai wilayah yang rentan terhadap banjir.

Badan pemerintah, lembaga swadaya masyarakat (LSM), dan peneliti dapat memanfaatkan data yang tersedia di Flood Hub secara gratis. Data ini mencakup informasi tentang ketinggian air sungai di masa lalu dan prakiraan ke depan, yang diperbarui setiap hari.

Dengan teknologi yang semakin berkembang, prakiraan banjir berbasis AI tidak hanya meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat, tapi mengurangi dampak ekonomi dari bencana. Keakuratan data yang lebih tinggi memungkinkan tindakan antisipatif yang lebih cepat dan tepat.

Untuk mengakses Flood Hub atau mendapatkan informasi lebih lanjut, pengguna dapat mengunjungi situs penelitian prakiraan banjir Google di sini.


Share:
Premium.
Komentar
Komentar sepenuhnya tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.

Update
Indeks