![]() |
| cover | topik.id |
Republik Islandia mencatat sejarah sebagai negara pertama di dunia yang menerapkan pendidikan berbasis kecerdasan buatan, artificial intelligence (AI) secara komprehensif di tingkat nasional.
Inisiatif ini terwujud melalui kemitraan antara Anthropic, perusahaan pengembang AI di balik model Claude dan Kementerian Pendidikan dan Anak Islandia, yang bertujuan menghadirkan teknologi AI langsung ke tangan para guru di seluruh wilayah Islandia.
Program percontohan ini, upaya global menjadikan AI sebagai alat bantu yang etis, cerdas, dan bermanfaat di sektor pendidikan. Melalui program tersebut, ratusan guru dari berbagai wilayah Islandia, mulai dari ibu kota Reykjavik hingga desa-desa terpencil, mendapatkan akses langsung ke Claude.
Teknologi ini dirancang untuk membantu para pendidik mempersiapkan materi pembelajaran, memperkaya pengalaman belajar siswa, serta menghemat waktu administrasi yang selama ini menjadi beban tambahan. Guru juga menerima pelatihan, sumber daya pendidikan, dan dukungan teknis agar mampu memanfaatkan potensi AI secara optimal di ruang kelas.
Menurut Kepala Sektor Publik Anthropic, Thiyagu Ramasamy mengungkapkan kemitraan ini menjadi contoh nyata bagaimana pemerintah dapat menggunakan AI untuk meningkatkan layanan publik tanpa mengorbankan nilai-nilai inti pendidikan.
"Kami bangga bermitra dengan Kementerian Pendidikan dan Anak-Anak Islandia untuk membantu para guru menghemat waktu dan menciptakan pengalaman belajar yang lebih baik bagi siswa mereka," kata Thiyagu Ramasamy dalam pernyataan resminya, seperti dilansir topik.id, Selasa (4/11/2025).
Ia menekankan bahwa teknologi seperti Claude memungkinkan guru membuat rencana belajar yang lebih personal, menyesuaikan materi dengan kebutuhan setiap siswa, serta memberikan dukungan kapan pun diperlukan. Dengan kehadiran AI, guru dapat memusatkan perhatian pada proses belajar yang kreatif dan interaktif.
"Inisiatif ini mencontohkan bagaimana pemerintah dapat memanfaatkan AI untuk meningkatkan layanan publik sekaligus mempertahankan nilai-nilai inti mereka. Sudah terlalu lama, para guru terbebani oleh dokumen dan tugas administratif—beban tersembunyi yang menjauhkan mereka dari hal terbaik yang mereka kuasai: mengajar. Dengan memastikan para guru di seluruh negeri memiliki akses ke Claude, Islandia menunjukkan bagaimana negara-negara dapat menerapkan AI secara praktis dan bertanggung jawab," ungkap Thiyagu Ramasamy.
Para pendidik di Islandia memanfaatkan Claude untuk menganalisis berbagai jenis konten, mulai dari teks kompleks hingga soal matematika tingkat lanjut. Sistem ini juga dirancang memahami konteks lokal dan bahasa Islandia, menjadikannya relevan bagi pengajaran lintas daerah. Dengan kemampuan multibahasa, Claude membantu guru mengakomodasi kebutuhan siswa dari berbagai latar belakang, menciptakan lingkungan belajar yang lebih inklusif dan adaptif terhadap keragaman.
Sementara itu, Menteri Pendidikan dan Anak Islandia, Guðmundur Ingi Kristinsson, menegaskan bahwa AI bukan sekadar tren sementara, melainkan bagian permanen dari masa depan pendidikan. Ia menilai penting bagi pemerintah untuk memanfaatkan kekuatan AI sambil tetap mewaspadai potensi dampak negatifnya.
"Kecerdasan buatan akan terus ada. Kecerdasan ini berkembang dengan pesat, dan penting untuk memanfaatkan kekuatannya sekaligus mencegah dampak buruknya. Kecerdasan buatan akan memengaruhi pendidikan seperti halnya bidang lainnya," jelas Guðmundur Ingi Kristinsson.
Program pendidikan perintis di Islandia ini memperkuat momentum global kolaborasi antara Anthropic dan berbagai institusi publik di Eropa. Arsip Parlemen Eropa telah menggunakan Claude untuk mempermudah akses ke lebih dari 2,1 juta dokumen resmi, memangkas waktu pencarian hingga 80%.
Selain itu, di Inggris, Anthropic bekerja sama dengan Departemen Sains, Inovasi, dan Teknologi untuk mengeksplorasi penerapan AI dalam peningkatan layanan publik, sementara London School of Economics menyediakan Claude for Education bagi seluruh mahasiswanya.
