![]() |
| CEO Anthropic, Dario Amodei | dok: topik.id |
Komite Keamanan Dalam Negeri Amerika Serikat (DPR AS) resmi memanggil para perwakilan dari Anthropic, Google, dan Quantum Xchange untuk memberikan kesaksian dalam sidang gabungan pada 17 Desember mendatang.
Pemanggilan ini dipimpin oleh Andrew R. Garbarino bersama dua ketua subkomite terkait. Agenda utama sidang adalah menggali ancaman baru dari serangan siber berbasis kecerdasan buatan.
Pemanggilan tersebut dipicu oleh laporan terbaru Anthropic yang mengungkap perubahan dalam pola serangan digital modern. Menurut temuan mereka, aktor siber yang didukung pemerintah Tiongkok berhasil melakukan serangan otonom ke sistem Anthropic. Serangan itu dijalankan dengan bantuan AI dan minim intervensi manusia.
"Ketua Komite Keamanan Dalam Negeri DPR Andrew R. Garbarino (R-NY), Ketua Subkomite Keamanan Siber dan Perlindungan Infrastruktur Andy Ogles (R-TN), dan Ketua Subkomite Pengawasan, Investigasi, dan Akuntabilitas Josh Brecheen (R-OK) mengirim surat kepada Anthropic, Google, dan Quantum Xchange, meminta kesaksian perwakilan dari masing-masing perusahaan pada sidang subkomite gabungan mendatang yang dijadwalkan pada Rabu, 17 Desember," tulis laporan resmi di laman Komite DPR AS, seperti dilansir topik.id, Kamis (27/11/2025).
Para anggota komite menilai insiden tersebut sebagai bukti penting meningkatnya kerentanan keamanan nasional Amerika Serikat. Mereka menyoroti bagaimana teknologi AI komersial milik AS justru dapat dimanfaatkan musuh asing. Meski memiliki perlindungan kuat, sistem tetap dapat dieksploitasi melalui otomatisasi tingkat tinggi.
Sidang mendatang akan memeriksa bagaimana teknologi baru seperti AI, komputasi kuantum, dan cloud skala besar mengubah postur pertahanan siber nasional. Perubahan ini dinilai memperluas medan operasi pihak asing seperti Republik Rakyat Tiongkok. Pemeriksaan juga akan mencakup potensi penggunaan AI untuk memperkuat deteksi dan pertahanan infrastruktur penting AS.
"Sidang dengar pendapat mendatang akan mengkaji bagaimana kemajuan teknologi baru seperti AI, komputasi kuantum, dan infrastruktur cloud skala besar mengubah postur keamanan siber defensif negara dan memperluas kemampuan operasional musuh asing kita, seperti RRT. Sidang dengar pendapat ini juga akan mengkaji bagaimana AI dan teknologi baru lainnya berperan penting dalam memperkuat deteksi, pertahanan, dan ketahanan infrastruktur penting AS," ungkap dalam laporan itu.
Dalam surat resmi, para anggota komite menyoroti laporan publik yang menyebut perangkat berbasis Claude dimanipulasi untuk mengotomatiskan kampanye spionase siber canggih. Mereka menilai perkembangan ini sebagai ancaman langsung terhadap keamanan nasional. Kombinasi otomatisasi AI dan potensi dekripsi kuantum menjadi perhatian serius.
Komite memperingatkan bahwa musuh dapat memadukan kemampuan AI dengan teknologi kuantum untuk menjalankan strategi “panen sekarang, dekripsi nanti.” Taktik ini memungkinkan aktor siber mengumpulkan data hari ini untuk didekripsi ketika teknologi kuantum mencapai kematangan. Risiko meliputi data pemerintah, kontraktor pertahanan, hingga infrastruktur vital.
Para anggota meminta pandangan mendalam dari para perusahaan mengenai kesiapan sistem keamanan mereka menghadapi ancaman pasca-kuantum. Kongres ingin mengetahui integrasi teknologi tahan kuantum dalam sistem saat ini dan kemampuan mengelola kelincahan kriptografi dalam skala besar. Wawasan teknis itu akan menjadi dasar evaluasi kebijakan keamanan siber AS ke depan.
"Kongres mengevaluasi risiko yang disoroti oleh insiden Antropik, khususnya prospek bahwa musuh mungkin berusaha memadukan taktik perdagangan berbasis AI dengan kapabilitas kuantum yang sedang berkembang untuk melemahkan perlindungan kriptografi saat ini," terang dalam laporan tersebut.
