![]() |
| foto: @ericsson |
Ericsson, Nokia, dan Fraunhofer Heinrich Hertz Institute (HHI) Berlin resmi berkolaborasi untuk memperkuat posisi Eropa dalam pengembangan dan standarisasi teknologi pengkodean video generasi berikutnya. Kolaborasi bertujuan menghadirkan pengalaman media imersif dan video seluler yang lebih efisien dan berkualitas tinggi 6G.
Ketiga pemimpin teknologi ini menyatukan keahlian riset mereka untuk menciptakan codec video baru yang mampu memberikan kompresi jauh lebih tinggi dibandingkan standar saat ini seperti H.264/AVC, H.265/HEVC, dan H.266/VVC. Inovasi tersebut diklaim dapat mencapai efisiensi kompresi tanpa menambah kompleksitas sistem secara signifikan, serta meningkatkan efisiensi energi dan skalabilitas penggunaan di berbagai perangkat.
Hasil penelitian awal menunjukkan bahwa teknologi baru ini memiliki potensi besar untuk memenuhi kebutuhan masa depan pengkodean video, terutama pada aplikasi berbasis 6G. Temuan ini menjadi bukti awal yang membuka jalan menuju proses standardisasi global dan mendukung pengambilan keputusan di badan-badan internasional seperti ITU-T dan ISO/IEC MPEG.
"Penelitian yang terdokumentasi memberikan bukti awal tentang teknologi yang mampu memenuhi persyaratan untuk fase standardisasi pengkodean video berikutnya, tonggak penting yang membantu memulai proses menuju pengambilan keputusan di masa mendatang," tulis Ericsson dalam laporan resminya, seperti dilansir Senin (27/10/2025).
Pengajuan bukti konsep oleh ketiga mitra tersebut telah diterima secara positif oleh dua lembaga pengawas utama, ITU-T Video Coding Experts Group dan ISO/IEC Moving Picture Experts Group (MPEG). Dukungan ini diharapkan menjadi katalis bagi evaluasi lebih lanjut dan langkah-langkah konkret dalam menetapkan standar codec video baru di tingkat global.
Standar baru yang tengah disiapkan ini diperkirakan akan mulai beroperasi antara tahun 2029 hingga 2030, bertepatan dengan proyeksi penerapan jaringan 6G. Sementara itu, standar video yang ada seperti Versatile Video Coding (VVC) masih akan memainkan peran penting dalam transisi menuju era baru media digital, terutama untuk streaming efisien dan format imersif lintas jaringan.
Teknologi codec video generasi berikutnya diharapkan mampu mengakomodasi beragam kebutuhan aplikasi, mulai dari komunikasi seluler, streaming, hingga pengalaman imersif dengan latensi rendah. Penggunaannya akan meluas ke bidang pengodean konten profesional, konten pengguna, video berbasis AI, hingga kebutuhan otomotif dan industri yang memerlukan transmisi visual berkecepatan tinggi.
Kepala Riset Ericsson, Magnus Frodigh, menegaskan bahwa kolaborasi ini menandai tekad bersama untuk membentuk masa depan teknologi 6G. Ia menyebut pencapaian ini sebagai bukti kemampuan Eropa dalam memimpin inovasi, sekaligus komitmen untuk menciptakan standar baru yang lebih efisien dan berkelanjutan bagi ekosistem video global.
"Sebagai pemimpin konektivitas global, Ericsson berada di posisi yang tepat untuk meneliti dan mendorong kapabilitas pemberdayaan 6G. Kami bangga bermitra dengan Nokia dan Fraunhofer HHI dalam pengodean video untuk menggabungkan keahlian riset dan membentuk standar berikutnya," ungkapnya.
Sementara itu, Ville-Veikko Mattila dari Nokia dan Prof. Thomas Wiegand dari Fraunhofer HHI menekankan pentingnya kolaborasi ini dalam menjaga nilai keterbukaan, keunggulan riset, dan keberlanjutan. Ketiga perusahaan tersebut sepakat bahwa pengembangan codec video generasi berikutnya bukan sekadar kemajuan teknis, melainkan fondasi bagi pengalaman digital masa depan yang lebih cerdas, terhubung, dan imersif.
