Mengenal Jamin Ginting, Pahlawan Nasional asal Sumatera Utara

Jamin Ginting merupakan Komandan Pertama Komando Pangkalan atau Komando Basis Kota Medan (KBKM).

Hendrik Syahputra
A- A+
Letjen TNI Jamin Ginting | cover

Jamin Ginting (Letjen TNI Jamin Ginting) lahir di Desa Suka, Tiga Panah, Kabupaten Karo, Sumatera Utara, 12 Januari 1921,

Pahlawan Nasional ini meninggal di Ottawa, Kanada, 23 Oktober 1974 pada umur 53 tahun, ia diberi gelar Pahlawan Nasional Indonesia sesuai Keppres No. 115/TK/2014, tanggal 6 November 2014.

Jamin Ginting dikenal sebagai tokoh perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia di Sumatera Utara dan pernah membentuk Badan Keamanan Rakyat (BKR) Kabanjahe. 

Pasukannya aktif melucuti persenjataan tentara Jepang di Berastagi dan bertempur melawan pasukan Inggris. 

Jamin Ginting juga menjadi salah satu komandan pasukan Indonesia dalam pertempuran Medan Area melawan pasukan Inggris di Sumatera Timur dan sempat pula memimpin pasukan dalam perjuangan melawan Belanda dalam Agresi Militer I.

Karir militer Jamin Ginting meningkat setelah pengakuan kedaulatan pada 27 Desember 1949. Beliau merupakn Komandan Pertama Komando Pangkalan atau Komando Basis Kota Medan (KBKM) yang kemudian diubah menjadi Komando Militer Kota Besar (KMKB) Medan.

Jabatan yang pernah diduduki Jamin Ginting adalah Kepala Staf Kodam II/Bukit Barisan, Assisten Dua Bagian Perang di TNI, Panglima TT I Bukit Barisan, Panglima Sumatera Utara, Wakil Sekretaris Jenderal Front Nasional di Kabinet Dwikora Revisi Kedua, Sekretaris Presiden merangkap Wakil Sekretaris Negara.

Jabatan terakhirnya sebagai Duta Besar RI di Kanada. Beliau meninggal di Ottawa, Kanada, 23 Oktober 1974 pada umur 53 tahun, dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata Jakarta.

Semasa hidupnya, Jamin Ginting menulis beberapa buku. Satu diantaranya adalah "Bukit Kadir" yang mengisahkan perjuangan di daerah Karo sampai ke perbatasan Aceh melawan Hindia Belanda.

Karir Militer

  • Memimpin pasukan setelah kekalahan Jepang

Rencana Jepang untuk memanfaatkan putra-putra Karo memperkuat pasukan Jepang kandas setelah Jepang menyerah kepada sekutu pada Perang Dunia II. 

Jepang menelantarkan daerah kekuasaan mereka di Asia dan kembali pulang ke Jepang. Sebagai seorang komandan, Jamin Ginting bergerak cepat untuk mengkonsolidasi pasukannya. 

Ia bercita cita untuk membangun satuan tentara di Sumatera Utara. Dia menyakinkan anggotanya untuk tidak kembali pulang ke desa masing masing. 

Beliau memohon kesediaan mereka untuk membela dan melindungi rakyat Karo dari setiap kekuatan yang hendak menguasai daerah Sumatera Utara. Situasi politik ketika itu tidak menentu. Pasukan Belanda dan Inggris masih berkeinginan untuk menguasai daerah Sumatera.

Pionir 

Dikemudian hari anggota pasukan Jamin Ginting ini akan mucul sebagai pionir-pionir pejuang Sumatera bagian Utara dan Karo. Kapten Bangsi Sembiring, Kapten Selamat Ginting, Kapten Mumah Purba, Mayor Rim Rim Ginting, Kapten Selamet Ketaren, dan lain lain adalah cikal bakal Kodam II/Bukit Barisan yang kita kenal sekarang ini. 

Ketika Letkol. Jamin Ginting menjadi wakil komandan Kodam II/Bukit Barisan, dia berselisih paham dengan Kolonel M. Simbolon yang ketika itu menjabat sebagai Komandan Kodam II/Bukit Barisan. 

Jamin Ginting tidak sepaham dengan tidakan Kolonel M.Simbolon untuk menuntut keadilan dari pemerintah pusat melalui kekuatan bersenjata. 

Perselisihan mereka ketika itu sangat dipengaruhi oleh situasi politik dan ekonomi yang melanda Indonesia. Disatu pihak, Simbolon merasa Sumatera dianak-tirikan oleh pemerintah pusat dalam bidang ekonomi. 

Dilain pihak, Ginting sebagai seorang tentara profesianal memegang teguh azas seorang prajurit untuk membela negara Indonesia.

Operasi Bukit Barisan

Dalam rangka menghadapi gerakan pemberontakan Nainggolan di Medan (Sumatera Utara) maka Panglima TT I, Letkol Inf Jamin Ginting melancarkan Operasi Bukit Barisan. Operasi ini dilancarkan pada tanggal 7 April 1958. 

Dengan dilancarkannya operasi Bukit Barisan II ini, maka pasukan Nainggolan dan Sinta Pohan terdesak dan mundur ke daerah Tapanuli.

Akhir karir

Dipenghujung masa baktinya, Jamin Ginting mewakili Indonesia sebagai seorang Duta Besar Indonesia untuk Kanada. Di Kanada ini pulalah Jamin Ginting, mengakhiri hayatnya.

Jabatan
  • Kepala Staf Kodam II/Bukit Barisan
  • Assisten Dua Bagian Perang di TNI
  • Panglima TT I Bukit Barisan.
  • Panglima Sumatera Utara.
  • Dengan pangkat Mayor Jenderal, menjabat sebagai Wakil Sekretaris Jenderal Front Nasional, di Kabinet Dwikora Revisi Kedua.
  • Penggerak dari pembentukan Gakari yang sekarang Golkar.

Keluarga

Jamin Ginting meninggalkan 5 orang anak. Salah satunya seorang putri bernama Rimenda br Ginting, SH.

Karya tulis

Semasa hidupnya, Jamin Ginting menulis beberapa buku. Satu diantaranya "Bukit Kadir" mengisahkan perjuangannya di daerah Karo sampai ke perbatasan Aceh melawan Hindia Belanda. 

Seorang anggotanya, Kadir, gugur disebuah perbukitan di Tanah Karo dalam suatu pertempuran yang sengit dengan pasukan Belanda. Bukit itu sekarang dikenal dengan nama Bukit Kadir.
Apakah konten ini bermanfaat?
Dukung dengan memberikan satu kali kontribusi.

Share:
Berbasis data.
Paling diminati.


Komentar
Login ke akun RO untuk melihat dan berkomentar.

Terkini

Indeks