Gawat! penipuan online di Singapura merajalela lewat Facebook Live

Sebanyak 30 kasus penipuan undian berhadiah dan 13 kasus penipuan e-commerce.

author photo
A- A+
Foto-foto Facebook Live | dok: Kepolisian Singapura

Penipuan melalui siaran langsung di media sosial kini menjadi ancaman bagi warga Singapura, pihak Kepolisian Singapura mengingatkan publik untuk lebih waspada terhadap modus penipuan undian berhadiah dan e-commerce yang menggunakan Facebook Live sebagai sarana utama. 

Sejak Agustus 2025, tercatat setidaknya 30 kasus penipuan undian berhadiah dan 13 kasus penipuan e-commerce dengan total kerugian mencapai S$160.000. Fenomena ini menunjukkan bahwa penjahat siber semakin kreatif memanfaatkan kepercayaan dan interaktivitas siaran langsung untuk mengelabui korban.

"Kepolisian ingin mengingatkan masyarakat untuk tetap waspada terhadap penipuan undian berhadiah dan e-commerce yang melibatkan platform streaming langsung media sosial, seperti Facebook Live. Sejak Agustus 2025, setidaknya telah terjadi 30 penipuan undian berhadiah dan 13 penipuan e-commerce yang dilaporkan, dengan total kerugian setidaknya $160.000," tulis Kepolisian Singapura dalam laporan resminya, seperti dilansir Minggu (19/10/2025).

Dalam modus penipuan undian berhadiah, pelaku biasanya menampilkan siaran Facebook yang mempromosikan kartu gosok berhadiah uang tunai. Korban diminta membeli kartu tersebut untuk mendapat kesempatan menang. Setelah itu, penipu akan memancing korban agar mentransfer lebih banyak uang dengan alasan meningkatkan peluang menang atau memperbesar hadiah. 

Ketika korban diyakinkan bahwa mereka menang, penipu kembali meminta transfer tambahan dengan dalih biaya administrasi atau pajak hadiah, hingga korban menyadari tidak pernah menerima uang yang dijanjikan.

Sementara itu, penipuan e-commerce menggunakan trik yang lebih licik. Dalam siaran langsung, penipu menjual “tas tambang emas” yang diklaim berisi emas atau barang berharga. Penonton ditipu untuk membeli tas-tas itu dengan harapan mendapat keuntungan besar. 

Bila tidak menang, pelaku membujuk korban membeli lebih banyak tas atau versi “tas premium” yang diklaim memiliki peluang lebih tinggi berisi emas. Beberapa pelaku bahkan menawarkan untuk membeli kembali emas dari korban dengan harga tinggi, namun tetap mengharuskan korban mentransfer uang lebih dulu.

"Penipu juga akan menawarkan untuk membeli kembali emas dari para korban dengan harga yang lebih tinggi dari harga eceran. Namun, para korban akan diminta untuk mentransfer lebih banyak uang untuk menerima keuntungan mereka," ungkapnya. 

Sebagian besar transaksi dilakukan melalui transfer bank, PayNow, atau DuitNow, biasanya menggunakan kode QR yang disediakan oleh penipu. Dengan cara ini, pelaku bisa bersembunyi di balik identitas palsu tanpa jejak yang mudah dilacak. Ketika korban menyadari tidak ada hasil atau hadiah yang diterima, barulah mereka menyadari bahwa seluruh transaksi adalah jebakan.

Kepolisian Singapura menegaskan, masyarakat harus tidak mentransfer uang kepada pihak yang tidak dikenal dan selalu memastikan identitas penerima sebelum melakukan transaksi. Setiap tawaran hadiah uang tunai atau investasi yang terdengar terlalu bagus untuk jadi kenyataan patut dicurigai.

Masyarakat juga disarankan untuk menerapkan langkah “Tambahkan, Periksa, Beritahu” sebagai pencegahan. Tambahkan aplikasi ScamShield untuk memblokir panggilan dan pesan mencurigakan, serta aktifkan fitur Money Lock di bank untuk mengunci saldo agar tak bisa ditransfer secara digital. 

"Kami ingin mengingatkan masyarakat untuk tidak mentransfer uang kepada orang yang tidak dikenal dan orang yang identitasnya tidak Anda verifikasi," tutup laporan itu.

Share:
Premium.
Komentar
Komentar sepenuhnya tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.

Update
Indeks