![]() |
Open Power AI Consortium | cover |
Untuk mendukung transformasi energi, berbagai pihak membentuk Open Power AI Consortium, sebuah inisiatif lintas sektor yang menyatukan perusahaan teknologi, perusahaan energi, serta lembaga riset dalam mengembangkan solusi AI khusus untuk industri kelistrikan. Konsorsium ini bertujuan menjawab tantangan kompleks dalam sistem pembangkitan dan penyaluran listrik global.
Inisiatif ini dipimpin oleh EPRI (Electric Power Research Institute), sebuah organisasi penelitian dan pengembangan energi nirlaba yang independen. Bersama mitra teknologi seperti NVIDIA dan perusahaan rintisan Articul8, konsorsium ini akan menghadirkan model AI yang dirancang khusus untuk mengoptimalkan operasional jaringan listrik.
Open Power AI Consortium secara resmi diumumkan dalam konferensi teknologi global NVIDIA GTC yang diselenggarakan di San Jose, California. Konferensi tersebut berlangsung hingga 21 Maret dan menjadi ajang penting untuk mendemonstrasikan inovasi terkini di bidang AI industri.
Presiden dan CEO EPRI, Arshad Mansoor, menyebut bahwa AI memiliki potensi luar biasa untuk merevolusi sektor kelistrikan.
"AI dapat meningkatkan keandalan jaringan, mengoptimalkan aset, serta memungkinkan pengelolaan energi yang lebih efisien," ujar Arshad dalam keterangan resminya, dikutip topik.id Sabtu (22/3/2025).
Didukung oleh ratusan GPU NVIDIA H100.
Model AI yang dikembangkan konsorsium ini akan dilatih menggunakan data khusus industri, seperti dokumen teknik, riset energi, dan studi kelistrikan yang dimiliki EPRI. Proyek ini juga didukung oleh ratusan GPU NVIDIA H100, menjadikannya sebagai model AI terbuka pertama yang dirancang khusus untuk sistem tenaga listrik.
Salah satu hasil awal dari kolaborasi ini adalah model bahasa besar multimoda yang dapat membantu perusahaan utilitas menyederhanakan proses perizinan, studi lingkungan, serta pengelolaan beban dan infrastruktur listrik. Model ini akan tersedia dalam bentuk layanan mikro melalui NVIDIA NIM dalam waktu dekat.
CEO PPL Corporation, Vincent Sorgi, yang juga menjabat sebagai Ketua Dewan EPRI, menegaskan bahwa kerja sama ini membawa sektor kelistrikan ke tingkat inovasi yang lebih tinggi. "Kami berada di garis depan dalam menerapkan AI untuk menjawab tantangan operasional industri," ujarnya.
Komite penasihat eksekutif dari konsorsium ini melibatkan lebih dari 20 perusahaan energi dan teknologi, termasuk Duke Energy, Exelon, Pacific Gas & Electric Company, serta AWS, Oracle, dan Microsoft. Konsorsium juga berencana memperluas kolaborasi secara global agar manfaat AI dapat menjangkau seluruh penjuru dunia.
Menurut Badan Energi Internasional (IEA), konsumsi energi global akan meningkat hampir 4% per tahun hingga 2027. Untuk menjawab lonjakan permintaan ini, penguatan infrastruktur listrik dan integrasi AI menjadi langkah strategis yang sangat dibutuhkan.
AI juga berperan dalam mempercepat proses studi interkoneksi, yaitu analisis kelayakan menghubungkan generator baru ke jaringan listrik. Proses yang biasanya memakan waktu hingga empat tahun ini, dengan bantuan agen AI, diharapkan bisa dipersingkat hingga lima kali lebih cepat.
Tak hanya itu, konsorsium ini juga akan mengembangkan kerangka acuan standar yang membantu perusahaan dan peneliti mengevaluasi kinerja serta keandalan sistem AI yang digunakan. Ini menjadi tonggak penting dalam memastikan AI benar-benar memberikan dampak positif bagi masa depan energi dunia.