![]() |
Teknologi LDES milik Energy Dome | @energydome.com |
Langkah ini diwujudkan dengan menggandeng Energy Dome, perusahaan yang mengembangkan baterai CO₂ inovatif. Teknologi LDES milik Energy Dome dirancang untuk menyimpan kelebihan energi bersih dari sumber terbarukan, lalu menyalurkannya kembali ke jaringan listrik selama 8–24 jam.
Dengan kapasitas ini, kesenjangan antara waktu pembangkitan energi dan kebutuhan konsumsi listrik dapat dijembatani, menghadirkan jaringan yang lebih andal dan fleksibel. Google optimistis, proyek-proyek komersial yang didukungnya mampu mendorong penerapan global sebelum tahun 2030.
"Hari ini, kami menambahkan teknologi lain ke portofolio kami: penyimpanan energi jangka panjang (LDES). Melalui kemitraan jangka panjang baru dengan Energy Dome , kami berencana untuk mendukung berbagai proyek komersial di seluruh dunia dalam penerapan teknologi LDES mereka," tulis Google dalam pengumuman resminya, dilansir Selasa (9/9/2025).
Teknologi ini menjadi pelengkap penting bagi baterai litium-ion, yang selama ini hanya dapat menyimpan energi selama kurang lebih 4 jam. Baterai litium-ion sangat efektif untuk mengatasi fluktuasi singkat, misalnya ketika angin berhenti berhembus atau matahari tertutup awan. Namun, kebutuhan jangka lebih panjang membutuhkan solusi lain. Di sinilah LDES hadir, memungkinkan penyimpanan daya seharian penuh sehingga energi terbarukan dapat benar-benar dioptimalkan.
Menurut studi Electric Power Research Institute, LDES berpotensi menurunkan biaya integrasi energi terbarukan sekaligus meningkatkan ketahanan jaringan. Bahkan, Dewan LDES memperkirakan adopsi teknologi ini hingga 8 terawatt pada 2040 bisa menghasilkan penghematan global sekitar 540 miliar dolar AS setiap tahun. Penghematan tersebut bukan hanya soal biaya, tetapi juga soal stabilitas sistem listrik yang semakin kompleks.
"Baterai CO2 inovatif dari Energy Dome dapat menyimpan kelebihan energi bersih dan kemudian menyalurkannya kembali ke jaringan listrik selama 8-24 jam, menjembatani kesenjangan antara waktu pembangkitan energi terbarukan dan waktu yang dibutuhkan. Dengan kemitraan komersial ini, serta investasi di perusahaan, kami yakin proyek-proyek ini dapat membuka potensi energi bersih baru bagi jaringan listrik tempat kami beroperasi sebelum tahun 2030, membantu memenuhi kebutuhan sistem kelistrikan jangka pendek dan semakin mendekatkan kami pada tujuan energi bebas karbon 24/7," ungkapnya.
Cara kerja sistem Energy Dome cukup unik. Teknologi ini menggunakan karbon dioksida (CO₂) dalam siklus tertutup. Ketika ada surplus energi terbarukan, CO₂ dimampatkan menjadi cairan. Saat listrik dibutuhkan, cairan ini dilepaskan kembali menjadi gas panas di bawah tekanan, yang kemudian menggerakkan turbin untuk menghasilkan listrik bebas karbon. Proses ini mampu memberi pasokan daya berkelanjutan hingga 24 jam, menjadikannya solusi terobosan di dunia penyimpanan energi.
Energy Dome sendiri telah membuktikan kehandalan teknologinya. Mereka sudah menjalankan fasilitas demo komersial di Italia yang menyuplai listrik bebas karbon ke jaringan lebih dari tiga tahun. Kini, mereka melangkah lebih jauh dengan membangun pembangkit skala penuh berkapasitas 20MW–200MWh, serta mengamankan kontrak di berbagai negara seperti Amerika Serikat dan India. Skala besar ini menjadi kunci agar teknologi dapat segera dikomersialkan lebih luas.
Bagi Google, mendukung Energy Dome berarti mempercepat adopsi teknologi yang bisa digunakan dalam waktu dekat untuk menguatkan ketahanan sistem listrik global. Selain itu, investasi ini juga membuka jalan bagi eksplorasi teknologi LDES lain yang masih dalam tahap pengembangan. Dengan kombinasi dukungan kebijakan energi bersih dan strategi komersialisasi, Google menegaskan komitmennya, menjaga agar lampu dunia tetap menyala dengan energi bersih 24/7, sekaligus memperkuat perekonomian berbasis teknologi ramah lingkungan.
"Kami sangat antusias untuk mengambil langkah pertama ini bersama Energy Dome guna memaksimalkan potensi LDES. Kemitraan kami akan memperkuat ketahanan jaringan listrik sekaligus memungkinkan kami untuk mendukung teknologi kami, mengembangkan perekonomian kami, dan menjaga lampu di rumah kami tetap menyala dengan energi bersih 24/7," terangnya.