![]() |
cover | topik.id |
Fenomena ini semakin marak sejak pandemi, ketika orang mencari informasi terkini tanpa henti. Sayangnya, alih-alih memberi ketenangan, doomscrolling justru membuat cemas, stres, bahkan menurunkan produktivitas. Banyak pengguna tidak sadar sudah menghabiskan berjam-jam hanya untuk membaca atau melihat konten yang membuat suasana hati semakin buruk.
Untuk mengatasi hal ini, hadir berbagai aplikasi khusus yang dirancang membantu pengguna lebih bijak dalam mengelola waktu layar. Dengan fitur pembatasan akses, pengingat penggunaan, hingga motivasi untuk lebih fokus, aplikasi-aplikasi ini bisa menjadi solusi agar waktu digital tidak lagi terasa sia-sia.
Apa itu Doomscrolling?
Doomscrolling merupakan istilah yang muncul dari gabungan kata “doom” (kehancuran/hal buruk) dan “scrolling” (menggulir layar). Kebiasaan ini menggambarkan kondisi ketika seseorang terus-menerus mencari dan membaca berita atau informasi negatif di internet, meskipun hal tersebut menimbulkan rasa cemas atau depresi. Biasanya, pengguna tidak sadar sedang melakukannya karena terjebak dalam arus informasi tanpa akhir.
Fenomena ini sering dipicu oleh rasa penasaran dan kebutuhan untuk “selalu update”. Otak manusia secara alami ingin tahu apa yang sedang terjadi di sekitar, terutama hal-hal yang dianggap mengancam. Akibatnya, pengguna bisa berjam-jam membaca berita buruk tanpa benar-benar mendapatkan manfaat berarti, justru hanya menambah beban mental.
Dampaknya bisa serius, tidur terganggu, kesehatan mental menurun, bahkan produktivitas kerja ikut terhambat. Oleh karena itu, memahami doomscrolling dan menyadari kebiasaan ini adalah langkah pertama agar bisa mengambil kontrol kembali atas waktu dan perhatian.
Lantas, aplikasi apa saja yang dapat mengendalikan doomscrolling? Berikut rangkumannya yang diulas topik.id, Rabu (17/9/2025) dari laman Google Store:
1. Freedom.
Freedom adalah aplikasi populer yang membantu memblokir situs dan aplikasi tertentu agar pengguna lebih fokus. Dengan fitur fleksibel, pengguna bisa membuat jadwal bebas distraksi, sehingga waktu kerja atau belajar tidak terganggu notifikasi media sosial. Aplikasi ini tersedia di berbagai perangkat, mulai dari smartphone hingga komputer. Keunggulannya adalah sinkronisasi lintas platform, jadi pengaturan sekali berlaku di semua perangkat. Freedom cocok bagi mereka yang ingin tegas membatasi akses ke aplikasi tertentu tanpa tergoda untuk membukanya lagi. Dengan cara ini, doomscrolling bisa dikendalikan secara efektif.
2. StayFree.
StayFree berfungsi sebagai pelacak penggunaan aplikasi yang detail, sehingga pengguna bisa tahu berapa lama waktu yang dihabiskan untuk setiap aplikasi. Statistiknya ditampilkan dengan grafik yang mudah dipahami, membuat pengguna lebih sadar dengan pola pemakaian harian. Selain itu, StayFree memungkinkan pengaturan batas waktu agar aplikasi otomatis terkunci setelah melebihi durasi tertentu. Fitur pengingat dan notifikasinya cukup tegas, sehingga bisa mengurangi kecenderungan membuka media sosial secara berlebihan. Bagi yang ingin memantau sekaligus mengendalikan kebiasaan online, StayFree menjadi pilihan yang praktis dan efektif.
3. One Sec.
One Sec dirancang dengan pendekatan psikologis: aplikasi ini menambahkan jeda beberapa detik sebelum membuka aplikasi lain. Tujuannya adalah memberi waktu bagi otak untuk berpikir ulang, “apakah benar-benar perlu membuka aplikasi ini sekarang?”. Dengan jeda sederhana ini, banyak pengguna berhasil mengurangi kebiasaan membuka media sosial secara impulsif. One Sec juga menyediakan data statistik penggunaan yang membantu memantau progres pengurangan doomscrolling. Fitur ini sangat efektif untuk mengatasi kebiasaan membuka aplikasi hanya karena bosan atau sekadar refleks. Dengan kata lain, aplikasi ini memberi ruang kecil untuk membuat keputusan yang lebih bijak.
4. Opal.
Opal hadir sebagai aplikasi pengatur waktu layar dengan fitur menarik seperti mode fokus dan jadwal pintar. Aplikasi ini membantu pengguna memutuskan kapan harus benar-benar offline dari media sosial. Misalnya, saat bekerja atau belajar, Opal bisa otomatis memblokir aplikasi pengganggu sesuai jadwal yang sudah ditentukan. Desainnya sederhana, mudah digunakan, dan memberikan laporan mingguan mengenai penggunaan aplikasi. Selain itu, Opal juga memberikan motivasi berupa pesan positif agar pengguna tetap semangat menjaga konsistensi. Dengan dukungan ini, Opal sangat cocok bagi mereka yang ingin memperbaiki pola digital secara bertahap namun konsisten.
5. Forest.
Forest mengubah fokus menjadi sesuatu yang menyenangkan melalui gamifikasi. Saat pengguna ingin berkonsentrasi, mereka “menanam” pohon virtual yang akan tumbuh selama aplikasi pengganggu tidak dibuka. Jika gagal menahan diri dan keluar dari mode fokus, pohon itu akan layu. Konsep sederhana ini justru sangat efektif karena menghubungkan kebiasaan baik dengan rasa pencapaian. Forest bahkan bekerja sama dengan program penghijauan nyata, di mana pengguna bisa ikut berkontribusi menanam pohon sungguhan. Aplikasi ini cocok untuk mereka yang ingin mengurangi doomscrolling dengan cara kreatif dan menyenangkan, sekaligus mendukung keberlanjutan lingkungan.
Doomscrolling memang sulit dihindari di era serba digital saat ini, tapi bukan berarti tidak bisa dikendalikan. Dengan bantuan aplikasi, pengguna bisa membangun kebiasaan digital yang lebih sehat dan produktif. Kendati begitu kuncinya utamanya ada pada kesadaran diri, konsistensi, serta keberanian untuk menata ulang prioritas waktu. Saat kontrol sudah kembali, internet bisa kembali menjadi sumber informasi dan hiburan yang bermanfaat, bukan jebakan waktu yang merugikan.