Komunitas Stop AI gugat OpenAI, cegah kepunahan manusia

Menurut komunitas Stop AI, ancaman ASI bukan isu lokal, melainkan masalah universal yang menuntut solidaritas internasional.

author photo
A- A+
Komunitas Stop AI melakukan aksi protes di depan kantor OpenAI di San Francisco pada tanggak 18 April 2025 | dok: x/@StopAI_Info
Komunitas Stop AI melakukan aksi protes di depan kantor OpenAI di San Francisco pada tanggak 18 April 2025 | dok: x/@StopAI_Info

Komunitas Stop AI sebagai gerakan perlawanan sipil tanpa kekerasan yang menuntut pelarangan permanen terhadap pengembangan Artificial Superintelligence (ASI), kecerdasan super buatan berhadapan dengan perusahaan OpenAI. 

Stop AI menilai ASI sebagai ancaman eksistensial yang dapat memicu kepunahan manusia, memicu hilangnya pekerjaan secara masif, serta menimbulkan dampak sosial lain yang sulit diprediksi. 

Dari penelusuran topik.id, Sabtu 22 November 2025 di laman resminya stopai.info, kelompok ini menegaskan komitmen moral mereka untuk menghentikan perkembangan teknologi yang dianggap sudah memasuki wilayah berbahaya bagi umat manusia.

"Kami adalah organisasi perlawanan sipil tanpa kekerasan yang berupaya untuk melarang secara permanen pengembangan Kecerdasan Super Buatan (ASI) guna mencegah kepunahan manusia, hilangnya pekerjaan massal, dan banyak masalah lainnya," tulis Stop AI di laman resminya, seperti dilansir topik.id, Sabtu (22/11/2025).

Kasus ini menjadi perhatian publik global setelah tiga anggota Stop AI menghadapi persidangan pertama yang melibatkan aksi protes terhadap pengembangan ASI. Mereka didakwa karena berulang kali memblokir pintu masuk kantor OpenAI, perusahaan yang dipandang sebagai salah satu aktor utama dalam perlombaan global menciptakan ASI. Aksi tersebut dilakukan sebagai bentuk desakan agar pemerintah dan dunia internasional menghentikan semua proyek teknologi ASI.

Sidang terhadap tiga aktivis—Sam Kirchner, Wynd Kaufmyn, dan Guido Reichstadter—dijadwalkan berlangsung pada 21 November di Pengadilan Tinggi San Francisco, 850 Bryant Street. Proses hukum ini menjadi ujian awal bagi batas antara aksi protes sipil dan regulasi keamanan dalam pengembangan AI kelas atas.

Sam Kirchner menegaskan bahwa tindakan mereka bukan sekadar bentuk perlawanan, melainkan wujud kewajiban moral untuk melindungi manusia. Ia menyamakan pengembangan ASI tanpa pengawasan ketat sebagai tindakan yang memungkinkan terjadinya ancaman mematikan bagi kehidupan di bumi, termasuk orang-orang yang ia cintai. Menurutnya, intervensi langsung adalah satu-satunya cara menghentikan laju perkembangan teknologi tersebut.

"Kami bertindak atas kewajiban hukum dan moral kami untuk menghentikan OpenAI mengembangkan Kecerdasan Super Buatan yang setara dengan membiarkan pembunuhan terhadap orang-orang yang saya cintai dan semua orang di bumi," tegas Sam Kirchner dalam sebuah pernyataan persnya.

Sisi ilmiah dari bahaya ASI.

Komunitas Stop AI melakukan aksi protes di depan kantor OpenAI di San Francisco pada tanggak 18 April 2025 | dok: x/@StopAI_Info
Komunitas Stop AI melakukan aksi protes di depan kantor OpenAI di San Francisco pada tanggak 18 April 2025 | dok: x/@StopAI_Info

Sementara itu, Wynd Kaufmyn menyoroti sisi ilmiah dari bahaya ASI. Ia menilai tidak ada cara untuk membuktikan secara eksperimen bahwa ASI akan selamanya aman sebelum teknologi itu benar-benar tercipta. Atas dasar itu, ia mendorong adanya larangan global permanen terhadap semua upaya penelitian dan pengembangan ASI yang berpotensi tak terkendali.

"Sebagai seorang ilmuwan, saya tahu bahwa kita tidak akan pernah bisa mendapatkan bukti eksperimental sebelum membangun ASI yang menunjukkan bahwa ASI akan tetap aman selamanya. Oleh karena itu, kita harus memberlakukan larangan global permanen terhadap semua proyek penelitian dan pengembangan untuk membangunnya," ungkap Wynd Kaufmyn.

Selain itu, Guido Reichstadter menyampaikan seruan global kepada seluruh masyarakat dunia. Ia mengajak publik untuk bergabung dalam aksi langsung tanpa kekerasan sebagai respons cepat untuk menghentikan proyek-proyek pengembangan ASI di mana pun berada. Menurutnya, ancaman ASI bukan isu lokal, melainkan masalah universal yang menuntut solidaritas internasional.

"Kami mengajak seluruh masyarakat dunia untuk bergabung dalam aksi langsung tanpa kekerasan untuk segera menghentikan proyek-proyek ini di mana pun," tutup Guido Reichstadter.

Share:
Premium.
Komentar
Komentar sepenuhnya tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.

Update
Indeks