Cloudflare dan Microsoft kompak catat aktivitas siber RI tertinggi 2025

Memperpanjang rekam jejak Indonesia yang sejak lama berada dalam daftar sumber serangan siber teratas skala global.

author photo
A- A+
Cloudflare dan Microsoft kompak catat aktivitas siber RI tertinggi 2025
cover | topik.id

Republik Indonesia (RI) menjadi sorotan keamanan digital global setelah Cloudflare dan Microsoft sama-sama mencatat lonjakan aktivitas siber dari Tanah Air sepanjang tahun 2025. Laporan terbaru menunjukkan Indonesia menjadi sumber utama serangan Distributed Denial of Service (DDoS) skala global, serta masuk jajaran negara dengan aktivitas siber tertinggi di Asia-Pasifik. 

Eskalasi ini menganalisis pesatnya transformasi digital nasional yang belum sepenuhnya diimbangi kesiapan keamanan. Kondisi tersebut menempatkan Indonesia di persimpangan krusial antara peluang ekonomi digital dan risiko ancaman siber yang kian kompleks.

Buktinya, laporan ancaman DDoS Q3 2025 yang dirilis Cloudflare mengungkap temuan mengejutkan mengenai eskalasi serangan global. Sejak awal 2025, Cloudflare telah memitigasi 2.867 serangan Aisuru, dengan 1.304 di antaranya terjadi hanya dalam kuartal ketiga. Peningkatan 54% QoQ ini menyoroti skala ancaman yang berkembang pesat.

Serangan hipervolumetrik terus mendominasi, termasuk DDoS 29,7 Tbps yang memecahkan rekor dunia. Serangan lain mencapai 14,1 miliar paket per detik, menandai evolusi daya rusak dan efisiensi serangan. Pola serangan yang makin kompleks menuntut adaptasi pertahanan siber lebih agresif.

Selama setahun penuh sejak Q3 2024, Indonesia menempati peringkat pertama global. Tren ini memperpanjang rekam jejak Indonesia yang sejak lama berada dalam daftar sumber serangan teratas.

"Tujuh dari sepuluh sumber teratas berada di Asia, dengan Indonesia memimpin. Indonesia merupakan sumber serangan DDoS terbesar, dan telah menduduki peringkat pertama di dunia selama setahun penuh sejak kuartal ketiga 2024. Bahkan sebelumnya, Indonesia selalu berada di daftar teratas sumber serangan," tulis Cloudflare dalam laporan resminya, seperti dinukil topik.id, Selasa (9/12/2025).

Dominasi Indonesia semakin mencolok dengan lonjakan 31.900% pada persentase permintaan HTTP DDoS yang berasal dari negara ini sejak 2021. Dalam lima tahun, pertumbuhan tersebut menunjukkan transformasi Indonesia menjadi pusat aktivitas botnet berbahaya. Infrastruktur dan perangkat terkompromi diduga menjadi kontributor utama.

Sektor industri paling ditarget.

cover | topik.id

Di sektor industri, Pertambangan, Mineral & Logam mengalami peningkatan serangan paling tinggi pada Q3 2025. Ketegangan geopolitik terkait tarif EV, ekspor logam tanah jarang, dan isu keamanan dalam pertemuan UE–Tiongkok memperparah situasi. Industri ini naik 24 peringkat, kini berada di posisi ke-49 global.

Industri otomotif mencatat lonjakan serangan tertinggi dengan kenaikan 62 peringkat hanya dalam satu kuartal. Sektor ini menempati peringkat keenam industri paling diserang di dunia. Perkembangan teknologi kendaraan pintar turut memperluas permukaan serangan bagi pelaku kejahatan siber.

"Industri otomotif mengalami lonjakan serangan DDoS terbesar, melonjak 62 peringkat hanya dalam satu kuartal, menempatkannya di peringkat keenam industri yang paling banyak diserang di dunia," ungkap Cloudflare.

Industri keamanan siber juga tidak luput dari peningkatan ancaman, meski merupakan sektor yang paling siap secara teknis. Kenaikan 17 peringkat membuat sektor ini berada di posisi ke-13 global. Pola ini menunjukkan bahwa pelaku DDoS berupaya melemahkan benteng pertahanan digital dunia.

"Perusahaan keamanan siber juga mengalami peningkatan serangan DDoS yang signifikan. Industri keamanan siber melonjak 17 peringkat, menjadikannya industri ke-13 yang paling banyak diserang di dunia," jelas Cloudflare.

DDoS merupakan serangan siber yang dilakukan dengan membanjiri server, situs web, atau layanan online dengan trafik dalam jumlah sangat besar hingga sistem menjadi lambat, tidak stabil, atau benar-benar tidak bisa diakses.

Microsoft: Indonesia masuk 12 besar aktivitas siber Asia-Pasifik.

cover | topik.id

Microsoft melaporkan bahwa tingkat aktivitas siber Indonesia tertinggi di kawasan Asia-Pasifik, seiring pesatnya pertumbuhan ekonomi digital nasional. Dalam pemetaan regional, Indonesia menempati peringkat ke-12 negara dengan aktivitas siber tertinggi. Kontribusinya mencapai sekitar 3,6 persen dari total aktivitas siber di Asia-Pasifik.

Posisi tersebut menunjukkan meningkatnya eksposur organisasi perusahaan di Indonesia terhadap berbagai ancaman siber. Serangan yang paling umum meliputi pencurian data, ransomware, hingga malware pencuri informasi. Kondisi ini menandakan permukaan serangan digital yang semakin luas dan kompleks.

"Dalam konteks kawasan, Indonesia menempati peringkat ke-12 dalam daftar negara dengan aktivitas siber tertinggi di Asia Pasifik, menyumbang sekitar 3,6 persen dari total aktivitas siber kawasan tersebut," tulis Microsoft dalam laporan resminya, seperti dilansir topik.id, Senin (15/12/2025). 

Salah satu ancaman yang menonjol adalah Infostealer, khususnya Lumma Stealer. Laporan mencatat lebih dari 14 ribu perangkat di Indonesia terinfeksi malware tersebut sepanjang paruh pertama 2025. Infeksi ini berpotensi membuka akses awal bagi serangan siber lanjutan.

"Data ini menunjukkan peningkatan eksposur organisasi di Indonesia terhadap berbagai bentuk serangan, seperti pencurian data, ransomware, hingga malware Infostealer seperti Lumma Stealer, yang menurut laporan telah menyerang lebih dari 14 ribu perangkat di Indonesia selama paruh pertama 2025," ungkap Microsoft dalam laporan tersebut.

Sementara itu, President Director Microsoft Indonesia, Dharma Simorangkir, menekankan pentingnya keseimbangan antara pertumbuhan digital dan kesiapan keamanan. Menurutnya, keamanan siber kini menjadi bagian dari tata kelola bisnis, bukan sekadar urusan teknis. Kepercayaan menjadi fondasi utama dalam inovasi berbasis teknologi dan AI.

"Pertumbuhan ekonomi digital Indonesia yang begitu cepat perlu diimbangi dengan kesiapan dan disiplin keamanan yang kuat," kata Dharma Simorangkir.

Lanskap ancaman siber menunjukkan pergeseran besar, salah satunya dominasi serangan berbasis identitas. Lebih dari 97 persen serangan identitas berasal dari upaya menebak kata sandi secara massal. Penerapan multifactor authentication (MFA) yang tahan phishing terbukti mampu menekan risiko hingga 99 persen.

Ransomware juga berevolusi dari sekadar penguncian sistem menjadi pemerasan data. Pelaku kini mencuri data sensitif untuk dijual atau dijadikan alat tekanan. Sektor publik seperti rumah sakit, lembaga pendidikan, dan pemerintah daerah menjadi target utama karena keterbatasan sumber daya keamanan.

Infostealer berperan sebagai pintu masuk baru dalam rantai serangan siber modern. Malware ini mencuri kredensial melalui malvertising dan manipulasi hasil pencarian. Perkembangannya yang cepat menjadikan infostealer ancaman serius bagi keberlanjutan keamanan digital Indonesia.

"Cybersecurity kini bukan hanya tanggung jawab IT, melainkan bagian dari tata kelola bisnis dan fondasi kepercayaan dalam berinovasi. Dengan AI, kita memiliki peluang sekaligus tanggung jawab baru, yakni bagaimana memastikan setiap organisasi, dari startup hingga lembaga publik, sehingga dapat berinovasi dengan aman dan bertanggung jawab," terang Dharma Simorangkir.

Share:
Premium.
Komentar
Komentar sepenuhnya tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.

Update
Indeks