|  | 
| cover | topik.id | 
Google Research merilis DeepSomatic AI, alat bertenaga AI yang mengidentifikasi mutasi terkait kanker dalam urutan genetik tumor untuk membantu menentukan apa yang mendorong kanker.
Perusahaan raksasa teknologi itu, merincikan setiap jenis kanker memiliki pola mutasi berbeda, dan mengenali mutasi tersebut menjadi kunci dalam menentukan pengobatan yang efektif. Namun, proses analisis genetik ini sering kali memerlukan waktu panjang dan teknologi canggih yang tidak selalu mudah diakses oleh seluruh lembaga penelitian.
Untuk menjawab tantangan tersebut, lahirlah DeepSomatic, sebuah model kecerdasan buatan (AI) sumber terbuka yang dirancang untuk mempercepat analisis genetik dalam penelitian kanker. Model ini dikembangkan oleh Google Research bersama para mitra akademik seperti University of California, Santa Cruz (UC Santa Cruz) dan Children's Mercy, dengan tujuan utama membantu para ilmuwan mengidentifikasi varian genetik yang memicu perkembangan kanker secara lebih cepat dan akurat.
"Kanker adalah penyakit genetik, dan mengidentifikasi mutasi pada sel kanker sangat penting untuk memberikan perawatan yang lebih tepat dan hasil yang lebih baik bagi pasien. Itulah sebabnya kami bangga memperkenalkan DeepSomatic, model pembelajaran mesin baru yang dikembangkan bersama mitra kami, termasuk UC Santa Cruz dan Children's Mercy, yang secara akurat mengidentifikasi varian genetik dalam sel kanker," tulis Google dalam pengumuman resminya, dilansir Jumat (17/10/2025).
DeepSomatic bekerja dengan menggunakan jaringan saraf konvolusional (convolutional neural network) yang mampu membedakan antara varian genetik turunan dan varian somatik — mutasi yang muncul sepanjang hidup seseorang dan sering kali menjadi pemicu kanker. Dengan pendekatan ini, model dapat menelusuri data genetik yang sangat kompleks, termasuk dari kasus-kasus berat seperti leukemia pada anak-anak dan glioblastoma, sejenis tumor otak yang agresif.
Keunggulan DeepSomatic tidak hanya pada kecepatan, namun pada akurasi dalam mendeteksi mutasi penting, terutama jenis insersi dan delesi (indel) yang sulit diidentifikasi dengan metode konvensional. Dalam berbagai pengujian, alat ini terbukti melampaui performa pendekatan terkini, membuka peluang baru dalam analisis genom kanker yang lebih presisi dan efisien.
"DeepSomatic menggunakan jaringan saraf konvolusional untuk membedakan antara varian turunan dan varian somatik yang didapat yang memicu kanker, bahkan bekerja pada sampel kompleks seperti leukemia pediatrik dan glioblastoma. Alat ini terbukti mengungguli metode terkini dalam mendeteksi varian-varian kunci ini, terutama insersi dan delesi. Kami telah menyediakan alat ini beserta set data pelatihannya yang berkualitas tinggi secara terbuka untuk mempercepat penelitian kanker secara global," ungkapnya.
Yang menarik, Google Research dan tim pengembangnya menyediakan DeepSomatic secara terbuka, lengkap dengan dataset pelatihan berkualitas tinggi, sehingga komunitas ilmiah di seluruh dunia dapat memanfaatkannya tanpa batasan lisensi. Pendekatan terbuka ini mempercepat kolaborasi lintas institusi dan memperkuat ekosistem penelitian kanker global.
Google Research menunjukkan komitmennya terhadap riset ilmiah yang berdampak langsung bagi kemanusiaan. Inovasi seperti DeepSomatic bukan hanya menunjukkan kekuatan AI dalam sains, melainkan mengilustrasikan bagaimana teknologi dapat berperan dalam mempercepat penemuan medis yang menyelamatkan nyawa.
Para peneliti berharap, keberadaan DeepSomatic akan menjadi katalis penting dalam era baru penelitian kanker berbasis AI, di mana kolaborasi terbuka dan data ilmiah yang terdistribusi menjadi pondasi utama untuk memahami akar genetik penyakit ini dan menemukan terapi yang lebih efektif bagi semua orang.
"Google Research sedang menciptakan terobosan mendasar yang memberikan dampak nyata dan nyata bagi masyarakat. Itulah sebabnya kami melakukan pekerjaan ini, karena jalan menuju masa depan didasarkan pada riset yang dapat membuat realitas menjadi lebih baik bagi masyarakat. Kami berharap dapat melihat bagaimana komunitas riset memanfaatkannya untuk mempercepat penelitian kanker, bagi semua orang," jelasnya.
 

 
 
 
 
