![]() |
cover |
Salah satu klaim Cloudflare adalah bahwa Perplexity terlibat dalam penggunaan bot tersembunyi serta taktik peniruan identitas untuk menembus batasan situs web. Tuduhan tersebut dinilai serius, tetapi Perplexity menegaskan bahwa fakta teknis justru menunjukkan hal yang sebaliknya. Asisten AI mereka tidak beroperasi dengan cara yang dituduhkan, dan data lalu lintas yang digunakan Cloudflare untuk mendukung klaimnya dianggap salah kaprah.
Kesalahan utama Cloudflare, menurut Perplexity, adalah salah mengartikan lalu lintas 3-6 juta permintaan harian dari BrowserBase, sebuah layanan peramban cloud pihak ketiga—sebagai aktivitas milik Perplexity. Padahal, Perplexity hanya menggunakan BrowserBase untuk tugas yang sangat khusus dengan volume permintaan harian yang jauh lebih kecil, yakni kurang dari 45.000. Artinya, sebagian besar data yang dijadikan dasar tuduhan bukan berasal dari mereka.
"Selain kesalahpahaman bahwa 20-25 juta permintaan agen pengguna bukanlah scraper, Cloudflare mengklaim bahwa Perplexity terlibat dalam "perayapan siluman", menggunakan bot tersembunyi dan taktik peniruan identitas untuk melewati batasan situs web. Namun, fakta teknis menunjukkan hal yang berbeda," tulis bantahan Perplexity, dilansir Minggu (17/8/2025).
Perplexity juga menyesalkan bahwa Cloudflare mengaburkan metodologi analisis lalu lintas mereka dan menolak menjawab pertanyaan yang dapat membantu memperjelas duduk perkara. Kondisi ini membuat Perplexity menyimpulkan hanya ada dua kemungkinan: Cloudflare sengaja mencari publisitas dengan menyerang pelanggannya sendiri, atau mereka benar-benar gagal melakukan analisis lalu lintas dasar yang seharusnya menjadi keahlian inti perusahaan tersebut.
Kesalahan pengaitan permintaan lalu lintas dalam jumlah besar itu dinilai sangat memalukan bagi Cloudflare. Perusahaan yang mengklaim diri sebagai ahli dalam memahami dan mengategorikan lalu lintas web justru keliru dalam hal mendasar. Perplexity menyebut, jika jutaan permintaan bisa salah diatribusikan, maka kredibilitas Cloudflare dalam memberikan analisis yang benar patut dipertanyakan.
"Cloudflare pada dasarnya salah mengaitkan 3-6 juta permintaan harian dari layanan browser otomatis BrowserBase ke Perplexity, kegagalan analisis lalu lintas dasar yang sangat memalukan bagi perusahaan yang bisnis utamanya adalah memahami dan mengkategorikan lalu lintas web," ungkapnya.
Lebih jauh lagi, Perplexity menilai kesalahan teknis ini bersifat mendiskualifikasi. Cloudflare bukan hanya salah dalam mengatribusikan lalu lintas, tapi menerbitkan diagram teknis yang keliru dan memperlihatkan ketidakpahaman terhadap cara kerja asisten AI modern. Menurut Perplexity, hal tersebut membuat Cloudflare kehilangan klaim keahlian dalam bidang analisis lalu lintas web.
Kontroversi ini memperlihatkan kelemahan mendasar dalam sistem Cloudflare, terutama dalam membedakan antara lalu lintas sah dari asisten AI dengan ancaman nyata berupa scraper berbahaya. Jika penyedia infrastruktur internet sebesar Cloudflare tidak bisa membedakan keduanya, Perplexity menilai hal itu berbahaya bagi kepercayaan pelanggan yang mengandalkan layanan mereka untuk keamanan dan keandalan.
Sebagai penutup, Perplexity menyoroti betapa memalukan langkah Cloudflare yang sampai menerbitkan diagram teknis palsu mengenai alur kerja mereka. Alih-alih berasumsi dan menyebarkan informasi yang tidak akurat, Cloudflare seharusnya mengambil langkah sederhana: bertanya langsung kepada Perplexity. Dengan begitu, kesalahpahaman tidak akan berkembang menjadi kontroversi publik yang merugikan semua pihak.
"Kegaduhan seputar isu ini juga menunjukkan bahwa kepemimpinan Cloudflare kurang informasi tentang dasar-dasar AI, atau lebih terkesan lebih cerdik daripada cloud. Hal ini penting karena pelanggan Cloudflare mencakup berbagai jenis bisnis, perusahaan yang tidak mampu mempercayakan infrastruktur mereka dengan aksi publisitas palsu," terangnya.