![]() |
Presiden Tiongkok, Xi Jinping | cover: topik.id |
Dalam parade militer Hari Kemenangan, Tiongkok untuk pertama kalinya menampilkan secara terbuka sistem senjata strategis, mulai dari rudal antarbenua berbasis darat DongFeng-61, varian terbaru DongFeng-31, rudal udara JingLei-1, hingga rudal kapal selam JuLang-3. Kekuatan ini digambarkan sebagai simbol “asli” dari pertahanan strategis Tiongkok, yang bukan hanya alat militer, melainkan juga penegas martabat bangsa. Presiden Xi Jinping menegaskan bahwa sejarah panjang perjuangan bangsa Tiongkok menjadi fondasi moral dalam menjaga perdamaian sekaligus kesiapan menghadapi ancaman dari luar.
Namun, strategi Tiongkok tidak semata bertumpu pada kekuatan militer. Negeri itu juga memperluas fokus ke bidang digital dengan memperkuat pertahanan siber dan mempercepat pengembangan internet satelit orbit rendah. Pada saat yang sama, Beijing meluncurkan kebijakan “AI Plus” untuk mempercepat adopsi kecerdasan buatan di berbagai sektor, dari industri hingga tata kelola publik. Melalui pendekatan ini, Tiongkok berupaya menggabungkan kekuatan keras dan kekuatan lunak dalam satu kerangka modernisasi nasional, dengan tujuan akhir menjadi kekuatan global yang tidak hanya disegani, tapi dinilai berpengaruh dalam membentuk tata kelola dunia di masa depan. Lantas apa strategi Tiongkok untuk menghadapi tantang AI dan ancaman global?
Kembangkan nuklir dan rudal antarbenua.
![]() |
Formasi rudal dan nuklir dipamerkan dalam parade di Beijing, ibu kota Tiongkok, pada 3 September 2025 | @gov.cn |
Senjata-senjata tersebut digambarkan sebagai kekuatan "asli" strategis Tiongkok, yang bertujuan menjaga kedaulatan negara sekaligus martabat bangsa. Kehadiran tiga serangkai nuklir ini menjadi simbol kesiapan Tiongkok dalam menghadapi tantangan geopolitik sekaligus memperkuat posisi mereka di kancah global.
Presiden Xi Jinping dalam pidatonya mengingatkan kembali sejarah panjang perjuangan bangsa Tiongkok. Ia menekankan bahwa delapan puluh tahun lalu, setelah 14 tahun peperangan sengit, rakyat Tiongkok berhasil mengalahkan penjajah militeris Jepang. Kemenangan itu menandai kebangkitan bangsa dari krisis mendalam menuju era baru yang penuh harapan serta menjadi titik balik penting dalam sejarah dunia.
Xi Jinping menegaskan bahwa kemenangan tersebut tidak diraih sendirian. Rakyat Tiongkok berjuang bahu-membahu bersama sekutu anti-fasis serta sahabat internasional. Pemerintah dan rakyat Tiongkok, menurut Xi, tidak akan pernah melupakan dukungan negara sahabat yang telah membantu perjuangan melawan agresi asing.
Dalam pidatonya, Xi juga menekankan pentingnya akal sehat dibanding kekerasan semata. Menurutnya, keadilan dan kemajuan akan selalu mengalahkan kejahatan dan kegelapan. Ia menyerukan agar umat manusia, yang hidup di planet yang sama, bekerja sama dalam solidaritas dan menjauh dari hukum rimba di mana yang kuat memangsa yang lemah.
"Keadilan, cahaya, dan kemajuan pasti akan menang atas kejahatan, kegelapan, dan reaksi. Umat manusia, yang hidup di planet yang sama, harus bekerja sama dalam solidaritas dan hidup dalam harmoni. Kita tidak boleh kembali ke hukum rimba di mana yang kuat memangsa yang lemah," jelas Xi dalam pernyataan resminya, dilansir Rabu (3/9/2025).
Xi menegaskan bahwa jalur modernisasi Tiongkok tetap berlandaskan pembangunan damai. Ia menekankan Tiongkok akan selalu menjadi kekuatan bagi perdamaian, stabilitas, dan kemajuan dunia. Karena itu, ia berharap semua negara mampu belajar dari sejarah, menghargai perdamaian, dan bersama-sama menciptakan masa depan global yang lebih baik.
Suasana perayaan terasa semakin meriah saat Xi Jinping mengangkat gelas bersama para tamu dalam resepsi peringatan. Acara itu juga menampilkan pertunjukan budaya bertajuk Belajar dari Sejarah dan Menciptakan Masa Depan Bersama, yang disaksikan Xi Jinping dan Peng Liyuan bersama tamu dari dalam maupun luar negeri.
"Kami sangat berharap semua negara akan belajar dari sejarah, menghargai perdamaian, dan bersama-sama mendorong modernisasi global serta menciptakan masa depan yang lebih baik bagi umat manusia," tegasnya.
Resepsi tersebut dihadiri berbagai tokoh penting, mulai dari pemimpin asing, pejabat tinggi organisasi internasional, hingga perwakilan keluarga veteran dan martir perang. Kehadiran mereka menegaskan bahwa peringatan ini bukan hanya milik rakyat Tiongkok, tetapi juga menjadi simbol solidaritas global dalam menghargai sejarah perjuangan serta tekad menjaga perdamaian dunia.
Perkuat pertahanan siber.
![]() |
Low Earth Observation FY-3 | gov.cn |
Tiongkok semakin memperkuat fokusnya pada pertahanan siber dan pengembangan teknologi komunikasi dengan mempercepat pembangunan internet satelit orbit rendah. Langkah ini didukung oleh pedoman baru yang dikeluarkan Kementerian Perindustrian dan Teknologi Informasi Tiongkok , yang menekankan pentingnya industri komunikasi satelit berkualitas tinggi sebagai salah satu pilar transformasi digital nasional.
Pedoman tersebut dirancang untuk mempercepat peluncuran layanan komunikasi satelit sekaligus mendorong inovasi di sektor ruang angkasa komersial. Dengan menumbuhkan ekosistem bisnis baru di bidang ini, Tiongkok berupaya menciptakan sumber produktivitas baru yang dapat mendukung ambisi menjadi negara dengan kekuatan manufaktur dan kekuatan siber global.
Target besar ditetapkan pada tahun 2030, yakni pembentukan sistem regulasi dan kebijakan komunikasi satelit yang lebih matang. Hal ini mencakup peningkatan tata kelola industri, integrasi infrastruktur, serta penguatan kerja sama internasional. Dengan cara ini, Tiongkok berharap dapat menciptakan fondasi yang lebih kokoh untuk pertumbuhan industri komunikasi berbasis ruang angkasa.
"Tiongkok akan mendorong pengembangan industri komunikasi satelit berkualitas tinggi dengan mengoptimalkan akses bisnis, menurut serangkaian pedoman yang diluncurkan oleh Kementerian Perindustrian dan Teknologi Informasi pada hari Rabu. Pedoman tersebut bertujuan untuk mempromosikan peluncuran layanan komunikasi satelit, merangsang vitalitas inovasi di sektor ruang angkasa komersial dan menumbuhkan pendorong produktivitas baru secara tertib, yang semuanya ditujukan untuk mendukung transformasi Tiongkok menjadi kekuatan manufaktur dan kekuatan siber, serta pembangunan Tiongkok Digital," tulis otoritas Pemerintah Tiongkok dalam laporan resminya, dilansir Kamis (28/8/2025).
Salah satu fokus utama adalah penerapan model bisnis baru seperti koneksi satelit langsung untuk telepon seluler. Dengan teknologi ini, masyarakat dapat mengakses jaringan komunikasi meski berada di lokasi terpencil. Pemerintah menargetkan jumlah pengguna komunikasi satelit akan menembus lebih dari 10 juta dalam beberapa tahun mendatang.
Selain memperluas cakupan layanan, Tiongkok juga membuka ruang lebih besar bagi sektor swasta. Negara akan mendukung percepatan pengembangan internet satelit orbit rendah dan mendorong eksplorasi bisnis baru di bidang komunikasi satelit. Akses pasar yang lebih luas diharapkan dapat meningkatkan kompetisi sekaligus mempercepat laju inovasi.
Penggunaan komunikasi satelit juga diarahkan ke berbagai sektor strategis. Bidang pertanian, transportasi, energi, hingga tata kelola perkotaan akan mendapatkan manfaat dari konektivitas satelit. Integrasi teknologi ini dengan infrastruktur digital lain, seperti internet industri, jaringan kendaraan, hingga komunikasi udara, diyakini akan memperkuat transformasi digital Tiongkok.
"Model dan bentuk bisnis baru seperti koneksi satelit langsung untuk telepon seluler akan diterapkan secara luas, dan jumlah pengguna komunikasi satelit akan melebihi 10 juta, sesuai pedoman," ungkapnya.
Untuk mencapai hal tersebut, negara menekankan pentingnya pengembangan teknologi inti. Pembangunan sistem standar terbuka yang bisa digunakan bersama di seluruh industri juga menjadi prioritas. Dengan adanya standar bersama, Tiongkok berharap dapat menciptakan interoperabilitas yang lebih baik antar pelaku industri komunikasi satelit.
Projek jangka panjang ini ditujukan untuk membangun ekosistem industri yang saling menguntungkan. Melalui sinergi antara pemerintah, perusahaan negara, dan swasta, Tiongkok berambisi memimpin perkembangan internet satelit global. Hal ini tidak hanya mendukung pertahanan siber, tapi memperkokoh posisi Tiongkok sebagai pusat kekuatan digital dunia.
"Mendorong penerapan komunikasi satelit di berbagai industri dan bidang, termasuk pertanian, transportasi, energi, dan tata kelola perkotaan. Memperkuat pengembangan teknologi inti utama, membangun sistem standar terbuka dan bersama, serta membina ekosistem industri yang saling menguntungkan, sesuai pedoman tersebut," jelasnya.
Sistem terkoordinasi dan tata kelola AI global.
![]() |
Duta Besar Geng Shuang, Kuasa Usaha Perutusan Tetap Tiongkok untuk PBB | @gov.cn |
Tiongkok kembali menegaskan ambisinya dalam menguasai teknologi kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) dengan target besar pada tahun 2027. Menurut pejabat senior, negara itu telah mencapai terobosan penting dalam penerapan AI di berbagai sektor utama. Langkah ini dipandang sebagai strategi jangka panjang untuk memastikan Tiongkok berada di garis depan dalam transformasi ekonomi global berbasis teknologi cerdas.
Dalam konferensi pers terbaru, Huo Fupeng, direktur pusat pengembangan berbasis inovasi di bawah Komisi Pembangunan dan Reformasi Nasional (NDRC) Tiongkok, menekankan bahwa satu hingga dua tahun mendatang merupakan “jendela kritis” dalam penerapan AI. Ia menyerukan mobilisasi luas dari berbagai sumber daya masyarakat untuk mempercepat kemajuan di enam bidang prioritas, yakni sains dan teknologi, industri, konsumsi, kesejahteraan publik, tata kelola, serta kerja sama global.
"Dokumen kebijakan baru tersebut merupakan langkah kunci dalam menumbuhkan kekuatan produktif baru yang berkualitas dan langkah penting untuk mendorong transformasi ekonomi digital menjadi ekonomi cerdas dan masyarakat cerdas," ungkap Huo dalam keterangan resminya, dilansir Sabtu (30/8/2025).
Pernyataan tersebut sejalan dengan diterbitkannya serangkaian pedoman baru mengenai inisiatif “AI Plus”. Dokumen kebijakan ini menekankan pendekatan sistemik untuk memperkuat infrastruktur pendukung AI, sekaligus mendorong integrasi teknologi tersebut ke seluruh aspek kehidupan ekonomi maupun sosial. Dengan adanya strategi ini, Tiongkok berupaya membangun fondasi yang kokoh untuk percepatan adopsi AI.
Menurut Huo, pedoman tersebut juga merupakan langkah penting dalam membentuk kekuatan produktif baru yang berkualitas tinggi. Tujuannya adalah mengarahkan transformasi dari ekonomi digital menuju ekonomi cerdas dan masyarakat cerdas. Dengan demikian, AI tidak hanya dipandang sebagai teknologi pelengkap, tetapi sebagai motor utama dalam pembangunan nasional jangka panjang.
Dokumen kebijakan itu juga merinci tiga tonggak besar. Pada 2027, terminal dan agen cerdas generasi baru ditargetkan mencapai penetrasi lebih dari 70 persen. Lalu pada 2030, tingkat penetrasi diproyeksikan melampaui 90 persen, sehingga AI benar-benar menjadi pendorong ekonomi signifikan. Sedangkan pada 2035, Tiongkok berharap telah sepenuhnya memasuki era baru ekonomi dan masyarakat cerdas.
"Pada tahun 2027, terminal dan agen cerdas generasi baru diperkirakan akan mencapai tingkat penetrasi lebih dari 70 persen, dengan industri inti ekonomi cerdas berkembang pesat. Pada tahun 2030, tingkat penetrasi tersebut diperkirakan akan melampaui 90 persen, memungkinkan AI menjadi penggerak ekonomi yang signifikan," jelasnya.
Terpisah, sidang Umum ke-79 Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) resmi mengadopsi resolusi mengenai kerja sama antara PBB dan Organisasi Kerja Sama Shanghai (SCO). Resolusi ini diajukan oleh Tiongkok dan mendapatkan dukungan bersama dari hampir 40 negara, termasuk seluruh anggota SCO. Dukungan penuh ini menandakan pengakuan internasional terhadap peran penting SCO dalam dinamika global.
Resolusi tersebut mengapresiasi kontribusi SCO dalam memajukan perdamaian, pembangunan, serta kerja sama regional yang saling menguntungkan. Selain itu, resolusi menyatakan dukungan terhadap dialog yang lebih erat antara sistem PBB dan SCO. Perhatian khusus juga diberikan pada peran Tiongkok sebagai ketua bergilir SCO, termasuk penyelenggaraan KTT Tianjin pada akhir Agustus hingga awal September 2025, yang menghasilkan Deklarasi Tianjin dan berbagai inisiatif terkait peringatan 80 tahun berdirinya PBB.
Dalam pemaparannya di sidang pleno, Duta Besar Geng Shuang, Kuasa Usaha Perutusan Tetap Tiongkok untuk PBB, menekankan perkembangan pesat SCO sejak dibentuk 24 tahun lalu. Ia menyoroti usulan Presiden Xi Jinping dalam KTT Tianjin mengenai Inisiatif Tata Kelola Global.
Usulan tersebut menyerukan penegakan kesetaraan kedaulatan, kepatuhan terhadap hukum internasional, multilateralisme, pendekatan berpusat pada rakyat, serta fokus pada tindakan nyata. Tujuannya adalah membangun sistem tata kelola global yang lebih adil, setara, dan berorientasi pada masa depan bersama umat manusia.
"Usulan Presiden Xi Jinping tentang Inisiatif Tata Kelola Global pada pertemuan SCO Plus, yang menyerukan semua negara untuk menjunjung tinggi kesetaraan kedaulatan, menaati aturan hukum internasional, mempraktikkan multilateralisme, mengadvokasi pendekatan yang berpusat pada rakyat, dan berfokus pada tindakan nyata, sehingga dapat bergandengan tangan dalam membangun sistem tata kelola global yang lebih adil dan setara serta komunitas dengan masa depan bersama bagi umat manusia," tegas Geng Shuang dalam pernyataan persnya, dilansir Senin (8/9/2025).