Scroll untuk melanjutkan membaca.

Rangkul Inggris dan India, cara Presiden Prabowo percepat digitalisasi RI

Melalui serangkaian kemitraan strategis, Indonesia memperkuat kerja sama di bidang teknologi digital hingga kecerdasan buatan.

author photo
A- A+
Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto | cover
Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, mengambil langkah strategis dalam mempercepat transformasi digital Indonesia dengan merangkul dua negara besar, Inggris dan India. 

Melalui serangkaian kemitraan strategis, Indonesia memperkuat kerja sama di bidang teknologi digital, kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI), Internet of Things (IoT), serta pengembangan infrastruktur digital. 

Langkah ini menegaskan komitmen pemerintahan Prabowo dalam menciptakan ekosistem digital yang inklusif, inovatif, dan berkelanjutan.

MoU Indonesia dan India.

Pertukaran MoU dilakukan oleh Menkomdigi Meutya Hafid dengan Menlu India S Jaishankar dihadapan Presiden RI Prabowo Subianto dan PM India Narendra Modi. | @komdigi
Republik Indonesia dan Republik India semakin memperkokoh hubungan bilateral di era transformasi digital melalui penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) kemitraan strategis. 

Kemitraan ini menjadi tonggak penting dalam mempercepat inovasi teknologi kedua negara dengan fokus pada pengembangan artificial intelligence (AI), Internet of Things (IoT), infrastruktur digital publik, hingga pelatihan sumber daya manusia di bidang teknologi informasi.

Penandatanganan itu dilakukan oleh Menteri Komunikasi dan Digital (Menkomdigi) Republik Indonesia, Meutya Hafid, dan Menteri Elektronik dan Teknologi Informasi India, Jitin Prasada, di sela-sela kunjungan kerja Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, ke India dalam rangka memperingati Hari Republik India ke-76 pada 24-26 Januari 2025.

"Kemitraan ini merupakan momentum penting dalam memperkuat ekosistem digital di kedua negara, baik dari segi teknologi maupun sumber daya manusia," jelas Menkomdigi Meutya Hafid dalam keterangannya persnya dari India, Jumat (24/1/2025).

Meutya menjelaskan bahwa kesepakatan kerja sama ini mencakup beberapa bidang, antara lain pengembangan teknologi baru seperti kecerdasan artifisial (Artificial Intelligence/AI) dan Internet of Things (IoT), infrastruktur digital publik termasuk identitas digital, kolaborasi ekosistem digital business-to-business (B2B), serta pengembangan keterampilan teknologi informasi (TI).

"Melalui MoU ini, kami berharap dapat menciptakan sinergi antara Indonesia dan India dalam mempercepat transformasi digital yang inklusif dan berkelanjutan," tuturnya.

Dalam pertemuan tersebut, Meutya juga menekankan pentingnya kemitraan lintas negara untuk mendorong inovasi teknologi. "Kita perlu membangun kolaborasi yang tidak hanya menguntungkan pemerintah, tetapi juga melibatkan sektor swasta dan masyarakat luas," tambahnya.

Lebih lanjut, Meutya mengungkapkan bahwa Indonesia dan India sepakat membentuk Kelompok Kerja Bersama yang bertugas memastikan implementasi kemitraan ini berjalan sesuai rencana. Kelompok kerja ini akan mengadakan pertemuan secara berkala untuk mengevaluasi kemajuan program dan mencari solusi atas potensi hambatan yang mungkin timbul.

Melalui kemitraan ini, kedua negara berharap dapat saling berbagi pengetahuan, pengalaman, dan solusi dalam menghadapi tantangan transformasi digital global. 

"Kami yakin bahwa kemitraan ini akan membawa dampak signifikan dalam menciptakan masa depan digital yang lebih baik bagi kedua negara," pungkas Menkomdigi.

MoU Indonesia dan Inggris.

Penandatanganan Nota Kesepahaman dengan Wamenlu Parlemen Indo-Pasifik Inggris Catherine West di Kantor Kementerian Komdigi | @komdigi
Momentum peringatan 75 tahun hubungan diplomatik Indonesia dan Kementerian Luar Negeri Parlemen Indo-Pasifik Inggris, kedua negara resmi menjalin kemitraan strategis di bidang transformasi digital untuk menghadapi tantangan global, termasuk dampak negatif teknologi seperti kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI). 

Melalui Nota Kesepahaman yang ditandatangani di Jakarta, kolaborasi ini mencakup berbagai bidang penting, mulai dari peningkatan akses dan inklusi digital, penanganan misinformasi, hingga pengembangan infrastruktur digital. Inisiatif ini menjadi langkah maju dalam memperkuat kerja sama bilateral yang berfokus pada keberlanjutan, inovasi, serta kesiapan menghadapi era digital, sejalan dengan Visi Indonesia Digital 2045.

Wakil Menteri Komdigi Nezar Patria menyatakan kemitraan itu mencakup kolaborasi dalam transformasi digital, peningkatan akses dan inklusi digital, penanganan misinformasi dan pemanfaatan teknologi terbaru seperti AI.

"Kemitraan strategis dengan Wakil Menteri Luar Negeri Parlemen Indo-Pasifik Inggris untuk memperdalam kolaborasi di sejumlah bidang-bidang yang penting bagi masa depan kedua negara yang mencerminkan kerja sama yang langgeng dan komitmen bersama kita untuk memajukan kepentingan bersama," jelasnya usai menandatangani Nota Kesepahaman dengan Wamenlu Parlemen Indo-Pasifik Inggris Catherine West di Kantor Kementerian Komdigi, Jakarta Pusat, Selasa (21/1/2025).

Nezar Patria menjelaskan kesepakatan bersama tersebut, mencakup pertumbuhan berkelanjutan, pertahanan, serta adaptasi perubahan iklim. Bahkan secara khusus, berkaitan erat dengan tema kerja sama bilateral antara Indonesia dengan Inggris.

"Ini juga membahas mengenai peningkatan akses dan inklusi digital, di mana Komdigi bertujuan menjembatani kesenjangan digital di Indonesia. Memungkinkan akses yang adil terhadap teknologi di seluruh wilayah dan komunitas," tuturnya.

Kedua pihak juga membahas kerja sama dalam penanganan misinformasi dan disinformasi di masyarakat. Menurut Nezar Patria, Indonesia telah menerapkan strategi komprehensif yang mencakup pendidikan, pemantauan konten, dan penegakan hukum untuk mengatasi tantangan penyebaran misinformasi dan disinformasi.

"Kami juga membahas penguatan kolaborasi AI dan teknologi baru seperti strategi AI nasional dan pedoman etika untuk AI di sektor bisnis," ujarnya.

Menurut Nezar Patria, Kementerian Komdigi juga membuka peluang dalam proyek bersama Inggris dalam investasi infrastruktur digital seperti Satelit Republik Indonesia (Satria)-2.

"Satelit Satria-2 direncanakan sebagai satelit kembar dengan kapasitas 300 Gbps, memerlukan perkiraan investasi konstruksi sekitar USD860 juta," ungkapnya

Wamen Nezar Patria juga mendorong kolaborasi dalam komunikasi strategis pemerintah yang berkaitan dengan keselamatan di ruang digital serta regulasi dan kerangka tata kelola digital.

"Bersama-sama, mari kita membangun kemitraan digital yang dinamis, yang tidak hanya menguntungkan kedua negara kita tetapi juga kawasan Indo-Pasifik yang lebih luas dan sekitarnya," harapnya.

Lewat jalinan kemitraan kedua negara, Nezar Patria menyatakan Kementerian Komdigi akan mendorong transformasi teknologi digital sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi, kemajuan masyarakat dan kepemimpinan internasional. Menurutnya, hal ini sejalan dengan Visi Indonesia Digital (VID) 2045.

"Visi Indonesia Digital 2045 menguraikan peta jalan untuk membangun struktur digital yang kuat, ekonomi digital yang dinamis, tata kelola digital yang inklusif, dan masyarakat digital yang berdaya," tegasnya.
Share:
Premium.
Komentar
Komentar sepenuhnya tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.

Update
Indeks