![]() |
Presiden Prabowo Subianto | cover: topik.id |
Lonjakan investasi ini menempatkan Thailand sebagai destinasi utama bagi perusahaan teknologi global yang ingin mengembangkan infrastruktur digital mereka di Asia Tenggara.
Dengan strategi yang agresif dan kebijakan investasi yang menarik, Thailand tampaknya menari-nari di atas gelombang investasi, sementara Indonesia masih mencari cara untuk memperkuat posisinya dalam persaingan ini.
Di sisi lain, Indonesia mengambil langkah berbeda dengan menjalin kemitraan strategis bersama India dan Inggris guna mempercepat transformasi digitalnya. Melalui serangkaian Memorandum of Understanding (MoU), pemerintah berupaya membangun ekosistem digital yang lebih kuat dengan mengembangkan artificial intelligence (AI), Internet of Things (IoT), dan infrastruktur digital publik.
Langkah kuda Presiden Prabowo Subianto menunjukkan bahwa meskipun belum menjadi tujuan utama investasi teknologi global seperti Thailand, Indonesia tengah bersiap dengan strategi jitu yang lebih luas, melibatkan kolaborasi lintas negara untuk menciptakan masa depan digital yang inklusif dan berkelanjutan.
Amazon, TikTok dan Alibaba investasi besar di Thailand.
Meski Thailand semakin menarik bagi raksasa teknologi global, sementara Indonesia justru tidak menjadi tujuan utama investasi. Hal itu dibuktikan BOI atau Dewan Investasi Thailand telah menyetujui berbagai insentif untuk proyek senilai 170,5 miliar baht (US$5 miliar), termasuk pusat data TikTok dan layanan cloud Siam AI.
![]() |
Sekretaris Jenderal Dewan Investasi Thailand, Narit Therdsteerasukdi | @boi.go.th |
"Dewan Investasi Thailand (BOI), dalam rapat yang diketuai hari ini oleh Wakil Perdana Menteri Pichai Chunhavajira, memberikan manfaat promosi kepada total investasi sebesar 170,5 miliar baht (US$5 miliar), termasuk proyek hosting data senilai 126,8 miliar baht oleh TikTok, dan proyek layanan cloud senilai 3,25 miliar baht oleh Siam AI. Dewan tersebut juga menyetujui insentif investasi untuk produksi Bahan Bakar Penerbangan Berkelanjutan (SAF)." tulis laporan BOI di laman resminya, Sabtu (1/2/2025).
Lonjakan investasi ini menunjukkan bagaimana Thailand berhasil menarik minat perusahaan teknologi besar, sementara Indonesia tampaknya masih tertinggal dalam persaingan untuk menarik investasi serupa.
Sekretaris Jenderal Dewan Investasi Thailand, Narit Therdsteerasukdi juga mengungkapkan lonjakan investasi di Thailand mencapai titik tertinggi dalam 10 tahun dengan angka US$33 miliar.
"Permohonan promosi investasi pada tahun 2024 melonjak 35% nilainya menjadi USD 33 miliar, level tertinggi sejak tahun 2014, dipimpin oleh proyek penanaman modal asing (FDI) besar dari para pemimpin teknologi global dan inisiatif semikonduktor yang kuat serta manufaktur elektronik yang canggih," jelasnya.
Sebelumnya, investasi besar-besaran juga dilakukan Amazon senilai $5 miliar di Thailand melalui Amazon Web Services (AWS) mencuri perhatian kawasan Asia Tenggara. Langkah ini menegaskan komitmen Amazon untuk memperkuat ekosistem digital di Thailand, sekaligus menciptakan ribuan lapangan kerja baru dan mendorong pertumbuhan ekonomi negara tersebut.
Namun, keputusan ini juga memunculkan tanda tanya besar di Indonesia, mengingat potensi pasar digital Indonesia yang jauh lebih besar. Meskipun AWS telah menginvestasikan jumlah yang signifikan di Indonesia, pernyataan Menteri Komunikasi dan Digital, Meutya Hafid, menggarisbawahi keinginan agar porsi investasi yang lebih besar diarahkan ke Indonesia.
Dengan proyeksi ekonomi digital senilai $130 miliar pada 2025, Indonesia diharapkan mampu memikat perhatian global dan mempertegas posisinya sebagai pusat transformasi digital di ASEAN.
Seperti diketahui, Amazon Web Services, Inc. (AWS), perusahaan Amazon.com, Inc. mengumumkan peluncuran AWS Asia Pacific (Thailand) Region. Kini, pengembang, perusahaan rintisan, wirausahawan, dan perusahaan, serta lembaga pemerintah, pendidikan, dan nirlaba, akan memiliki lebih banyak pilihan untuk menjalankan aplikasi dan melayani pengguna akhir dari pusat data AWS yang berlokasi di Thailand.
"Sebagai bagian dari komitmen jangka panjangnya, AWS berencana untuk berinvestasi lebih dari $5 miliar di Thailand," tulis Amazon di laman resminya, Jumat (10/1/2025).
AWS memperkirakan pembangunan dan pengoperasian Wilayah AWS yang sedang berlangsung akan menambah sekitar $10 miliar pada produk domestik bruto (PDB) Thailand dan mendukung rata-rata lebih dari 11.000 pekerjaan setara penuh waktu di bisnis eksternal setiap tahunnya. Pekerjaan ini, termasuk konstruksi, pemeliharaan fasilitas, teknik, telekomunikasi, dan lainnya dalam ekonomi negara yang lebih luas, akan menjadi bagian dari rantai pasokan AWS di Thailand.
Perdana Perdana Menteri Thailand, Paetongtarn Shinawatra menjelaskan bahwa potensi dan kesiapan Thailand telah diakui oleh salah satu perusahaan terkemuka di dunia.
"Saya ingin menyampaikan penghargaan saya kepada Amazon Web Services atas investasinya dalam pengembangan pusat data di Thailand," kata Paetongtarn Shinawatra.
Lanjutnya, AWS dapat memainkan peran penting, dalam kemitraan dengan pemerintah, dalam memajukan Thailand menuju masyarakat digital yang lebih inklusif dan memperluas akses ke layanan digital.
"Saya senang bahwa potensi dan kesiapan Thailand telah diakui oleh salah satu perusahaan terkemuka di dunia. Saya berharap AWS dapat memainkan peran penting, dalam kemitraan dengan pemerintah, dalam memajukan Thailand menuju masyarakat digital yang lebih inklusif dan memperluas akses ke layanan digital bagi semua warga negara," tambahnya.
Sementara itu, Wakil Presiden Layanan Infrastruktur AWS merincikan adopsi cloud yang pesat di seluruh Asia Pasifik karena semakin banyak pelanggan yang memanfaatkan potensi penuh cloud yang paling luas, andal, dan aman di dunia.
"Kami terus melihat adopsi cloud yang pesat di seluruh Asia Pasifik karena semakin banyak pelanggan yang memanfaatkan potensi penuh cloud yang paling luas, andal, dan aman di dunia," ungkap Prasad Kalyanaraman.
Alibaba Group investasi kedua di Thailand.
Sementara itu, Alibaba Group, mengumumkan peluncuran pusat data keduanya di Thailand. Penambahan ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas lokal sebagai respons terhadap meningkatnya permintaan layanan komputasi awan dengan investasi jangka panjang di Thailand.
Lebih spesifik khususnya dalam mendukung aplikasi AI generatif, sekaligus mendukung inisiatif pemerintah untuk mendorong inovasi digital dan pengembangan teknologi berkelanjutan.
Wakil Presiden Bisnis Internasional, General Manager Alibaba Cloud, Sean Yuan mengungkapkan menyediakan layanan awan yang andal, aman, dan berkinerja tinggi yang disesuaikan dengan kebutuhan bisnis.
"Pusat data terbaru kami memperkuat komitmen kami untuk menyediakan layanan awan yang andal, aman, dan berkinerja tinggi yang disesuaikan dengan kebutuhan bisnis lokal," jelas Sean Yuan dalam keterangan resminya, Jumat (14/2/2025).
Selain itu, pihaknya memberdayakan perusahaan guna memanfaatkan potensi penuh teknologi awan, khususnya dalam aplikasi AI.
"Dengan infrastruktur lokal yang ditingkatkan, kami bertujuan untuk memberdayakan perusahaan guna memanfaatkan potensi penuh teknologi awan, khususnya dalam aplikasi AI generatif.”
Setelah peresmian pusat data baru ini, Alibaba Cloud sekarang mengoperasikan 86 zona ketersediaan di 28 wilayah secara global, memperkuat posisinya sebagai penyedia layanan cloud terkemuka di Asia Tenggara.
Seperti diketahui, Alibaba Cloud meluncurkan pusat data pertamanya di Thailand pada tahun 2022. Alibaba Cloud memiliki lebih dari 140 akreditasi keamanan dan kepatuhan di seluruh dunia, memastikan perlindungan dan ketahanan tingkat atas untuk penawaran cloud-nya.
Dengan dua pusat data, ini akan memfasilitasi penyediaan produk komputasi cloud yang dapat diskalakan, elastis, dan sangat tersedia dari Alibaba Cloud dengan kemampuan pemulihan bencana yang ditingkatkan yang disesuaikan dengan lanskap digital yang dinamis di negara ini sambil mematuhi standar keamanan dan peraturan yang ketat. Namun Alibaba tidak merincikan besaran investasi keduanya ini.
"Alibaba Cloud meningkatkan portofolio layanannya yang beragam yang ditujukan untuk memberdayakan bisnis di Thailand. Portofolio ini mencakup komputasi elastis, penyimpanan, basis data, keamanan, produk jaringan, analitik data, dan layanan serta solusi AI dapat mengatasi tantangan industri vertikal," jelasnya.
Indonesia rangkul India dan Inggris.
![]() |
Pertukaran MoU dilakukan oleh Menkomdigi Meutya Hafid dengan Menlu India S Jaishankar dihadapan Presiden RI Prabowo Subianto dan PM India Narendra Modi. | @komdigi |
Republik Indonesia (RI) merangkul Inggris dan India, cara Presiden Prabowo mempercepat digitalisasi RI, hal itu dibuktikan dari berbagai perjanjian kerja sama.
Melalui serangkaian kemitraan strategis, Indonesia memperkuat kerja sama di bidang teknologi digital, kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI), Internet of Things (IoT), serta pengembangan infrastruktur digital.
Langkah ini menegaskan komitmen pemerintahan Prabowo dalam menciptakan ekosistem digital yang inklusif, inovatif, dan berkelanjutan.
MoU Indonesia dan India.
Republik Indonesia dan Republik India semakin memperkokoh hubungan bilateral di era transformasi digital melalui penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) kemitraan strategis.
Kemitraan ini menjadi tonggak penting dalam mempercepat inovasi teknologi kedua negara dengan fokus pada pengembangan artificial intelligence (AI), Internet of Things (IoT), infrastruktur digital publik, hingga pelatihan sumber daya manusia di bidang teknologi informasi.
Penandatanganan itu dilakukan oleh Menteri Komunikasi dan Digital (Menkomdigi) Republik Indonesia, Meutya Hafid, dan Menteri Elektronik dan Teknologi Informasi India, Jitin Prasada, di sela-sela kunjungan kerja Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, ke India dalam rangka memperingati Hari Republik India ke-76 pada 24-26 Januari 2025.
"Kemitraan ini merupakan momentum penting dalam memperkuat ekosistem digital di kedua negara, baik dari segi teknologi maupun sumber daya manusia," jelas Menkomdigi Meutya Hafid dalam keterangannya persnya dari India, Jumat (24/1/2025).
Meutya menjelaskan bahwa kesepakatan kerja sama ini mencakup beberapa bidang, antara lain pengembangan teknologi baru seperti kecerdasan artifisial (Artificial Intelligence/AI) dan Internet of Things (IoT), infrastruktur digital publik termasuk identitas digital, kolaborasi ekosistem digital business-to-business (B2B), serta pengembangan keterampilan teknologi informasi (TI).
"Melalui MoU ini, kami berharap dapat menciptakan sinergi antara Indonesia dan India dalam mempercepat transformasi digital yang inklusif dan berkelanjutan," tuturnya.
Dalam pertemuan tersebut, Meutya juga menekankan pentingnya kemitraan lintas negara untuk mendorong inovasi teknologi. "Kita perlu membangun kolaborasi yang tidak hanya menguntungkan pemerintah, tetapi juga melibatkan sektor swasta dan masyarakat luas," tambahnya.
Lebih lanjut, Meutya mengungkapkan bahwa Indonesia dan India sepakat membentuk Kelompok Kerja Bersama yang bertugas memastikan implementasi kemitraan ini berjalan sesuai rencana. Kelompok kerja ini akan mengadakan pertemuan secara berkala untuk mengevaluasi kemajuan program dan mencari solusi atas potensi hambatan yang mungkin timbul.
Melalui kemitraan ini, kedua negara berharap dapat saling berbagi pengetahuan, pengalaman, dan solusi dalam menghadapi tantangan transformasi digital global.
"Kami yakin bahwa kemitraan ini akan membawa dampak signifikan dalam menciptakan masa depan digital yang lebih baik bagi kedua negara," pungkas Menkomdigi.
MoU Indonesia dan Inggris.
![]() |
Penandatanganan Nota Kesepahaman dengan Wamenlu Parlemen Indo-Pasifik Inggris Catherine West di Kantor Kementerian Komdigi | @komdigi |
Momentum peringatan 75 tahun hubungan diplomatik Indonesia dan Kementerian Luar Negeri Parlemen Indo-Pasifik Inggris, kedua negara resmi menjalin kemitraan strategis di bidang transformasi digital untuk menghadapi tantangan global, termasuk dampak negatif teknologi seperti kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI).
Melalui Nota Kesepahaman yang ditandatangani di Jakarta, kolaborasi ini mencakup berbagai bidang penting, mulai dari peningkatan akses dan inklusi digital, penanganan misinformasi, hingga pengembangan infrastruktur digital. Inisiatif ini menjadi langkah maju dalam memperkuat kerja sama bilateral yang berfokus pada keberlanjutan, inovasi, serta kesiapan menghadapi era digital, sejalan dengan Visi Indonesia Digital 2045.
Wakil Menteri Komdigi Nezar Patria menyatakan kemitraan itu mencakup kolaborasi dalam transformasi digital, peningkatan akses dan inklusi digital, penanganan misinformasi dan pemanfaatan teknologi terbaru seperti AI.
"Kemitraan strategis dengan Wakil Menteri Luar Negeri Parlemen Indo-Pasifik Inggris untuk memperdalam kolaborasi di sejumlah bidang-bidang yang penting bagi masa depan kedua negara yang mencerminkan kerja sama yang langgeng dan komitmen bersama kita untuk memajukan kepentingan bersama," jelasnya usai menandatangani Nota Kesepahaman dengan Wamenlu Parlemen Indo-Pasifik Inggris Catherine West di Kantor Kementerian Komdigi, Jakarta Pusat, Selasa (21/1/2025).
Nezar Patria menjelaskan kesepakatan bersama tersebut, mencakup pertumbuhan berkelanjutan, pertahanan, serta adaptasi perubahan iklim. Bahkan secara khusus, berkaitan erat dengan tema kerja sama bilateral antara Indonesia dengan Inggris.
"Ini juga membahas mengenai peningkatan akses dan inklusi digital, di mana Komdigi bertujuan menjembatani kesenjangan digital di Indonesia. Memungkinkan akses yang adil terhadap teknologi di seluruh wilayah dan komunitas," tuturnya.
Kedua pihak juga membahas kerja sama dalam penanganan misinformasi dan disinformasi di masyarakat. Menurut Nezar Patria, Indonesia telah menerapkan strategi komprehensif yang mencakup pendidikan, pemantauan konten, dan penegakan hukum untuk mengatasi tantangan penyebaran misinformasi dan disinformasi.
"Kami juga membahas penguatan kolaborasi AI dan teknologi baru seperti strategi AI nasional dan pedoman etika untuk AI di sektor bisnis," ujarnya.
Menurut Nezar Patria, Kementerian Komdigi juga membuka peluang dalam proyek bersama Inggris dalam investasi infrastruktur digital seperti Satelit Republik Indonesia (Satria)-2.
"Satelit Satria-2 direncanakan sebagai satelit kembar dengan kapasitas 300 Gbps, memerlukan perkiraan investasi konstruksi sekitar USD860 juta," ungkapnya
Wamen Nezar Patria juga mendorong kolaborasi dalam komunikasi strategis pemerintah yang berkaitan dengan keselamatan di ruang digital serta regulasi dan kerangka tata kelola digital.
"Bersama-sama, mari kita membangun kemitraan digital yang dinamis, yang tidak hanya menguntungkan kedua negara kita tetapi juga kawasan Indo-Pasifik yang lebih luas dan sekitarnya," harapnya.
Lewat jalinan kemitraan kedua negara, Nezar Patria menyatakan Kementerian Komdigi akan mendorong transformasi teknologi digital sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi, kemajuan masyarakat dan kepemimpinan internasional. Menurutnya, hal ini sejalan dengan Visi Indonesia Digital (VID) 2045.
"Visi Indonesia Digital 2045 menguraikan peta jalan untuk membangun struktur digital yang kuat, ekonomi digital yang dinamis, tata kelola digital yang inklusif, dan masyarakat digital yang berdaya," tegasnya.