Gandeng industri global, Kemenperin gemleng talenta digital Indonesia

Kerja sama dengan industri global, Ericsson dan Qualcomm serta Kementerian Perindustrian menjadi upaya untuk memperkuat kemampuan talenta Indonesia.

author photo
A- A+
Hackathon 2025 bertema 'Indonesia’s NextGen Digital Sprint with 5G and AI'.
Hackathon 2025 'Indonesia’s NextGen Digital Sprint with 5G and AI' | dok: kemenperin/humas

Ekosistem industri nasional terus bergerak menuju digitalisasi, dan salah satu pendorongnya adalah kolaborasi antara pelaku teknologi global dan lembaga pengembangan sumber daya manusia (SDM) dalam negeri. 

Dalam konteks ini, kerja sama Ericsson dan Qualcomm serta Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menjadi upaya strategis untuk memperkuat kemampuan talenta Indonesia menghadapi teknologi 5G, AI, dan otomasi industri, sekaligus menyiapkan fondasi inovasi yang lebih aplikatif bagi sektor manufaktur.

Kemenperin terus memperkuat ketahanan dan daya saing industri nasional melalui percepatan transformasi digital. Sejak diluncurkannya inisiatif Making Indonesia 4.0 pada 2018, pemerintah mendorong sektor industri untuk mengadopsi teknologi mutakhir guna meningkatkan efisiensi, produktivitas, dan daya saing global.

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengungkapkan bahwa kolaborasi lintas sektor merupakan kunci keberhasilan transformasi industri 4.0 guna mempersiapkan sumber daya manusia Indonesia di sektor digitalisasi industri.

"Keberhasilan implementasi industri 4.0 tidak hanya bergantung pada teknologi, tetapi juga kesiapan sumber daya manusia serta kematangan proses bisnis," kata Menperin Agus dalam keterangan tertulisnya, diterima Minggu (16/11/2025).

Lanjutnya Untuk mendukung percepatan industrial digitalization, Kemenperin mengembangkan Indonesia Industry 4.0 Readiness Index (INDI 4.0) sebagai standar pengukuran kesiapan digital industri, serta membangun Pusat Industri Digital Indonesia (PIDI 4.0) di bawah naungan Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri (BPSDMI) sebagai pusat solusi satu pintu transformasi industri.

Salah satu bentuk akselerasi ini adalah kerja sama PIDI 4.0 dengan perusahaan global seperti Ericsson (Swedia), Qualcomm (Amerika Serikat), serta Kementerian Komunikasi dan Digital, melalui penyelenggaraan Hackathon 2025 bertema 'Indonesia’s NextGen Digital Sprint with 5G and AI'.

Setelah sukses pada 2024, kompetisi kolaboratif ini kembali digelar dengan jangkauan lebih luas, melibatkan talenta muda, startup, dan pengembang untuk menciptakan prototipe berbasis teknologi 5G dan Artificial Intelligence (AI). Rangkaian kegiatan yang dimulai pada 18 September 2025 ini mencapai babak final pada 12–13 November 2025.

Kepala Pusdiklat SDM Industri Sidik Herman menambahkan, industri kini semakin optimistis terhadap perbaikan proses bisnis dan peluang inovasi digital, mulai dari AI generatif, 5G, IoT, robotics, dan edge computing.

"Hackathon bukan hanya kompetisi, tetapi laboratorium inovasi yang mempertemukan kreativitas, teknologi, dan tantangan nyata industri. Fokus kita pada AI generatif, 5G, IoT, robotics, dan edge computing memberi ruang bagi talenta Indonesia untuk menjawab pain points industri," ungkapnya.

Tahun ini, tantangan yang diangkat berasal dari sektor otomotif, alat kesehatan, serta makanan dan minuman. Dengan demikian, solusi yang dikembangkan tidak hanya inovatif, tetapi juga relevan dan dapat diterapkan langsung dalam proses industri.

Sementara itu, Direktur Ericsson Indonesia Ronni Nurmal merincikan pentingnya adopsi teknologi baru di sektor manufaktur. Pihaknya berharap banyak inovasi lahir dari pemanfaatan 5G dan AI untuk menjawab kebutuhan industri.

"Kami berharap banyak inovasi lahir dari pemanfaatan 5G dan AI untuk menjawab kebutuhan industri. Pemanfaatan AI kini berkembang pesat dan berpotensi besar meningkatkan kinerja manufaktur," tutupnya.

Share:
Premium.
Komentar
Komentar sepenuhnya tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.

Update
Indeks