4 Inovasi BRIN paling canggih, dari satelit hingga adopsi AI

Indonesia dengan sumber daya alam yang melimpah dan populasi yang besar, memiliki potensi luar biasa menjadi negara maju dengan relevansi teknologi.

Dharma Putra
A- A+
cover: topik.id
Indonesia telah menunjukkan potensi besarnya sebagai negara dengan kemampuan teknologi yang terus berkembang. Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) memainkan peran penting dalam mendorong kemajuan teknologi dan inovasi di Tanah Air. 

Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, membutuhkan pemantauan yang cermat untuk mengelola sumber daya alamnya yang melimpah, memantau bencana alam, dan memastikan keamanan nasional menggunakan teknologi terkini. 

Salah satu alat penting dalam pemantauan ini adalah citra satelit. Sayangnya, meskipun memiliki kebutuhan yang mendesak dan vital, Indonesia masih harus mengandalkan pembelian data citra satelit dari pihak lain dengan biaya yang tidak sedikit, yaitu sekitar Rp 475 miliar per tahun.

Biaya sebesar Rp 475 miliar itu diungkapkan Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Laksana Tri Handoko dalam Rapat Koordinasi Nasional, Grand Design Keantariksaan, Menuju Indonesia Emas 2024  di Gedung B.J Habibie, Rabu (5/6/2024) kemarin.

Pimpinan utama BRIN itu juga mengutarakan, saat ini yang sudah berkembang yaitu pemanfaatan ruang antariksa untuk telekomunikasi. Kedepannya, penginderaan jauh atau remote sensing menjadi alternatif.

"Remote sensing itu basisnya adalah citra data yang diambil dari satelit yang kita olah, dan itu yang bisa menjadi produk yang dijual kepada pengguna. Misalnya bagaimana bisa mengamati perkebunan sawit, melihat kebakaran hutan, dan mengukur sawah yang akan panen," kata Handoko dalam keterangannya di laman resmi BRIN, dikutip, Kamis (6/6/2024).

Ironisnya, kata dia, sampai saat ini kebutuhan akan data citra satelit Indonesia masih membeli dari pihak lain dengan harga mencapai 475 miliar tiap tahun. Sehingga terobosan untuk investasi membuat satelit sangat mungkin.
"Lebih baik 475 miliar itu untuk investasi bangun satelit dan jualan data. Jadi sebenarnya secara finansial tidak terlalu muluk-muluk, yang dibutuhkan minimal enam satelit remote sensing yang kombinasi berbasis optik dan juga berbasis radar," ungkapnya.
Indonesia, dengan sumber daya alam yang melimpah dan populasi yang besar, memiliki potensi luar biasa untuk berkembang menjadi negara maju dengan relevansi teknologi. 

Buktinya, dalam beberapa tahun terakhir hingga pertengah tahun 2024, BRIN telah meluncurkan berbagai inovasi canggih yang tidak hanya memajukan teknologi dalam negeri tetapi juga menempatkan tren Indonesia di peta jalan inovasi global menuju Indonesia Emas 2045. 

Berikut adalah empat inovasi BRIN paling canggih yang telah mengubah lanskap teknologi Indonesia, yang dirangkum topik.id, Kamis (6/6/2024) mulai dari satelit hingga adopsi artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan:

1. Satelit NEO-1.

Nusantara Earth Observation (NEO) | foto: @brin
BRIN tengah mengembangkan konstelasi satelit nasional untuk observasi bumi. Berbeda dengan satelit tunggal, konstelasi satelit terdiri dari dua atau lebih satelit serupa yang mengorbit secara berkelompok. Keuntungannya, satelit mendapat cakupan yang lebih luas.

Konstelasi satelit pertama yang dikembangkan adalah Nusantara Earth Observation (NEO) yang terdiri dari dua satelit resolusi sangat tinggi, empat satelit resolusi tinggi, serta dua satelit SAR (Synthetic Aperture Radar). Satelit seri pertama atau NEO-1 yang sedang diselesaikan adalah satelit resolusi tinggi. 

NEO-1 merupakan satelit generasi keempat atau dikenal dengan nama A4. Satelit ini akan lebih canggih karena spesifikasi muatannya lebih baik dari satelit-satelit generasi sebelumnya seperti LAPAN-A2 dan LAPAN-A3.

Perekayasa Ahli Madya Pusat Riset Teknologi Satelit BRIN, M. Arif Saifudin mengatakan saat ini riset NEO-1 sudah memasuki fase akhir Assembly, Integration, and Test (AIT). Tahun ini Pusat Riset Teknologi Satelit menargetkan penyelesaian akhir serta persiapan peluncuran satelit. 

"Rencana peluncurannya antara akhir tahun 2024 atau awal 2025. Satelit diluncurkan pada ketinggian sekitar 500 kilometer dari permukaan bumi dengan orbit Sun Synchronous Polar," ujarnya saat dihubungi Tim Humas Kawasan di Kawasan Sains Ibnoe Soebroto, Rancabungur, Bogor, Senin (6/5/2024). 

Arif menyampaikan, NEO-1 sudah melewati serangkaian pengujian, seperti level subsistem atau komponen meliputi pengujian fungsional, pengujian kinerja, serta sebagian dilakukan pengujian lingkungan. Hal ini dilakukan agar komponen memenuhi persyaratan untuk digunakan di satelit.

Setelah perakitan dan integrasi akhir selesai, lanjut Arif, kemudian dilakukan pengujian level sistem meliputi pengujian fungsional, pengujian vibrasi dan pengujian Electromagnetic Compatibility (EMC). "Satelit siap diluncurkan jika seluruh proses AIT dan pengujian akhir sudah selesai," paparnya. 

2. Infrastruktur nuklir.

 Pengembangan teknologi nuklir. | foto: @brin
BRIN terus menunjukkan komitmennya dalam pengembangan teknologi nuklir di Indonesia. Melalui serangkaian inisiatif strategis, BRIN berfokus pada pengembangan infrastruktur nuklir yang diharapkan dapat memberikan dukungan signifikan bagi industri dan riset di tanah air.

Teknologi nuklir, yang selama ini kerap diidentikkan dengan sektor energi, sebenarnya memiliki aplikasi yang sangat luas, mencakup bidang kesehatan, pertanian, industri, hingga penelitian ilmiah. 

Kesadaran akan potensi besar ini mendorong BRIN untuk membangun dan memperkuat infrastruktur nuklir nasional. Langkah ini tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan kapabilitas teknologi dan sumber daya manusia di bidang nuklir, tetapi juga untuk memastikan bahwa Indonesia dapat memanfaatkan teknologi ini secara optimal dan aman.

Penelusuran topik.id, Sabtu (1/6/2024) dari laman resmi BRIN terkait pengelolaan ketenaganukliran, mengungkapkan keberadaan riset nuklir di Indonesia tentu tidak lepas dari dukungan infrastruktur ketanaganukliran. Di bawah BRIN, instalasi nuklir dapat terintegrasi menjadi satu kesatuan yang efisien dan terkelola dengan baik.

Hal tersebut disampaikan oleh Hanafi Ali, pelaksana fungsi Direktorat Pengelolaan Fasilitas Ketenaganukliran (DPFK) BRIN. Ia menyebut fasilitas yang dimiliki BRIN siap untuk mendukung kerjasama dengan industri, terutama terkait kerja sama dari hasil periset BRIN. 

Dalam ajang temu Bisnis Bidang Kesehatan yang diadakan oleh BRIN pada Kamis (30/5/2024) kemarin, Hanafi mengutarakan tidak hanya terkait dengan produksi produk radioisotop, namun juga hingga perlimbahan radioaktif.

"Saat ini terdapat 6 instalasi yang sebagian besar berada di wilayah Serpong. Serpong sendiri menjadi salah satu tempat di mana periset melakukan risetnya dan melakukan produksi radio isotop yang sudah bisa dikomersilkan," jelas Hanafi.

Hanafi juga merincikan mengenai fasilitas pendukung produksi yang dimulai dari instalasi produksi bahan bakar, reaktor sebagai tempat produksi, hingga pengolahan limbah radioaktif yang masih di dalam satu kawasan guna membentuk proses yang berkesinambungan.

"Jadi dalam memproduksi radioisotop ini membutuhkan instalasi bahan bakar reaktor, sehingga di kawasan ini juga terdapat instalasi produksi bahan bakarnya juga. Kemudian ada juga instalasi pengolahan limbah radioaktif, jadi setiap hasil produksi hasil kegiatan-kegiatan yang ada di instalasi ini saling terintegrasi dan perlimbahannya juga dilakukan di instalasi kami," terang Hanafi.

Kapasitas produksi baru berskala lab.

Hanafi menambahkan bahwa meski saat ini kapasitas produksi baru berskala lab, karena pada awal peruntukkannya sebagai produksi kapasitas lab. Ia menyebut bahwa sedang dilakukan proses pengkajian untuk memperbesar menjadi pusat produksi radio isotop skala besar.

"Untuk mendukung kerja sama dengan industri, BRIN telah menyiapkan layanan integrasi kawasan ketenaganukliran. BRIN membagi menjadi kawasan Pendidikan di Yogyakarta, kawasan Riset di Tangerang Selatan, dan kawasan Implementasi Teknologi di Pasar Jumat, Jakarta," jelas Hanafi kambali.

Sebagai informasi dalam acara Temu Bisnis ini, hadir para pemangku kepentingan di bidang kesehatan, termasuk periset, regulator, asosiasi industri, dan pelaku industri kesehatan. 

Kegiatan ini bertujuan untuk memfasilitasi kolaborasi dan memanfaatkan hasil riset serta inovasi. 

Selain itu, Temu Bisnis ini juga mendorong semangat kemandirian dan daya saing bangsa, dengan visi menjadikan Indonesia pada tahun 2045 sebagai salah satu negara maju dengan pendapatan tinggi.

3. Meteran air prabayar berbasis IoT.

meteran air prabayar berbasis Internet of Things (IoT). | foto: @brin
BRIN terus berinovasi dalam menghadirkan solusi cerdas untuk berbagai tantangan nasional. Salah satu terobosan terbaru yang sedang dikembangkan adalah meteran air prabayar berbasis Internet of Things (IoT). 

Inovasi ini tidak hanya bertujuan untuk mempermudah pengelolaan air bagi pelanggan, tetapi juga untuk meningkatkan efisiensi dan akurasi dalam pemakaian dan pembayaran air.

Peneliti Ahli Madya Pusat Riset Mekatronika Cerdas Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Hanif Fakhrurroja, mengembangkan sistem meter air prabayar menggunakan token Standard Transfer Specification (STS) berbasis Internet of Things (IoT).

Bersama tim peneliti Telkom University (Tel-U), mereka berhasil mendapatkan hibah pendanaan riset dan inovasi reka cipta pada Matching Fund Kedaireka 2023.

"Produk inovasi ini dikembangkan bersama mitra Dunia Usaha Dunia Industri (DUDI) PT Multi Instrumentasi, bertujuan menurunkan angka volume air tak berekening (non-revenue water) akibat pembacaan meter manual," kata Hanif seperti keterangan resminya di laman BRIN dikutip, Selasa (28/5/2024).

Lanjutnya, teknologi yang disebut smart water meter ini menggabungkan IoT dengan beberapa teknologi dari Telkom Indonesia. Ini memungkinkan pengawasan meter air secara real-time dengan akurasi lebih tinggi dibandingkan teknologi konvensional.

Inovasi ini merupakan pengembangan lanjutan dari reka cipta pada Program Matching Fund Kedaireka Tahun 2022, yaitu "Automated Water Meter Reading Berbasis Internet of Things". Diharapkan pada 2024, riset ini berlanjut, sehingga dapat dilakukan proof of concept (PoC) oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) dan segera diimplementasikan ke pelanggan.

Menurut Hanif, kurangnya produksi dalam negeri, terutama dalam hal Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) pada produk meter air prabayar berbasis token, menjadi tantangan dalam riset dan inovasi.

Transformasi digital juga menjadi tuntutan penting pada layanan publik PDAM. Dengan tujuan memudahkan sistem pembayaran melalui token prabayar dan meningkatkan efisiensi proses bisnis PDAM.

Uji coba di lima lokasi 

PT Multi Instrumentasi, produsen meteran air terbesar di Indonesia yang berlokasi di Cinambo, Bandung, akan menentukan lima lokasi uji coba pada tahun ini. Mereka telah menghubungi salah satu perumahan dinas BUMN di daerah Karawang untuk pemasangan di pipa-pipa distribusi dan pipa-pipa perumahan, dengan tujuan efisiensi penggunaan air.

"Penggunaan sistem token ini mempermudah manajemen di perusahaan BUMN untuk mengelola efisiensi air di perumahan pegawai sehingga tidak terjadi pemborosan," jelas Hanif.

Untuk PoC prepaid smart water meter berbasis token STS, Hanif bekerja sama dengan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Tel-U untuk menghitung kelayakan investasi. 

"Mereka akan menghitung kelayakan investasi sehingga mempermudah PDAM dalam perencanaan pengadaan prepaid water meter ini," tutup Hanif.

4. Deteksi ladang ganja menggunakan AI.

cover ilustrasi
Dalam upaya mendukung memberantas peredaran narkotika di Indonesia, BRIN mengambil langkah inovatif dengan memanfaatkan teknologi berbasis artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan dan satelit. 

Teknologi canggih ini memungkinkan identifikasi dan pemantauan ladang ganja secara lebih efektif dan efisien.

BRIN melalui Pusat Riset Geoinformatika (PRGI) telah melakukan penelitian dan pengembangan sistem pemantauan ladang ganja ilegal menggunakan data satelit penginderaan jauh. 

Kegiatan riset ini kemudian dilanjutkan sebagai bagian dari Rumah Program Organisasi Riset Penerbangan dan Antariksa (OR PA) yang bertujuan memanfaatkan teknologi penginderaan jauh untuk mendeteksi dan memantau keberadaan ladang ganja secara otomatis atau semi-otomatis.

Kepala Pusat Riset Geoinformatika, M. Rokhis Khomarudin, mengutarakan penelitian ini penting karena bisa mendukung Grand Design Alternative Development (GDAD) yang diinisiasi oleh Badan Narkotika Nasional (BNN) dan Kepolisian Republik Indonesia (Polri) dalam pencegahan masalah penanaman ganja secara ilegal di daerah terpencil yang sulit dijangkau oleh petugas penegak hukum.

"Dengan menggunakan data satelit penginderaan jauh, keberadaan ladang ganja dapat dideteksi dengan cepat dan akurat, serta dapat memantau area yang luas tanpa harus melakukan survei manual yang memakan waktu dan biaya besar," jelas Rokhis dalam keterangan persnya yang diterima, Minggu (26/5/2024).

Sistem ini, lanjut Rokhis, bekerja dengan mengembangkan model deteksi melalui machine learning. Model ini dikembangkan menggunakan berbagai pendekatan untuk mempermudah identifikasi ladang ganja. 

Beberapa metode yang digunakan dapat mengidentifikasi area terbuka di tengah hutan yang memungkinkan sinar matahari langsung, termasuk mendeteksi perubahan objek yang menunjukkan fase pertumbuhan tanaman, serta membedakan pantulan spektral cahaya dari tanaman ganja dan tanaman lainnya.

Rokhis menegaskan bahwa Pusat Riset Geoinformatika telah memiliki pengalaman yang luas dalam penelitian dan pengembangan pemanfaatan data satelit untuk berbagai keperluan, termasuk pengamatan objek di darat, laut, dan atmosfer. Hal ini menempatkan mereka dalam posisi yang ideal untuk mengembangkan sistem yang dapat memberikan informasi yang cepat, akurat, dan efisien dalam hal biaya terkait keberadaan ladang ganja ilegal.

"Riset identifikasi ladang ganja dengan data satelit akan dilanjutkan dengan pendekatan metode machine learning dan artificial intelligence. Pengenalan karakteristik objek ladang ganja, baik dari fisik maupun pantulan spektral cahaya dari tanaman, merupakan bagian penting dari riset. Harapannya riset ini dapat menghasilkan informasi yang cepat, akurat, dan murah," tambahnya.

Sebelumnya, Rokhis menyebutkan pihaknya telah menjalin kerja sama penelitian dengan Kepolisian Daerah (Polda) Sumatera Utara (Sumut). 

Kerja sama ini diharapkan dapat meningkatkan efektivitas penegakan hukum terhadap penanaman ganja ilegal. Dengan langkah ini, diharapkan Indonesia dapat mengatasi masalah ladang ganja ilegal secara signifikan melalui pemanfaatan teknologi canggih dan kerja sama yang solid antara lembaga penelitian dan penegak hukum.

Keempat inovasi ini menunjukkan komitmen BRIN dalam mendorong kemajuan teknologi dan inovasi di Indonesia. Dengan fokus pada pengembangan satelit hingga adopsi kecerdasan buatan, BRIN tidak hanya membantu memajukan teknologi nasional tetapi juga berkontribusi dalam menciptakan solusi.
Apakah konten ini bermanfaat?
Dukung dengan memberikan satu kali kontribusi.

Share:
Berbasis data.
Paling diminati.


News Terkini
Lihat semua
Komentar
Login ke akun RO untuk melihat dan berkomentar.

Terkini

Indeks