BRIN kembangkan infrastruktur nuklir, siap dukung industri dan riset

Teknologi nuklir, kerap diidentikkan dengan sektor energi, sebenarnya implementasinya sangat luas, mencakup bidang kesehatan, pertanian, ilmiah.

Ardi Nugraha
A- A+
BRIN kembangkan infrastruktur nuklir | foto: @brin
Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) terus menunjukkan komitmennya dalam pengembangan teknologi nuklir di Indonesia. Melalui serangkaian inisiatif strategis, BRIN berfokus pada pengembangan infrastruktur nuklir yang diharapkan dapat memberikan dukungan signifikan bagi industri dan riset di tanah air.

Teknologi nuklir, yang selama ini kerap diidentikkan dengan sektor energi, sebenarnya memiliki aplikasi yang sangat luas, mencakup bidang kesehatan, pertanian, industri, hingga penelitian ilmiah. 

Kesadaran akan potensi besar ini mendorong BRIN untuk membangun dan memperkuat infrastruktur nuklir nasional. Langkah ini tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan kapabilitas teknologi dan sumber daya manusia di bidang nuklir, tetapi juga untuk memastikan bahwa Indonesia dapat memanfaatkan teknologi ini secara optimal dan aman.

Penelusuran topik.id, Sabtu (1/6/2024) dari laman resmi BRIN terkait pengelolaan ketenaganukliran, mengungkapkan keberadaan riset nuklir di Indonesia tentu tidak lepas dari dukungan infrastruktur ketanaganukliran. Di bawah BRIN, instalasi nuklir dapat terintegrasi menjadi satu kesatuan yang efisien dan terkelola dengan baik.

Hal tersebut disampaikan oleh Hanafi Ali, pelaksana fungsi Direktorat Pengelolaan Fasilitas Ketenaganukliran (DPFK) BRIN. Ia menyebut fasilitas yang dimiliki BRIN siap untuk mendukung kerjasama dengan industri, terutama terkait kerja sama dari hasil periset BRIN. 

Dalam ajang temu Bisnis Bidang Kesehatan yang diadakan oleh BRIN pada Kamis (30/5/2024) kemarin, Hanafi mengutarakan tidak hanya terkait dengan produksi produk radioisotop, namun juga hingga perlimbahan radioaktif.
"Saat ini terdapat 6 instalasi yang sebagian besar berada di wilayah Serpong. Serpong sendiri menjadi salah satu tempat di mana periset melakukan risetnya dan melakukan produksi radio isotop yang sudah bisa dikomersilkan," jelas Hanafi.
Hanafi juga merincikan mengenai fasilitas pendukung produksi yang dimulai dari instalasi produksi bahan bakar, reaktor sebagai tempat produksi, hingga pengolahan limbah radioaktif yang masih di dalam satu kawasan guna membentuk proses yang berkesinambungan.

"Jadi dalam memproduksi radioisotop ini membutuhkan instalasi bahan bakar reaktor, sehingga di kawasan ini juga terdapat instalasi produksi bahan bakarnya juga. Kemudian ada juga instalasi pengolahan limbah radioaktif, jadi setiap hasil produksi hasil kegiatan-kegiatan yang ada di instalasi ini saling terintegrasi dan perlimbahannya juga dilakukan di instalasi kami," terang Hanafi.

Kapasitas produksi baru berskala lab.


Hanafi menambahkan bahwa meski saat ini kapasitas produksi baru berskala lab, karena pada awal peruntukkannya sebagai produksi kapasitas lab. Ia menyebut bahwa sedang dilakukan proses pengkajian untuk memperbesar menjadi pusat produksi radio isotop skala besar.

"Untuk mendukung kerja sama dengan industri, BRIN telah menyiapkan layanan integrasi kawasan ketenaganukliran. BRIN membagi menjadi kawasan Pendidikan di Yogyakarta, kawasan Riset di Tangerang Selatan, dan kawasan Implementasi Teknologi di Pasar Jumat, Jakarta," jelas Hanafi kambali.

Sebagai informasi dalam acara Temu Bisnis ini, hadir para pemangku kepentingan di bidang kesehatan, termasuk periset, regulator, asosiasi industri, dan pelaku industri kesehatan. 

Kegiatan ini bertujuan untuk memfasilitasi kolaborasi dan memanfaatkan hasil riset serta inovasi. 

Selain itu, Temu Bisnis ini juga mendorong semangat kemandirian dan daya saing bangsa, dengan visi menjadikan Indonesia pada tahun 2045 sebagai salah satu negara maju dengan pendapatan tinggi.
Apakah konten ini bermanfaat?
Dukung dengan memberikan satu kali kontribusi.

Share:
Berbasis data.
Paling diminati.


News Terkini
Lihat semua
Komentar
Login ke akun RO untuk melihat dan berkomentar.

Terkini

Indeks