5 CEO berdarah Asia paling berpengaruh di tengah lonjakan AI global

Penggerak utama dalam arah masa depan AI global.

author photo
A- A+
5 CEO berdarah Asia paling berpengaruh di tengah lonjakan AI global
cover | topik.id

Gelombang besar kecerdasan buatan, artificial intelligence (AI) yang kini mengubah wajah industri global turut melahirkan para pemimpin visioner dari berbagai latar belakang. Di antara mereka, sosok-sosok berdarah Asia menonjol dengan gaya kepemimpinan yang unik, menggabungkan nilai-nilai kerja keras Timur dengan pendekatan strategis khas Barat. 

Mereka bukan hanya memimpin perusahaan teknologi terbesar di dunia, melainkan menjadi penggerak utama dalam arah masa depan AI global. Dalam beberapa tahun terakhir, pengaruh para pemimpin berdarah Asia di dunia teknologi semakin menonjol. Gaya kepemimpinan mereka yang berpadu antara visi strategis dan kedalaman analisis membawa arah baru dalam perkembangan kecerdasan buatan. 

Di tengah persaingan inovasi yang kian ketat, mereka menunjukkan bahwa AI tidak hanya soal kemajuan teknis, melainkan juga tentang bagaimana teknologi dapat membentuk masa depan manusia secara lebih luas dan bermakna.

Kehadiran mereka menjadi simbol keberhasilan diaspora Asia dalam menembus batas industri teknologi yang sangat kompetitif. Dari Silicon Valley hingga Beijing, para tokoh ini membentuk ekosistem yang mendorong inovasi, kolaborasi, dan pertumbuhan ekonomi baru berbasis data serta pembelajaran mesin.

Lantas, siapa saja mereka? Berikut lima CEO berdarah Asia yang kini menjadi pemimpin paling berpengaruh dalam percaturan AI dari perusahaan raksasa global.

1. Sundar Pichai – CEO Google.

Sundar Pichai – CEO Google

Meski resmi menjadi warga negara Amerika Serikat, Sundar Pichai lahir dan besar di Chennai, India. Latar belakang sederhana di negara berkembang tidak menghalanginya menjadi salah satu figur paling berpengaruh dalam dunia teknologi. Setelah menempuh pendidikan teknik metalurgi di IIT Kharagpur dan melanjutkan ke Stanford serta Wharton, Pichai memulai karier di Google pada 2004 dengan mengerjakan proyek Chrome yang kelak menjadi salah satu browser paling populer di dunia.

Sebagai CEO Alphabet dan Google, Pichai memegang kendali atas arah kebijakan AI global perusahaan. Di bawah kepemimpinannya, Google melahirkan sejumlah terobosan penting seperti Gemini, DeepMind, dan model AI multimodal yang kini menjadi fondasi banyak produk digital. Pichai dikenal berhati-hati namun visioner, menekankan pentingnya etika dan regulasi AI agar teknologi ini digunakan untuk kebaikan manusia, bukan hanya keuntungan perusahaan.

Kepemimpinan Pichai menegaskan bahwa inovasi besar dapat lahir dari perspektif lintas budaya. Ia sering berbicara tentang pentingnya empati, keberagaman, dan tanggung jawab sosial dalam mengembangkan AI, menjadikannya figur sentral dalam wacana global tentang masa depan teknologi cerdas.

2. Jensen Huang – CEO NVIDIA.

Jensen Huang – CEO NVIDIA
Jensen Huang – CEO NVIDIA

Lahir di Tainan, Taiwan, Jensen Huang pindah ke Amerika Serikat pada usia muda dan kemudian mendirikan NVIDIA pada 1993. Awalnya berfokus pada kartu grafis untuk game, NVIDIA kini menjadi fondasi utama dalam pengembangan AI global. Huang dikenal dengan kepemimpinannya yang karismatik dan kemampuannya membaca arah pasar lebih cepat daripada pesaing.

Di bawah bimbingannya, NVIDIA bertransformasi dari perusahaan perangkat keras menjadi kekuatan utama di dunia AI dan komputasi tinggi. Chip GPU yang mereka kembangkan kini menjadi tulang punggung pelatihan model AI besar, termasuk sistem yang digunakan oleh OpenAI, Google, dan banyak perusahaan riset lainnya. Huang juga memperkenalkan arsitektur superchip baru yang mengintegrasikan komputasi dan kecerdasan buatan dalam satu sistem.

Huang tak hanya mengedepankan inovasi teknis, tetapi juga menekankan pentingnya visi jangka panjang. Ia sering mengatakan bahwa “AI adalah bentuk baru dari tenaga listrik,” menggambarkan betapa mendasarnya peran teknologi ini dalam setiap aspek kehidupan modern. Dengan pendekatan itu, Huang dianggap sebagai arsitek utama dari revolusi AI saat ini.

3. Satya Nadella – CEO Microsoft.

Satya Nadella – CEO Microsoft

Satya Nadella, kelahiran Hyderabad, India, mengambil alih posisi CEO Microsoft pada 2014 dan mengubah arah perusahaan secara radikal. Di bawah kepemimpinannya, Microsoft bertransformasi dari raksasa perangkat lunak tradisional menjadi kekuatan utama dalam cloud computing dan AI. Nadella dikenal dengan gaya kepemimpinan yang tenang, humanis, dan berorientasi pada kolaborasi lintas tim.

Salah satu langkah paling monumental Nadella adalah membangun kemitraan strategis dengan OpenAI, yang melahirkan integrasi GPT ke dalam produk Microsoft seperti Copilot, Office, dan Azure AI. Pendekatan ini tidak hanya memperluas pasar Microsoft, tetapi juga mengubah cara miliaran orang bekerja dengan bantuan kecerdasan buatan.

Nadella sering menekankan bahwa AI harus memperkuat kemampuan manusia, bukan menggantikannya. Filosofinya, “empower every person and every organization on the planet to achieve more,” menjadi panduan bagi arah AI Microsoft—fokus pada aksesibilitas, tanggung jawab, dan manfaat luas bagi masyarakat.

4. Aravind Srinivas – CEO Perplexity.

Aravind Srinivas – CEO Perplexity
Aravind Srinivas – CEO Perplexity

Aravind Srinivas mungkin bukan nama sebesar Pichai atau Nadella, namun CEO berdarah India ini sedang menulis bab baru dalam dunia pencarian berbasis AI. Sebagai salah satu pendiri Perplexity, ia berambisi mengubah cara manusia mencari dan memahami informasi di internet. Latar belakang akademiknya di UC Berkeley dan pengalaman riset di OpenAI memberinya fondasi kuat untuk menggabungkan AI dengan pengalaman pencarian yang intuitif dan efisien.

Perplexity AI dikenal sebagai “mesin pencari jawaban” yang memberikan konteks dan penjelasan alih-alih sekadar tautan. Di bawah kepemimpinan Srinivas, perusahaan ini menjadi pesaing serius bagi Google dalam bidang penelusuran informasi berbasis AI. Pendekatan transparan dan anti-biasnya mendapat pujian karena berupaya menjadikan pencarian internet lebih manusiawi.

Srinivas sering berbicara tentang demokratisasi informasi dan pentingnya keterbukaan dalam model AI. Ia percaya bahwa masa depan pencarian bukan sekadar siapa yang paling cepat, melainkan siapa yang paling bisa dipercaya. Dengan prinsip itu, ia menjadi sosok muda yang paling diperhatikan dalam ekosistem AI global.

5. Liang Wenfeng – CEO DeepSeek.

Liang Wenfeng – CEO DeepSeek
Liang Wenfeng – CEO DeepSeek

Liang Wenfeng muncul sebagai bintang baru dari Tiongkok berkat kesuksesan besar DeepSeek, perusahaan AI yang meluncurkan model bahasa canggih menyaingi GPT dan Claude. Dengan latar belakang riset di Tsinghua University dan pengalaman di Baidu, Liang membawa pendekatan ilmiah yang tajam dan strategis dalam membangun model AI yang efisien namun kuat.

Di bawah kepemimpinannya, DeepSeek berhasil menarik perhatian dunia berkat kemampuannya menekan biaya pelatihan model besar tanpa mengorbankan performa. Model AI besutan mereka menjadi bukti bahwa inovasi tidak hanya lahir dari sumber daya besar, tetapi juga dari efisiensi dan kecerdikan. Liang juga dikenal mendorong transparansi dan kolaborasi dalam riset AI di Asia.

Dalam wawancaranya, Liang kerap menekankan pentingnya AI yang berpihak pada masyarakat, bukan hanya perusahaan. Ia percaya bahwa masa depan teknologi ini harus melibatkan lebih banyak komunitas riset terbuka, sehingga kemajuan AI dapat dinikmati secara global tanpa batas ekonomi atau politik.

Dari lembah silikon hingga pusat riset Tiongkok, para CEO berdarah Asia ini telah membentuk arah baru dunia kecerdasan buatan. Mereka membawa nilai kerja keras, empati, dan visi jangka panjang ke dalam industri yang sering kali digerakkan oleh kecepatan, kompetisi dan relevansi. 

Share:
Premium.
Komentar
Komentar sepenuhnya tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.

Update
Indeks