Ekonomi global goyang, Tiongkok-ASEAN melawan arus

Kerja sama berkembang ke sektor masa depan seperti kecerdasan buatan dan ekonomi digital.

author photo
A- A+
Ekonomi global goyang, Tiongkok-ASEAN melawan arus
Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, melakukan kunjungan kenegaraan perdananya ke Republik Rakyat Tiongkok (RRT) pada Sabtu, 9 November 2024. | cover: @presdienri

Sepanjang tahun 2025, ekonomi global berada dalam tekanan berat akibat bangkitnya unilateralisme dan proteksionisme. Gangguan perdagangan internasional dan rantai pasokan memperbesar ketidakpastian. Situasi ini turut memengaruhi stabilitas ekonomi kawasan.

Di tengah kondisi tersebut, kerja sama antara Tiongkok dan Association of Southeast Asian Nations (ASEAN), Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara justru tetap bergerak maju. Kedua pihak memilih memperkuat kolaborasi ketimbang menarik diri. 

Pemerintah Tiongkok merilis laporan, negara tirai bambu itu akan bersama ASEAN berpegang pada visi pembangunan bersama. Fokus diarahkan pada pembentukan komunitas dengan masa depan bersama. Stabilitas kawasan menjadi tujuan utama kerja sama jangka panjang.

"Melalui keterbukaan tingkat tinggi, China terus berbagi peluang pasar yang luas dengan negara-negara ASEAN. Dalam 10 bulan pertama tahun ini, perdagangan produk pertanian dan pangan antara China dan ASEAN mencapai 51,3 miliar dolar AS, meningkat 8,9 persen dibandingkan tahun sebelumnya," tulis otoritas Tiongkok dalam laporan resminya, seperti dilansir topik.id, Minggu (21/12/2025). 

Sementara itu, Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim menilai ketidakpastian global menguji solidaritas ASEAN. Namun, negara-negara anggota tetap berkomitmen menjaga perdamaian. Kerja sama terbuka dipandang sebagai kunci ketahanan ekonomi.

"Dunia semakin bergejolak, konflik regional semakin intensif, dan ketidakpastian semakin meningkat. Faktor-faktor ini tidak hanya menguji perekonomian ASEAN, tetapi juga tekad kolektif blok regional untuk menjunjung tinggi kerja sama," kata Anwar Ibrahim, Perdana Menteri Malaysia, Ketua ASEAN bergilir, pada KTT ASEAN bulan Oktober 2025 lalu.

ASEAN menempatkan persatuan sebagai kekuatan menghadapi tantangan global. Kolaborasi regional diyakini mampu menghasilkan manfaat nyata. Prinsip saling menguntungkan menjadi dasar hubungan dengan Tiongkok.

China secara konsisten mendukung sentralitas ASEAN dalam tatanan regional. Kedua pihak bekerja sama menjaga sistem perdagangan multilateral. Stabilitas rantai industri dan pasokan menjadi perhatian bersama.

Dalam 11 bulan pertama 2025, ASEAN tetap menjadi mitra dagang terbesar China. Perdagangan dua arah tumbuh 8,5 persen secara tahunan. Angka ini mencerminkan daya tahan ekonomi kawasan.

Melalui keterbukaan tingkat tinggi, China memperluas akses pasar bagi ASEAN. Perdagangan produk pertanian dan pangan mencapai 51,3 miliar dolar AS. Impor buah ASEAN mendominasi kebutuhan pasar China.

Prioritas AI dan ekonomi digital.

cover | topik.id

Kerja sama China–ASEAN berkembang ke sektor masa depan seperti artificial intelligence (AI) kecerdasan buatan dan ekonomi digital. Indonesia, Vietnam, dan Malaysia menjadi mitra strategis. Inovasi diposisikan sebagai motor pertumbuhan baru.

"China juga telah meningkatkan kerja sama dengan negara-negara ASEAN, termasuk Indonesia, Vietnam, dan Malaysia, di bidang-bidang baru seperti kecerdasan buatan, ekonomi digital, dan ekonomi hijau, membuka prospek baru untuk pembangunan yang didorong oleh inovasi," ungkap kembali dalam laporan itu.

Proyek konektivitas seperti Kereta Api China–Laos dan Kereta Cepat Jakarta–Bandung memberi dampak ekonomi langsung. Aktivitas perdagangan di sepanjang jalur meningkat. Integrasi kawasan pun semakin kuat.

Berbagai kawasan industri unggulan terus menunjukkan kemajuan. Program China–Malaysia dan China–Singapura memperdalam integrasi rantai pasok. Dampaknya terasa pada pembangunan ekonomi regional.

Keberhasilan ekspor kendaraan ke Vietnam mencerminkan efektivitas FTA China–ASEAN. Penandatanganan Protokol FTA 3.0 menandai fase baru kerja sama. Kerangka kelembagaan kini semakin kuat.

FTA 3.0 mencakup bidang ekonomi digital dan ekonomi hijau. Perlindungan konsumen dan UMKM juga menjadi fokus utama. Kerja sama melampaui perdagangan dan investasi tradisional.

Bagi negara seperti Indonesia, peningkatan FTA dinilai memperkuat daya saing. Investasi berkelanjutan diperkirakan meningkat. Integrasi regional berbasis aturan semakin kokoh.

Selain ekonomi, ikatan antar masyarakat juga terus diperkuat. Pertukaran budaya, kebijakan bebas visa, dan pariwisata meningkat signifikan. China–ASEAN menatap masa depan bersama menuju 2026.

"Melihat kembali tahun 2025, Tiongkok dan ASEAN telah menanggapi tantangan dengan kerja sama pragmatis dan menyongsong masa depan dengan keterbukaan, merancang jalan yang jelas menuju komunitas Tiongkok-ASEAN yang lebih erat dengan masa depan bersama. China dan ASEAN akan memperingati ulang tahun kelima kemitraan strategis komprehensif mereka pada tahun 2026," tutup dalam laporan tersebut.

Share:
Premium.
Komentar
Komentar sepenuhnya tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.

Update
Indeks