![]() |
| cover | topik.id |
Canva, salah satu platform desain terpopuler di dunia, melaporkan bahwa artificial intelligence (AI) kini menjadi pendorong utama pertumbuhan bisnis sampingan, dengan 80% responden memanfaatkannya untuk mengembangkan usaha kreatif. Sebanyak 74% bahkan menyebut AI sebagai 'senjata rahasia pertumbuhan'.
Canva merincikan, ChatGPT dan Canva menjadi alat paling populer untuk membantu berbagai kebutuhan, mulai dari pembuatan video, desain logo dan identitas merek, analisis data, hingga penulisan naskah iklan, teknologi telah merombak cara masyarakat membangun usaha sampingan secara lebih cepat dan efisien.
"ChatGPT dan Canva menduduki puncak daftar alat, digunakan untuk segala hal mulai dari pembuatan video, desain logo dan merek, analisis data, hingga penulisan naskah iklan," tulis Canva dalam laporan resminya, seperti dilansir topik.id, Jumat (28/11/2025).
Akses terhadap perangkat kreatif dan dukungan pemasaran selama ini menjadi hambatan besar bagi pelaku usaha sampingan. Namun, kehadiran platform kreatif all-in-one seperti Canva mengurangi hambatan tersebut dengan fitur lengkap seperti Brand System dan Video 2.0.
Alat-alat ini memungkinkan pengguna mendesain logo, memperluas konten bermerek, hingga mengedit video dalam hitungan detik, sehingga proses membangun bisnis, merek, atau komunitas menjadi jauh lebih mudah dan terjangkau.
Motivasi menjalankan pekerjaan sampingan juga mengalami transformasi. Pendapatan tambahan memang tetap menjadi alasan utama bagi 55% responden, tetapi kini banyak orang mengejar manfaat lain, ekspresi kreatif (36%), mengubah passion menjadi bisnis (32%), dan pengembangan diri di bidang yang diminati (28%).
Perubahan orientasi ini menunjukkan bahwa pekerjaan sampingan telah berkembang menjadi ruang personal untuk bereksplorasi dan membangun identitas profesional baru. Generasi muda memimpin perubahan pola pikir tersebut.
Gen Z tercatat paling tidak termotivasi oleh uang, dengan hanya 43% yang menganggap pendapatan tambahan sebagai pendorong utama. Sebagai perbandingan, motivasi finansial masih dominan di kalangan Milenial (61%) serta Gen X dan Boomer (63%). Hal ini menandakan pergeseran nilai menuju kreativitas, makna, dan kebebasan dalam menentukan arah karier.
"Generasi muda memimpin pergeseran pola pikir ini. Gen Z adalah yang paling tidak termotivasi oleh uang, dengan hanya 43% yang menyebutkan penghasilan tambahan sebagai pendorong utama mereka, dibandingkan dengan 61% Generasi Milenial dan 63% Generasi X dan Boomer," ungkap laporan itu.
Menurut riset itu, pekerjaan sampingan memberikan dampak karier nyata, 33% memperoleh klien baru, 29% membangun reputasi profesional, 28% memperluas jaringan, 22% terinspirasi memulai perusahaan sendiri, hingga 14% yang mendapatkan promosi karena aktivitas tersebut. Fakta ini menunjukkan bahwa usaha sampingan telah berubah menjadi permainan kekuatan karier baru.
Tren ini juga mendapat dukungan dari dunia kerja formal, dengan 39% responden menyatakan perusahaan mereka mendukung atau mendorong proyek sampingan. Seiring munculnya generasi kreator baru, batas antara pekerjaan utama dan proyek personal semakin cair.
Banyak profesional kini melihat usaha sampingan sebagai landasan untuk kewirausahaan, penciptaan identitas digital, dan kemajuan karier yang lebih fleksibel.
Selain itu, sebanyak 65% responden mengaku siap meninggalkan pekerjaan penuh waktu jika usaha sampingan mereka mampu menopang hidup mereka, sementara 28% memilih mempertahankan keduanya demi variasi dan keseimbangan. Dalam ekosistem baru ini, “karier portofolio” menjadi pola kerja yang kian populer.
"Penelitian ini dilakukan bekerja sama dengan PureSpectrum, survei di AS terhadap 300 profesional dengan pekerjaan sampingan kreatif, mencakup 101 Generasi Z (18-27 tahun), 100 Generasi Milenial (28-43 tahun), dan 99 Generasi X & Baby Boomer (44+ tahun)," tutup Canva dalam laporan tersebut.
