Wamen Stella tanggapi lonjakan AI: kita tidak boleh diam!

'Apakah manusia akan tergantikan oleh AI?'

author photo
A- A+
Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi, Stella Christie | cov: topik.id

Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi, Stella Christie, menegaskan bahwa kecerdasan buatan, artificial intelligence (AI) harus dipandang sebagai alat kemajuan yang memperkuat manusia, bukan menggantikannya. 

Pesan tersebut ia sampaikan dalam pidato bertajuk "AI untuk Indonesia" pada acara AI for Indonesia 2025 by kumparan, yang digelar di The Ballroom at Djakarta Theater, Jakarta Pusat, Kamis (23/102025). 

Dalam sambutan pidatonya, Stella mengangkat pertanyaan yang kini ramai diperdebatkan, 'Apakah manusia akan tergantikan oleh AI?' Ia menjawab tegas bahwa perubahan besar akibat perkembangan AI tidak bisa dihindari, sehingga fokus utama seharusnya bukan pada rasa takut, melainkan kemampuan beradaptasi. 

Menurutnya, bangsa Indonesia harus mampu menjadikan AI sebagai pendorong kemajuan, bukan ancaman terhadap eksistensi manusia dan dunia kerja.

"AI bisa menjadi ancaman, tapi juga bisa menjadi alat kemajuan. Semuanya tergantung pada bagaimana kita menggunakannya," tegas Wamen Stella. 

Ia menekankan pentingnya tanggung jawab moral dalam setiap penerapan teknologi cerdas. AI, jika digunakan dengan bijak, dapat mempercepat riset, memperkuat sistem pendidikan, dan meningkatkan produktivitas nasional. Namun, tanpa kontrol yang tepat, AI juga bisa memperdalam ketimpangan sosial dan menimbulkan masalah etika baru.

Stella juga menyoroti fenomena banyak perguruan tinggi yang tergesa-gesa membuka program studi teknologi agar relevan dengan zaman. Padahal, data menunjukkan bahwa bidang ilmu komputer justru termasuk yang paling terdampak disrupsi akibat AI. Menurutnya, hal ini bukanlah sinyal negatif, melainkan penanda bahwa dunia kerja tengah berevolusi dan manusia harus ikut berubah dalam cara berpikir, berkreasi, dan berkolaborasi.

Ia menegaskan bahwa yang perlu disiapkan bukan hanya kemampuan teknis, tetapi juga soft skills yang lebih dalam seperti kemampuan berpikir kritis, empati, kreativitas, dan pengambilan keputusan moral

"Yang harus kita siapkan bukan hanya kemampuan teknis, tetapi juga kemampuan berpikir kritis, empati, kreativitas, serta pengambilan keputusan moral. Itulah yang tidak bisa digantikan oleh AI," tegasnya.

Lebih lanjut, Stella menyebut bahwa AI memiliki dua sisi, dapat menurunkan keamanan namun juga memperkuatnya, bisa menciptakan kesenjangan tapi juga membantu pemerataan, serta dapat menyebarkan hoaks sekaligus membantu memeriksa kebenaran informasi. 

"Kita tidak boleh diam. Jika kita hanya menonton perubahan tanpa bertindak, maka dampak buruknya akan datang lebih cepat. Namun, jika kita bertindak sekarang, manfaatnya akan terasa dalam jangka panjang," cetusnya.

Seperti diketahui Acara AI for Indonesia 2025 mengusung tema "Accelerating Impact with Applied AI", mempertemukan pemangku kepentingan dari berbagai sektor, pemerintah, industri, akademisi, komunitas, dan mahasiswa. 

Dengan tiga pilar utama: AI for Everyone, AI for Good, dan AI for Growth, acara ini menegaskan tekad Indonesia untuk menjadi bukan sekadar pengguna, melainkan pencipta arah pemanfaatan AI. 

Menutup pidatonya, Wamen Stella Christie mengajak seluruh pihak untuk memastikan bahwa Indonesia tidak hanya menjadi pengguna teknologi, tetapi sebagai pencipta dan pengarahnya.

“Pertanyaannya bukan lagi bagaimana Indonesia berguna untuk AI, tetapi bagaimana AI berguna untuk Indonesia," tutupnya.

Share:
Premium.
Komentar
Komentar sepenuhnya tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.

Update
Indeks