![]() |
Perdana Menteri Singapura Lawrence Wong dan Perdana Menteri Australia Anthony Albanese secara resmi mengumumkan peningkatan kemitraan | dok: @LawrenceWongST |
Singapura dan Australia memperdalam hubungan bilateral dengan meluncurkan Singapore–Australia Comprehensive Strategic Partnership 2.0 (CSP 2.0) pada Pertemuan Tahunan ke-10 Para Pemimpin (Annual Leaders’ Meeting / ALM) yang berlangsung di Canberra, Australia, Rabu (8/10/2025) waktu setempat.
Perdana Menteri Singapura Lawrence Wong dan Perdana Menteri Australia Anthony Albanese secara resmi mengumumkan peningkatan kemitraan ini sebagai tonggak baru dalam hubungan strategis kedua negara. Turut hadir dalam delegasi resmi Singapura, Menteri Tenaga Kerja sekaligus Menteri yang membawahi Energi serta Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Dr Tan See Leng.
Peluncuran CSP 2.0 menandai langkah maju dalam memperkuat kerja sama ekonomi, teknologi, dan sosial yang berorientasi masa depan. Kemitraan ini dirancang untuk membantu kedua negara menghadapi tantangan global dan memanfaatkan peluang baru di era transformasi digital dan transisi hijau.
CSP 2.0 juga memperluas kolaborasi strategis kedua negara dalam menjalin hubungan yang lebih erat dengan mitra kawasan Asia Pasifik. Kerja sama tersebut akan dijalankan melalui lima pilar utama: (1) Berkontribusi pada Perdamaian dan Stabilitas di Dalam Negeri dan Kawasan, (2) Menghubungkan Ekonomi Kedua Negara, (3) Transisi Menuju Net-Zero, (4) Menempa Terobosan Baru, dan (5) Memperdalam Persahabatan serta Kapabilitas Nasional.
Dalam kerangka kemitraan baru ini, Kementerian Perdagangan dan Industri Singapura (MTI) serta Enterprise Singapore (EnterpriseSG) mengumumkan sejumlah inisiatif konkret yang menegaskan arah kolaborasi jangka panjang, khususnya di bidang ekonomi digital, energi hijau, inovasi, dan ketahanan rantai pasok.
Kerja Sama Ekonomi Digital dan Ketahanan Pasokan.
Pada Pilar 2, Connecting Our Economies, Singapura dan Australia menandatangani Nota Kesepahaman (MoU) tentang Ketahanan Ekonomi antara MTI dan Departemen Luar Negeri serta Perdagangan Australia (DFAT). MoU ini memperluas kolaborasi di bidang penguatan pasokan esensial dan diversifikasi rantai pasok lintas sektor strategis.
Melalui MoU tersebut, kedua negara sepakat untuk menegosiasikan arrangement perdagangan pasokan penting sebelum akhir 2026 dan menjajaki kemungkinan komitmen hukum di masa depan. Selain itu, akan dibentuk forum Australia–Singapore Economic Resilience Dialogue di tingkat pejabat senior untuk memperdalam kerja sama ekonomi dan kebijakan rantai pasok.
Enterprise Singapore juga menandatangani dua MoU penting dengan pemerintah negara bagian New South Wales dan Victoria. Kerja sama ini akan membuka peluang lebih luas bagi perusahaan dari kedua negara untuk mengakses ekosistem inovasi, berbagi pengetahuan, dan membangun kemitraan investasi di sektor digital dan berkelanjutan.
Kolaborasi dengan New South Wales berfokus pada ekonomi hijau dan inovasi, mencakup bidang energi hijau, pembangunan perkotaan berkelanjutan, fintech, medtech, cleantech, teknologi transportasi, dan mobilitas pintar. Sementara dengan Victoria, fokus diarahkan pada energi baru dan biomedis, termasuk tenaga angin lepas pantai, penyimpanan energi, hidrogen terbarukan, bioenergi, bahan bakar penerbangan berkelanjutan, serta teknologi kesehatan digital.
Mendukung Transisi Energi dan Sustainability.
Dalam Pilar 3, Transitioning to Net-Zero, Singapura dan Australia menandatangani Kerangka Perdagangan Listrik Lintas Batas (Cross-Border Electricity Trade / CBET). Kerangka ini memperkuat arsitektur regional perdagangan energi dan menjadi jalur penting untuk mendorong dekarbonisasi di kawasan Asia Tenggara.
CBET Framework dirancang untuk memberikan panduan dan praktik terbaik bagi pemerintah, pelaku usaha, serta investor dalam membangun sistem energi lintas negara yang aman, bersih, dan berkelanjutan. Langkah ini juga memperkuat upaya menuju integrasi ASEAN Power Grid, yang diharapkan meningkatkan konektivitas dan keamanan energi regional.
Menteri Tan See Leng menyampaikan Singapura dan Australia memiliki kemitraan yang kuat dan langgeng, dibangun atas dasar saling percaya dan tujuan bersama.
"Singapura dan Australia memiliki kemitraan yang kuat dan langgeng, dibangun atas dasar saling percaya dan tujuan bersama. Peluncuran CSP 2.0 merupakan tonggak penting dalam hubungan bilateral kita, karena memperdalam kolaborasi di bidang ketahanan ekonomi, transisi energi, serta fasilitasi perdagangan dan investasi," jelas Menteri Tan See Leng dalam keterangan persnya yang diterima topik.id, Rabu (8/10/2025).
Hubungan ekonomi kedua negara terus menunjukkan kekuatan dan konsistensi. Pada tahun 2024, perdagangan bilateral Singapura–Australia mencapai S$30,3 miliar, menjadikan Australia salah satu mitra dagang utama Singapura. Selain itu, Singapura juga tercatat sebagai investor asing terbesar keenam di Australia, dengan investasi yang meliputi sektor real estat, infrastruktur, dan energi.
Tahun 2025 menjadi momentum penting karena menandai 60 tahun hubungan diplomatik antara Singapura dan Australia. Melalui CSP 2.0, kedua negara berkomitmen memperkuat kerja sama ekonomi digital dan transisi energi yang berkelanjutan, menjadikannya model kemitraan modern di kawasan Asia Pasifik yang berfokus pada inovasi, daya saing, dan sustainability.
"Inisiatif ini mencerminkan komitmen bersama kita untuk menghadapi tantangan global dan menciptakan pertumbuhan berkelanjutan," ungkap Menteri Tan See Leng.