![]() |
Gelaran KTT Organisasi Kerja Sama Shanghai 2025 diselenggarakan di Tianjin dari 31 Agustus hingga 1 September | @gov.cn |
Antara tahun 2000 hingga 2025, tercatat lebih dari 1,07 juta paten nanoteknologi diberikan di seluruh dunia. Dari jumlah tersebut, 464.000 paten berasal dari Tiongkok. Pangsa ini bahkan melampaui total gabungan dari Amerika Serikat, Jepang, dan Republik Korea. Fakta ini menandai perubahan besar dalam lanskap riset global, di mana Tiongkok berhasil mengambil alih posisi kepemimpinan di sektor teknologi yang sangat kompetitif ini.
"Pangsa Tiongkok melampaui total gabungan paten dari Amerika Serikat, Jepang, dan Republik Korea," keterangan laporan Buku Putih: Industri Nanoteknologi Tiongkok 2025, yang diterbitkan pada forum industri nanoteknologi yang diselenggarakan di Beijing, dilansir Senin (1/9/2025).
Buku putih berjudul Industri Nanoteknologi Tiongkok 2025 mengungkap bahwa portofolio paten Tiongkok berfokus pada beberapa bidang utama. Di antaranya adalah perangkat semikonduktor, kimia katalitik, biomedis, dan material baru.
Kota-kota besar seperti Beijing, Shanghai, Shenzhen, dan Suzhou mendominasi inovasi di bidang semikonduktor, sementara biomedis terkonsentrasi di Beijing, Shanghai, dan Guangzhou. Hal ini menunjukkan adanya distribusi pusat penelitian yang strategis di berbagai wilayah.
Akademi Ilmu Pengetahuan Tiongkok menjadi pemegang paten global terbesar dengan total 23.400 paten. Selain itu, tingkat transfer dan lisensi paten nanoteknologi di Tiongkok telah melampaui 8 persen.
Angka ini merefleksikan efisiensi yang terus meningkat dalam hal komersialisasi hasil riset, sehingga teknologi tidak hanya berhenti di laboratorium, tetapi juga diimplementasikan untuk kepentingan industri dan masyarakat luas.
"Tiongkok menduduki peringkat pertama di antara pemegang paten global dengan 23.400 paten. Tingkat transfer dan lisensi paten nanoteknologi di Tiongkok telah melampaui 8 persen, mencerminkan peningkatan berkelanjutan dalam efisiensi komersialisasi," terangnya.
Hingga Mei 2025, jumlah perusahaan nanoteknologi di Tiongkok telah melampaui 34.500, termasuk 739 perusahaan terdaftar resmi. Sektor ini juga menyerap tenaga kerja hingga 9,92 juta orang, mencerminkan betapa vitalnya industri nanoteknologi dalam perekonomian nasional. Secara global, pasar nanoteknologi diproyeksikan mencapai 1,5 triliun dolar AS pada akhir 2025, dengan tingkat pertumbuhan tahunan gabungan lebih dari 17 persen sejak 2018.
Prestasi ini turut disoroti dalam forum industri nanoteknologi yang menjadi bagian dari Konferensi Internasional ke-10 tentang Nanosains dan Teknologi di Beijing. Forum tersebut menghadirkan tujuh ilmuwan terkemuka dunia yang menyampaikan pidato, serta lebih dari 600 akademisi ternama yang membahas 15 topik hangat di bidang nanoteknologi. Ajang ini menjadi panggung penting untuk menampilkan pencapaian penelitian dan mendorong kolaborasi internasional.
Dalam sambutan pembukaan, Ketua Konferensi Bai Chunli menegaskan bahwa nanoteknologi merupakan kekuatan inti yang mendorong terobosan di bidang energi hijau, biomedis, serta teknologi informasi. Bai juga menekankan bahwa teknologi ini mempercepat lahirnya kekuatan produktif baru yang berkualitas, sekaligus menjadi penggerak utama inovasi global. Pandangannya memperlihatkan bagaimana nanoteknologi menjadi salah satu tulang punggung transformasi industri masa depan.
Selain itu, Bai menyoroti bagaimana kebangkitan kecerdasan buatan telah membuka peluang revolusioner bagi riset nanoteknologi. Integrasi AI tidak hanya mempercepat proses penelitian, tetapi juga mengubah paradigma dalam pengembangan teknologi ini.
Tiongkok berkomitmen memperkuat penelitian dasar, mendorong aplikasi industri, memperluas kerja sama internasional, dan terus menjadikan nanoteknologi sebagai motor inovasi global. Dengan penyelenggaraan konferensi yang konsisten di Beijing sejak 2005, Tiongkok tampaknya semakin meneguhkan posisinya sebagai pusat perkembangan nanoteknologi dunia.
"Kebangkitan kecerdasan buatan telah membawa peluang revolusioner bagi nanoteknologi, yang secara signifikan mengubah paradigma penelitiannya. Ke depannya, upaya lebih lanjut akan dilakukan untuk memperkuat penelitian dasar, meningkatkan pengembangan berorientasi aplikasi, memperdalam kerja sama internasional, dan terus memanfaatkan peran penting nanoteknologi dalam inovasi dan pengembangan global, tambah Bai, akademisi dari Akademi Ilmu Pengetahuan Tiongkok," terangnya.