Singapura-AS sepakat kembangkan teknologi energi nuklir

Membangun kapabilitas dalam mengkaji kelayakan penggunaan energi nuklir untuk pembangkit listrik di Singapura.

author photo
A- A+
Singapura-AS sepakat kembangkan teknologi energi nuklir
Projek solar Singapura | dok: ema.gov.sg

Singapura terus memperluas kemitraannya dengan Amerika Serikat (ASdalam upaya mengembangkan kapasitas energi nuklir. Otoritas Pasar Energi Singapura, Energy Market Authority (EMA) menandatangani dua perjanjian baru dengan lembaga-lembaga sains dari AS, yang menjadi kelanjutan dari kerja sama strategis sebelumnya, termasuk Perjanjian 123 dan Nota Kesepahaman tentang Kerja Sama Nuklir Sipil Strategis. 

Fokus utama dari perjanjian ini adalah membangun kapabilitas dalam mengkaji kelayakan penggunaan energi nuklir untuk pembangkit listrik di Singapura. Salah satu kesepakatan penting adalah Nota Kesepahaman antara EMA dan Battelle Memorial Institute. 

Battelle merupakan organisasi sains dan teknologi terapan nirlaba asal AS yang telah lama berpengalaman dalam penelitian energi nuklir. Kerja sama ini diharapkan membuka akses Singapura terhadap riset dan teknologi reaktor canggih yang selama ini dikembangkan di Amerika Serikat.

Selain itu, Surat Pernyataan Keinginan, Letter of Intent (LOI) juga ditandatangani antara EMA dan Laboratorium Nasional Idaho, Idaho National Laboratory (INL). INL dikenal sebagai pusat penelitian energi nuklir mutakhir AS, yang mengkhususkan diri dalam pengujian bahan bakar dan material reaktor. 

Melalui LOI ini, kedua pihak sepakat menjajaki pembentukan Perjanjian Penelitian dan Pengembangan Kerja Sama (CRADA) untuk memperkuat kolaborasi teknis dan riset di bidang teknologi nuklir lanjutan.

Menurut Direktur Utama EMA, Puah Kok Keong, menjelakan Singapura tengah menelaah berbagai opsi untuk menurunkan emisi karbon dari sektor ketenagalistrikan. Ia menegaskan bahwa diversifikasi sumber energi rendah karbon menjadi bagian penting dari strategi jangka panjang. 

Melalui kerja sama dengan mitra AS, Singapura berharap dapat memperdalam pemahaman teknisnya tentang teknologi nuklir modern serta menilai kelayakannya untuk kebutuhan energi nasional.

"Singapura sedang mengupayakan berbagai jalur potensial untuk mengurangi emisi karbon dari pembangkit listrik. Hal ini melibatkan studi opsi potensial yang akan memberi kami portofolio sumber energi rendah karbon yang beragam di masa depan. Melalui perjanjian ini," kata Puah Kok Keong dalam pernyataan resminya, diterima topik.id, Senin (27/10/2025).

Dari sisi kebijakan, Departemen Energi AS (DOE) juga memberikan dukungan dengan menambahkan Singapura ke dalam daftar General Authorised Destinations di bawah Bagian 810. Status ini memungkinkan ekspor teknologi dan bantuan nuklir terkendali dari AS ke Singapura, memperkuat dasar hukum untuk pertukaran pengetahuan dan kolaborasi riset yang lebih luas di bidang nuklir sipil.

"Kami berharap dapat berkolaborasi dengan mitra AS untuk memperkuat pengetahuan dan keahlian teknis kami dalam menilai kelayakan teknologi nuklir canggih dalam memenuhi kebutuhan energi Singapura," tambah Puah Kok Keong.

Selain perjanjian teknis tersebut, kedua negara juga akan melanjutkan berbagai inisiatif bersama, seperti Forum Singapura-AS di Pekan Energi Internasional Singapura dan program FIRST (Foundational Infrastructure for Responsible Use of Small Modular Reactor Technology). 

Program ini berfokus pada pengembangan infrastruktur dan tata kelola yang bertanggung jawab untuk penggunaan teknologi reaktor modular kecil (SMR) di masa depan.

Tak hanya itu, kerja sama juga mencakup pertukaran informasi antara Badan Lingkungan Hidup Nasional (NEA) Singapura dan Komisi Pengaturan Nuklir AS (NRC). Melalui mekanisme ini, kedua lembaga dapat saling berbagi data teknis dan pengalaman dalam memastikan standar keselamatan nuklir yang tinggi. 

Share:
Premium.
Komentar
Komentar sepenuhnya tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.

Update
Indeks