iklan - scroll untuk melanjutkan membaca.

Remitansi uang antar negara melejit, Asia Pasifik jadi sorotan

Aplikasi digital kini menjadi saluran paling populer dalam mengirim maupun menerima uang.

author photo
A- A+
cover | @ist
Remitansi atau pengiriman dan penerimaan uang antar negara terus menunjukkan tren melejit, dengan Asia Pasifik kini menjadi sorotan utama. Hal itu dibuktikan dengan tingginya mobilitas penduduk di kawasan ini menjadikan kiriman uang dari luar negeri sebagai bagian penting dari kehidupan sehari-hari, baik untuk kebutuhan keluarga, pendidikan, maupun investasi. Data terbaru menunjukkan lima dari sepuluh negara penerima remitansi terbesar di dunia berasal dari Asia Pasifik, dipimpin oleh India, Tiongkok Daratan, Filipina, Pakistan, dan Bangladesh.

Menurut laporan Visa Money Travels: 2025 Digital Remittances Adoption Report, nilai remitansi global tumbuh 4,6 persen menjadi US$905 miliar pada tahun 2024. Di Asia Pasifik, pertumbuhan ini semakin dipacu oleh pergeseran ke arah digital, di mana aplikasi menjadi sarana utama untuk mengirim dan menerima uang, mengungguli cara konvensional seperti uang tunai dan cek.

Keamanan menjadi alasan kuat di balik lonjakan adopsi aplikasi digital. Responden di enam pasar Asia Pasifik – Australia, India, Jepang, Tiongkok Daratan, Filipina, dan Singapura – menilai kiriman uang digital lebih cepat, lebih praktis, sekaligus lebih aman dibandingkan metode lama. Perubahan persepsi ini mendorong semakin banyak orang beralih ke teknologi.

India menjadi negara dengan tingkat penggunaan aplikasi digital tertinggi, dengan 74 persen responden mengaku mengirim uang lewat aplikasi dan 76 persen menerima dengan cara yang sama. Filipina (74 persen/66 persen) dan Singapura (70 persen/75 persen) juga mencatat adopsi tinggi. Bahkan di Jepang, yang dikenal masih mengandalkan uang tunai, lebih dari separuh responden kini menggunakan aplikasi digital untuk kiriman lintas negara.
"Yang krusial adalah aplikasi digital menjadi metode pengiriman uang yang paling banyak digunakan, bahkan di pasar yang umumnya mengutamakan uang tunai. Misalnya, di Jepang, 58 persen responden mengatakan mereka menggunakan aplikasi digital untuk mengirim uang ke negara lain, dan 56 persen menggunakan aplikasi digital untuk menerima uang dari negara lain," tulis Visa dalam laporan resminya, dilansir Jumat (22/8/2025).
Menariknya, pergeseran ini tidak hanya terjadi pada kelompok muda. Di Australia dan Singapura, memang kelompok usia 18–34 tahun paling banyak menggunakan aplikasi, tetapi di India dan Filipina, justru responden berusia 65 tahun ke atas yang mendominasi, dengan angka mencapai 83 persen di India dan 100 persen di Filipina. Hal ini menegaskan bahwa kemudahan aplikasi digital membuat kiriman uang antar negara bisa diakses oleh semua kalangan.

Fungsi kiriman uang di Asia Pasifik tetap berakar kuat pada nilai sosial dan keluarga. Laporan Visa mencatat keadaan darurat medis dan kebutuhan mendesak menjadi alasan utama masyarakat mengirim uang, seperti di Filipina (41 persen), India (44 persen), dan Australia (31 persen). Selain itu, dukungan bulanan untuk keluarga hingga hadiah saat hari raya juga menjadi pendorong utama.

"Bukan hanya generasi muda yang beralih ke remitansi digital. Faktanya, para pengirim uang, tanpa memandang usia, kini menggunakan aplikasi digital untuk mengirim uang ke luar negeri. Di India dan Filipina, responden berusia 65 tahun ke atas paling banyak menggunakan aplikasi digital untuk mengirim uang ke luar negeri (83% di India; 100% di Filipina). Hal ini menunjukkan bahwa aplikasi digital memudahkan dan memudahkan siapa pun untuk mengirim dan menerima uang ke dan dari luar negeri," ungkapnya.

Di sisi penerimaan, uang kiriman banyak digunakan untuk kepentingan pendidikan, tabungan, dan investasi. Tiongkok (36 persen), Singapura (33 persen), Jepang (23 persen), dan India (30 persen) mencatat pendidikan dan dana investasi sebagai tujuan utama penerimaan. Hal ini menunjukkan remitansi kini tidak hanya menjaga keberlangsungan hidup keluarga, tetapi juga membangun masa depan generasi berikutnya.

Dengan infrastruktur digital yang semakin berkembang, masa depan remitansi uang antar negara di Asia Pasifik diprediksi akan terus cerah. Layanan seperti Visa Direct, yang menghubungkan lebih dari 11 miliar titik pembayaran di 195 negara dan wilayah dengan dukungan lebih dari 150 mata uang, memberi jaminan kecepatan, keamanan, dan kenyamanan. Asia Pasifik pun semakin menegaskan posisinya sebagai pusat arus kiriman uang global.

"Di saat yang sama, infrastruktur digital yang terus berkembang di kawasan ini siap menghadirkan layanan remitansi digital yang lebih aman, cepat, dan nyaman, memungkinkan hampir semua orang mengirim dan menerima uang lintas batas dengan tenang. Dengan menghubungkan lebih dari 11 miliar titik akhir pembayaran di lebih dari 195 negara dan wilayah serta mendukung lebih dari 150 mata uang, Visa Direct memungkinkan mitra kami dan pelanggan mereka melakukan remitansi digital dengan kecepatan dan keamanan yang tak tertandingi," ungkapnya.


Share:
Premium.
Komentar
Komentar sepenuhnya tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.

Update
Indeks