Modus baru penipuan online marak di Singapura, tercatat 215 kasus

Modus penipuan biasanya berawal dari iklan mencurigakan di media sosial atau portal lowongan kerja.

author photo
A- A+
cover | topik.id 

Kepolisian Singapura mengimbau masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap maraknya modus baru penipuan online yang menyasar berbagai kalangan. Sejak Oktober 2025, tercatat sedikitnya 215 kasus dengan total kerugian mencapai S$10,6 juta.

Modus penipuan ini biasanya berawal dari iklan mencurigakan di media sosial atau portal lowongan kerja. Sebagian korban bahkan menerima pesan tiba-tiba dari penipu melalui WhatsApp dan Telegram.

"Sejak Oktober 2025, setidaknya telah dilaporkan 215 kasus, dengan total kerugian setidaknya $10,6 juta. Dalam jenis penipuan ini, korban akan menemukan iklan di platform media sosial, portal lowongan kerja, atau menerima informasi tak terduga dari penipu melalui platform pesan seperti WhatsApp dan Telegram," tulis Kepolisian Singapura dalam laporan resminya, seperti dilansir topik.id, Rabu (26/11/2025). 

Penipu menawarkan pekerjaan dengan proses mudah namun menjanjikan komisi tinggi untuk memancing minat korban. Mereka memanfaatkan skema pembayaran bertahap yang semakin meningkat agar korban tetap terjebak.

Dalam modus tugas daring, korban diarahkan menyelesaikan berbagai aktivitas online seperti promosi merek atau optimasi aplikasi. Korban kemudian diminta menyetorkan sejumlah uang untuk menyelesaikan tugas yang dijanjikan.

"Korban akan diminta untuk melakukan berbagai aktivitas daring—seperti mempromosikan merek, mengoptimalkan aplikasi, atau menyelesaikan pesanan—dengan imbalan komisi. Korban akan diminta untuk menyetorkan sejumlah uang untuk menyelesaikan tugas mereka," ungkap dalam laporan resmi itu.

Pada modus bisnis online, korban mendaftar ke situs palsu dan diminta membayar di muka untuk setiap pesanan. Komisi awal memang diberikan, namun nilai pembayaran berikutnya meningkat hingga korban tak mampu lagi mengikutinya.

Dalam penipuan survei web, korban diminta membayar sebelum mengerjakan survei dengan imbalan komisi. Namun jumlah pembayaran meningkat terus sehingga korban tidak bisa menyelesaikan survei maupun menarik penghasilan.

Mayoritas korban baru menyadari telah ditipu ketika deposit yang diminta semakin besar. Situasi semakin jelas ketika “penghasilan” yang dijanjikan tidak bisa dicairkan sama sekali. Kepolisian Singapura mengimbau dapat mengecek tanda-tanda penipuan pada sumber atau situs web resmi pemerintah.

"Anda dapat memeriksa keabsahan pesan, nomor telepon, dan tautan situs web yang mencurigakan melalui aplikasi ScamShield atau mengunjungi situs web ScamShield di www.scamshield.gov.sg," imbau dalam laporan tersebut.

Share:
Premium.
Komentar
Komentar sepenuhnya tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.

Update
Indeks