![]() |
| Gedung pencakar langit kantor pusat ikonik Huawei di pangkalan Bantian, Shenzhen | dok: Huawei |
Ketegangan diplomatik antara Tiongkok dan Uni Eropa kembali memanas setelah Beijing mengecam laporan terbaru Komisi Eropa yang mendorong negara-negara anggota untuk menghentikan penggunaan perangkat Huawei dan ZTE dalam jaringan telekomunikasi di wilayah Eropa.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok, Lin Jian, menyebut langkah itu sebagai tindakan diskriminatif yang merusak kepercayaan perusahaan Tiongkok terhadap iklim investasi di Eropa.
Dalam pernyataannya resminya di Beijing, Lin menegaskan bahwa Tiongkok menuntut Uni Eropa menyediakan lingkungan bisnis yang adil, transparan, dan terbuka bagi semua perusahaan asing tanpa pandang bulu.
Tiongkok memperingatkan bahwa keputusan politik semacam itu dapat menggerogoti semangat kerja sama ekonomi yang selama ini menjadi dasar hubungan antara Beijing dan Brussels.
"Tiongkok mendesak Uni Eropa untuk menyediakan lingkungan bisnis yang adil, transparan, dan tidak diskriminatif bagi perusahaan-perusahaan Tiongkok, dan untuk menghindari merugikan kepercayaan perusahaan-perusahaan ini dalam investasi mereka di Eropa," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok Lin Jian di Beijing, seperti dilansir topik.id, Rabu (12/11/2025).
Lin juga membela kiprah Huawei dan ZTE yang menurutnya telah beroperasi di bawah hukum yang berlaku di Eropa. Kedua perusahaan itu, kata Lin, bukan hanya menyediakan teknologi telekomunikasi berkualitas tinggi, melainkan kedua perusahaan itu telah berkontribusi pada penciptaan lapangan kerja dan pembangunan ekonomi lokal di berbagai negara anggota Uni Eropa.
Lebih lanjut, Tiongkok menilai langkah Uni Eropa yang menggunakan alasan keamanan nasional untuk membatasi perusahaan teknologi asing merupakan pelanggaran terhadap prinsip perdagangan bebas.
"Membatasi atau melarang akses perusahaan ke pasar melalui cara administratif tanpa dasar hukum atau dasar fakta sangat melanggar prinsip pasar dan aturan persaingan yang sehat," kata Lin.
Beberapa analis di Beijing melihat sikap Uni Eropa ini sebagai cerminan tekanan geopolitik dari Amerika Serikat yang terus berupaya menekan pengaruh teknologi Tiongkok di pasar global. Dalam pandangan mereka, Eropa kini terjebak dalam dilema antara menjaga hubungan ekonomi dengan Tiongkok dan mempertahankan aliansi keamanan dengan Washington.
Lin menambahkan bahwa tindakan sepihak seperti pelarangan perangkat Huawei dan ZTE justru berisiko menimbulkan kerugian besar bagi negara-negara Eropa sendiri.
Ia menegaskan bahwa penghapusan teknologi Tiongkok yang sudah terintegrasi dapat memperlambat pembangunan infrastruktur digital dan meningkatkan biaya operasional bagi operator telekomunikasi lokal.
"Mengubah perdagangan menjadi isu keamanan dan politik akan menghambat kemajuan teknologi dan pertumbuhan ekonomi, dan tidak akan menguntungkan siapa pun," tutup Lin.
