![]() |
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok, Lin Jian | topik.id |
Dalam konferensi pers rutin, juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok, Lin Jian, menegaskan bahwa dalih latihan dan pelatihan bersama yang digunakan AS dan Jepang tidak bisa diterima. Ia menilai penempatan rudal itu justru memperburuk potensi konflik dan mengabaikan kekhawatiran sah dari negara-negara di kawasan.
"Terlepas dari kekhawatiran besar Tiongkok, Amerika Serikat dan Jepang bersikeras menyebarkan sistem rudal jarak menengah di Jepang dengan dalih latihan dan pelatihan bersama. Tiongkok sangat tidak puas dan dengan tegas menentangnya," tegas Lin dalam pernyataan resminya, dilansir Rabu (17/9/2025).
Lin menekankan bahwa langkah AS dan Jepang merugikan kepentingan keamanan sah negara lain. Ia memperingatkan bahwa tindakan ini akan menambah ketidakpercayaan antarnegara, sekaligus meningkatkan risiko pecahnya konflik terbuka di Asia.
Selain faktor keamanan, Beijing juga mengingatkan dimensi sejarah. Lin menyebut tindakan militer Jepang selalu dipandang penuh kewaspadaan oleh negara tetangganya, mengingat masa lalu agresi militer Jepang yang masih membekas. Peringatan ini disampaikan bertepatan dengan momentum 80 tahun kemenangan Tiongkok dalam Perang Perlawanan Rakyat melawan Agresi Jepang.
"Amerika Serikat dan Jepang harus sungguh-sungguh menghormati masalah keamanan negara lain, menghadapi permintaan negara-negara regional, dan memperbaiki praktik mereka yang salah, karena sejarah agresi militerisnya, tindakan militer dan keamanan Jepang selalu dipandang dengan kewaspadaan tinggi oleh negara-negara tetangganya di Asia dan masyarakat internasional," tambah Lin.
Lin mendesak Jepang agar merenungkan sejarahnya secara mendalam dan tidak sembarangan terlibat dalam langkah militer bersama Amerika Serikat. Ia memperingatkan bahwa sikap Tokyo justru berpotensi merusak kepercayaan negara tetangga dan membuka luka lama di kawasan.
Lin juga menyerukan agar Jepang berhati-hati dalam setiap kebijakan pertahanan dan keamanan. Ia meminta Tokyo menahan diri, tidak membantu tindakan yang dianggap provokatif, serta menghindari langkah yang bisa menggoyahkan perdamaian dan stabilitas di Asia.
"Tiongkok mendesak Jepang untuk merenungkan secara mendalam sejarah agresinya karena tahun ini menandai peringatan 80 tahun kemenangan dalam Perang Perlawanan Rakyat Tiongkok melawan Agresi Jepang dan Perang Anti-Fasis Dunia, Jepang harus berhati-hati dalam perkataan dan perbuatannya di bidang militer dan keamanan, menghindari membantu tindakan jahat, dan menahan diri dari melakukan apa pun yang akan merusak kepercayaan negara-negara tetangganya di Asia atau merusak perdamaian dan stabilitas regional," katanya.