![]() |
| juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok, Lin Jian | dok: cri.cn |
Tiongkok menegaskan bahwa kebijakannya dalam mengendalikan ekspor tanah jarang dan produk terkait sepenuhnya sesuai dengan praktik internasional yang berlaku. Pernyataan ini disampaikan oleh juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok, Lin Jian, sebagai tanggapan atas kritik dari Amerika Serikat (AS) terkait langkah pembatasan ekspor komoditas strategis tersebut.
Lin menjelaskan bahwa langkah pengendalian ekspor tanah jarang dilakukan berdasarkan kerangka hukum yang sah dan bertujuan menjaga kepentingan nasional, keamanan industri, serta stabilitas pasokan global. Menurutnya, tidak ada pelanggaran dalam kebijakan tersebut karena seluruhnya mengikuti aturan perdagangan internasional yang telah disepakati oleh berbagai negara.
Pernyataan Lin muncul setelah Perwakilan Dagang AS, Jamieson Greer, menuding bahwa kebijakan ekspor Tiongkok terhadap tanah jarang bersifat kontradiktif. Greer juga memperingatkan bahwa Amerika Serikat berpotensi memberlakukan tarif tambahan hingga 100 persen terhadap barang-barang asal Tiongkok mulai 1 November mendatang, bergantung pada langkah yang diambil Beijing.
"Otoritas yang kompeten telah memperjelas posisi Tiongkok terkait langkah-langkah pengendalian ekspor tanah jarang dan barang-barang terkait, dan mencatat bahwa Tiongkok mengambil langkah-langkah tersebut guna lebih menjaga perdamaian dunia dan stabilitas regional, serta memenuhi kewajiban nonproliferasi dan kewajiban internasional lainnya," tegas Lin Jian dalam pernyataan presnya, seperti dilansir Kamis (16/10/2025).
Menanggapi hal itu, Lin menegaskan bahwa Tiongkok selalu terbuka terhadap dialog, namun menilai pendekatan AS yang mengancam dengan tarif dan pembatasan baru bukanlah cara yang tepat untuk menyelesaikan perbedaan. "Posisi Tiongkok konsisten dan jelas," tambahnya, menekankan bahwa negaranya tidak akan tunduk pada tekanan sepihak.
Lebih lanjut, Lin menyebut bahwa kebijakan ekspor tanah jarang juga merupakan bagian dari tanggung jawab Tiongkok dalam menjaga perdamaian dunia dan stabilitas regional. Ia menambahkan bahwa kebijakan ini mendukung kewajiban nonproliferasi dan tanggung jawab internasional lainnya yang telah menjadi komitmen Tiongkok di forum global.
Tanah jarang sendiri merupakan bahan penting yang digunakan dalam berbagai teknologi mutakhir, mulai dari kendaraan listrik hingga sistem pertahanan canggih. Karena itu, setiap kebijakan terkait ekspor bahan ini sering kali menimbulkan dampak besar terhadap rantai pasokan global, terutama di tengah persaingan teknologi antara Tiongkok-AS.
Di akhir pernyataannya, Lin menyerukan agar AS memperbaiki pendekatannya yang dianggap salah dan kembali ke jalur diplomasi yang konstruktif. Ia menekankan pentingnya dialog dan konsultasi yang dilakukan atas dasar kesetaraan, rasa hormat, dan saling menguntungkan agar hubungan kedua negara tidak semakin memburuk di tengah ketegangan perdagangan yang berkepanjangan.
"Tiongkok mendesak Amerika Serikat untuk memperbaiki pendekatannya yang salah sedini mungkin dan menangani masalah-masalah relevan melalui dialog dan konsultasi atas dasar kesetaraan, rasa hormat, dan saling menguntungkan," tutup Lin.
