![]() |
Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Budi Arie Setiadi. | foto: @kominfo |
Di tengah meningkatnya frekuensi dan intensitas serangan siber, Republik Indonesia (RI) menghadapi tantangan besar yaitu kekurangan talent yang handal di bidang keamanan siber.
Hal itu diutarakan Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Budi Arie Setiadi saat dalam peluncuran Computer Security Incident Response Team (CSIRT) Sektor Pemerintahan dan Pembangunan Manusia di Aula Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN), Bojongsari, Kota Depok, Rabu (24/7/2024).
"Implementasi keamanan siber ini dapat menghadirkan berbagai manfaat antisipatif, seperti memberikan perlindungan dari ancaman pencurian dan kebocoran data," jelas Budi Arie dalam keterangan resminya.
Menurut Menteri Budi Arie, ruang siber yang aman akan meningkatkan kepercayaan investor untuk berinvestasi di indonesia.
Meskipun demikian, Menkominfo mengakui masih banyak tantangan dalam mengamankan ruang siber di Indonesia, salah satunya adalah kurangnya talenta keamanan siber.
"Indonesia masih kekurangan cyber security talent yang handal," jelasnya.
Selain itu, ada tantangan pemahaman pengguna terhadap keamanan siber yang masih rendah meskipun metode serangan siber seiring dengan kemajuan teknologi makin canggih.
"Yang terpenting adalah kesadaran internal akan pentingnya keamanan cyber," tegasnya.
Oleh karena itu, Menteri Budi Arie berharap dengan pembentukan TTIS, insiden serangan siber dapat dicegah dan jika sampai terjadi dapat segera melakukan pemulihan.
"Keberadaan CSIRT atau TTIS akan memberikan perlindungan kesiapan bagi kita semua untuk tantangan kini dan di masa-masa yang akan datang," tegasnya.
Di tingkat global, terdapat setidaknya 2.200 serangan siber setiap hari. Serangan tersebut menimbulkan kerugian secara global senilai 9,5 triliun USD pada 2024. Nilai tersebut diperkirakan meningkat pada 2025 menjadi 10,5 triliun USD per hari.
"Negara kita, Indonesia, berada pada peringkat ke-10 sebagai target serangan siber secara global. Pemeringkatan ini dilakukan oleh Kaspersky secara real time," kata Menkominfo.
Sementara itu, Kepala Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) Hinsa Siburian menyatakan serangan siber yang terjadi makin canggih sehingga perlu dilakukan pelatihan tentang perkembangan teknologi terbaru kepada TTIS yang sudah dibentuk.
"Ini akan kita panggil semua CSIRT yang dibentuk untuk mendapatkan pelatihan, karena bagaimanapun, teknologi berkembang, maka mereka juga harus kita tingkatkan keterampilan, pengetahuannya, terkait dengan ancaman cyber," jelasnya.
Kepala BSSN menekankan TTIS harus selalu siap siaga menjaga ruang siber terhadap risiko serangan dari luar seperti layaknya pasukan militer yang menjaga kedaulatan Indonesia.
"TNI mempunyai Kodam punya pasukan, Kopassus, punya Marinir, dan sebagainya, BSSN mengamankan ruang siber ini pakai apa, ya itu Tim Tanggap Insiden Siber, CSIRT yang ada di masing-masing instansi," tegasnya.