iklan - scroll untuk melanjutkan membaca.

Inggris bentuk satuan siber baru, gelontorkan Rp20 triliun

Menyelaraskan kemampuan siber ofensif Inggris melalui kolaborasi dengan Pasukan Siber Nasional, memperkuat peran Inggris dalam ekosistem pertahanan.

author photo
A- A+
Inggris
cover | @des.mod.gov
Pemerintah Inggris mengumumkan pembentukan satuan siber baru, yaitu 'Komando Siber dan Elektromagnetik' serta investasi sebesar £1 miliar (sekitar Rp20 triliun) dalam sistem medan perang digital, guna modernisasi pertahanan di era konflik berteknologi tinggi. Pengumuman ini disampaikan langsung oleh Menteri Pertahanan John Healey MP dalam kunjungan resminya ke markas besar siber militer Inggris, MOD Corsham, pada 29 Mei 2025 kemarin.

Investasi ini akan digunakan untuk membangun Web Penargetan Digital yang inovatif, sebuah sistem canggih yang mengintegrasikan senjata, sensor, dan kecerdasan buatan untuk mempersingkat waktu identifikasi dan penyerangan terhadap target musuh. Teknologi ini terinspirasi langsung dari strategi sukses Ukraina dalam merespons invasi Rusia, yang mengandalkan kecepatan dan integrasi sistem untuk menghalau ancaman.
"Pelajaran berharga yang diperoleh dari perang ilegal Putin di Ukraina tidak membuat kita berilusi bahwa konflik di masa mendatang akan dimenangkan melalui kekuatan yang lebih terhubung, lebih diperlengkapi, dan berinovasi lebih cepat daripada musuh-musuh mereka," ungkap Menteri Pertahanan John Healey MP dalam pernyataan resminya, dilansir Sabtu (30/5/2025).
Komando siber dan elektromagnetik akan menjadi garda terdepan Inggris dalam menghadapi tantangan baru di ranah siber dan elektromagnetik. Komando ini tidak hanya memimpin operasi defensif, tapi juga menyelaraskan kemampuan siber ofensif Inggris melalui kolaborasi dengan Pasukan Siber Nasional, memperkuat peran Inggris dalam ekosistem pertahanan global.

Salah satu fokus utama dari Web Penargetan Digital adalah mempercepat pengambilan keputusan di medan tempur. Melalui integrasi lintas platform, dari kapal perang, pesawat tempur F-35, drone, hingga satelit—data ancaman dapat diproses secara real-time dan ditindaklanjuti dalam hitungan detik. Hal ini memberi keunggulan militer yang sangat dibutuhkan di tengah lanskap konflik modern yang serba cepat.

Langkah ini juga merupakan bagian dari implementasi Strategic Defence Review (SDR) terbaru, yang menjadi panduan utama kebijakan pertahanan Inggris untuk dekade mendatang. Dalam SDR, Pemerintah menegaskan komitmen untuk meningkatkan belanja pertahanan hingga 2,5% dari Produk Domestik Bruto (PDB), memperkuat ketahanan nasional sekaligus menciptakan lapangan kerja terampil di sektor teknologi tinggi.

Komando baru ini akan berada di bawah kepemimpinan Jenderal Sir James Hockenhull, dan dirancang untuk mengoordinasikan respon terhadap lebih dari 90.000 serangan siber tingkat rendah (sub-threshold) yang dialami Inggris dalam dua tahun terakhir. Ancaman semacam ini, meski tidak selalu berskala besar, berpotensi melemahkan infrastruktur militer dan ekonomi jika tidak ditangani secara sistematis.

"Kami akan memberikan Angkatan Bersenjata kami kemampuan untuk bertindak dengan kecepatan yang belum pernah terlihat sebelumnya - menghubungkan kapal, pesawat, tank, dan operator sehingga mereka dapat berbagi informasi penting secara instan dan menyerang lebih jauh dan lebih cepat," jelas John kembali.

Dalam konteks peperangan elektromagnetik, Komando ini juga akan berperan penting. Mereka akan melakukan operasi pengacauan sinyal drone dan rudal, menyadap komunikasi musuh, serta mengganggu komando dan kontrol lawan di medan tempur. Dengan demikian, Komando ini menjadi pusat gravitasi baru dalam taktik perang asimetris modern.

Web Penargetan Digital dijadwalkan rampung dan aktif digunakan paling lambat tahun 2027, dan menjadi tulang punggung dalam strategi pertahanan yang lebih lincah, terintegrasi, dan berbasis teknologi. Hal ini juga mendukung Rencana Perubahan Pemerintah yang menekankan pentingnya inovasi dalam membangun keamanan nasional jangka panjang.

Selain dari aspek operasional, reformasi ini membuka jalur karier baru bagi para profesional digital melalui program Cyber Direct Entry. Skema ini mempercepat penempatan talenta siber ke dalam peran penting militer, dengan pelatihan intensif dan gaji awal menarik—lebih dari £40.000, ditambah tunjangan keterampilan hingga £25.000. Para peserta juga akan menerima semua manfaat personel militer tanpa harus bertugas di zona konflik.

Program ini menjadi magnet bagi generasi baru ahli teknologi yang ingin berkontribusi pada pertahanan nasional tanpa harus menjalani pelatihan konvensional atau mengangkat senjata. Selain itu, mereka akan mendapatkan akses ke fasilitas medis, pelatihan petualangan, dan pengembangan profesional dalam lingkungan militer yang makin berteknologi tinggi.

"Dengan menarik bakat digital terbaik, dan membangun pusat kendali bagi kemampuan siber kita, kita akan memanfaatkan inovasi terbaru, mendanai pertahanan Inggris dengan baik untuk zaman modern, dan mendukung Rencana Perubahan pemerintahm," terang John.


Share:
Premium.
Komentar
Komentar sepenuhnya tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.

Update
Indeks