iklan - scroll untuk melanjutkan membaca.

Berkat teknologi, Tiongkok rajai pengembangan obat baru global

Selain obat-obatan, Tiongkok juga mencatat kemajuan signifikan di bidang perangkat medis kelas atas.

author photo
A- A+
Industri farmasi Tiongkok | @gov.cn
Tiongkok kini menempati posisi kedua di dunia dalam hal pengembangan obat baru, dengan kontribusi penelitian obat dalam negeri mencapai lebih dari seperlima dari total global. Capaian ini disampaikan oleh Guo Yanhong, wakil kepala Komisi Kesehatan Nasional Tiongkok, pada sebuah konferensi pers, Kamis (11/9/2025). 

Pencapaian tersebut menunjukan pergeseran besar dalam peran Tiongkok pada panggung kesehatan internasional. Dalam beberapa tahun terakhir, sejumlah obat inovatif hasil riset Tiongkok telah memperoleh persetujuan untuk dipasarkan. 

Termasuk di antaranya adalah obat antikanker yang berhasil mengisi kekosongan pengobatan dalam negeri. Hal ini menunjukkan bahwa Tiongkok tidak hanya menjadi konsumen teknologi medis, tapi mulai memimpin dalam menciptakan solusi kesehatan yang berdampak global.
"Dalam beberapa tahun terakhir, serangkaian obat inovatif yang dikembangkan oleh Tiongkok, termasuk beberapa obat antikanker telah disetujui untuk diluncurkan ke pasar, mengisi kekosongan dalam portofolio pengobatan dalam negeri," kata Guo Yanhong dalam pernyataan resminya, Kamis (11/9/2025).
Salah satu terobosan penting adalah Zanubrutinib, obat baru yang dikembangkan di Tiongkok. Obat ini tidak hanya digunakan di dalam negeri, tetapi juga telah mendapatkan persetujuan di banyak negara lain. Keberhasilan ini memperkuat reputasi Tiongkok sebagai pusat inovasi farmasi yang mampu bersaing di level internasional.

"Salah satu obat baru, Zanubrutinib, telah menerima persetujuan untuk digunakan di banyak negara lain," tambahnya.

Selain obat-obatan, Tiongkok juga mencatat kemajuan signifikan di bidang perangkat medis kelas atas. Teknologi yang dikembangkan meliputi pemindai CT penghitung foton buatan dalam negeri yang mampu memberikan resolusi tiga kali lebih tinggi dari mesin tradisional, dengan waktu pemindaian lebih cepat serta paparan radiasi lebih rendah.

Tidak hanya itu, Tiongkok juga berhasil mengembangkan robot bedah ortopedi dan jaringan lunak yang meningkatkan presisi sekaligus mengurangi trauma pasien. Inovasi lainnya mencakup mesin ECMO, jantung buatan, serta sistem terapi proton dan ion berat yang telah berhasil diterapkan secara independen di berbagai rumah sakit dalam negeri.

Guo menjelaskan bahwa inovasi ini membantu pasien mendapatkan akses lebih luas terhadap peralatan medis canggih dengan biaya yang lebih terjangkau. Kemandirian produksi dalam negeri juga mengurangi ketergantungan pada teknologi impor, sehingga memperkuat ketahanan sektor kesehatan nasional.

Selain perangkat medis, Tiongkok juga berinovasi dalam terapi pencegahan dan pengobatan penyakit serius. Salah satu contohnya adalah terapi baru untuk kanker kolorektal metastatik yang resistan terhadap imunoterapi. 

Terapi ini meningkatkan tingkat respons pengobatan dari 13 persen menjadi 44 persen, serta memperpanjang kelangsungan hidup bebas perkembangan hingga 61 persen, sebuah hasil yang diakui sebagai pencapaian terbaik secara internasional di bidangnya.

Dengan serangkaian terobosan ini, Tiongkok berhasil memperkuat kapasitas perawatan kesehatan sekaligus kemampuan teknis dalam negeri. Menurut Guo, inovasi medis yang terus berkembang ini memainkan peran penting dalam menjaga kesehatan masyarakat, sekaligus menempatkan Tiongkok sebagai salah satu pemimpin global di bidang teknologi kesehatan.

"Inovasi teknologi medis Tiongkok telah memperkuat kapasitas perawatan kesehatan dan kemampuan teknisnya, memainkan peran penting dalam menjaga kesehatan masyarakat," tutup Guo Yanhong. 


Share:
Premium.
Komentar
Komentar sepenuhnya tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.

Update
Indeks