![]() |
| cover | dok: @interpol |
Penipuan skala global terus meningkat dan menjadi ancaman besar bagi banyak negara, mendorong Majelis Umum Interpol mengadopsi resolusi baru untuk menanganinya.
Resolusi ini menyoroti pusat-pusat penipuan transnasional yang terhubung dengan kejahatan besar lain seperti perdagangan manusia dan eksploitasi. Interpol menegaskan pentingnya langkah terkoordinasi untuk menghadapi fenomena kriminal ini.
Modus penipuan sering dimulai dengan tawaran pekerjaan luar negeri yang menguntungkan, yang ternyata menjebak korban ke jaringan kriminal internasional.
Interpol melaporkan, para korban dipaksa menjalankan beragam skema seperti penipuan suara, asmara, investasi, hingga mata uang kripto. Dampaknya menyasar korban dari berbagai negara tanpa memandang latar belakang.
Tidak semua pekerja dalam pusat penipuan adalah korban perdagangan manusia, namun banyak yang mengalami penyiksaan dan perlakuan tidak manusiawi.
Bentuk kekerasan termasuk pemukulan, eksploitasi seksual, hingga pemerkosaan, menjadikan kasus ini darurat kemanusiaan yang memerlukan respons global. Kondisi tersebut memperburuk trauma fisik dan psikologis para korban.
"Meskipun tidak semua orang yang bekerja di pusat penipuan menjadi korban perdagangan manusia, mereka yang ditahan di sana sering kali mengalami penyiksaan termasuk kekerasan fisik, eksploitasi seksual, penyiksaan, dan pemerkosaan," ungkap Interpol dalam laporan resminya, seperti dilansir topik.id, Minggu (30/11/2025).
Interpol ungkap data dan teknologi canggih.
![]() |
| Intepol temukan 68 korban, 146 pelaku yang diduga terlibat dalam perdagangan manusia, serta ratusan URL dan nama pengguna terkait aktivitas mencurigakan | @interpol |
Resolusi yang diusulkan Republik Korea menekankan bahwa teknologi canggih kini dimanfaatkan untuk memperdaya korban dan menyamarkan jejak kriminal. Sifat jaringan lintas batas yang adaptif membuat pemberantasannya memerlukan kolaborasi negara yang lebih erat. Strategi bersama dianggap penting untuk melumpuhkan operasi.
Rencana aksi global mencakup berbagi intelijen secara real-time, operasi gabungan multinasional, serta penargetan pendanaan ilegal. Protokol penyelamatan korban juga dipertegas untuk memastikan pemulangan dan dukungan jangka panjang bagi mereka. Selain itu, kampanye kesadaran global diarahkan kepada kelompok rentan seperti pemuda dan pencari kerja.
"Berbagi intelijen secara real-time untuk mengidentifikasi pelaku, lokasi, dan modus operandi. Operasi gabungan multinasional yang didukung oleh Interpol. Penargetan pendanaan kriminal dan aset ilegal yang terkait dengan jaringan penipuan. Protokol darurat standar untuk menemukan, menyelamatkan, dan memulangkan korban serta memperluas dukungan bagi korban. Kampanye kesadaran global yang menargetkan kelompok rentan seperti pemuda dan pencari kerja," tulis Interpol dalam laporan resminya.
Sementara itu, Sekretaris Jenderal Interpol, Valdecy Urquiza menegaskan perlunya kolaborasi yang lebih kuat untuk menghentikan jaringan kejahatan ini.
Ia menyebut bahwa pertukaran informasi dan tindakan tegas harus dilakukan tanpa penundaan. Interpol berkomitmen mendorong implementasi resolusi demi melindungi individu yang berisiko tinggi.
"Untuk melawan jaringan kriminal ini secara efektif, kita harus memperkuat kolaborasi, meningkatkan pertukaran informasi, dan bergerak maju dengan tindakan yang terkoordinasi dan tegas," ujar Valdecy Urquiza.
Laporan tren kejahatan terbaru menunjukkan bahwa korban dari lebih dari 60 negara telah diperdagangkan ke pusat penipuan di berbagai wilayah dunia. Operasi besar Interpol pada 2024 berhasil menangkap lebih dari 2.500 pelaku dari 116 negara.
Sejak mengeluarkan Pemberitahuan Ungu pada 2022 dan Pemberitahuan Oranye pada 2023, Interpol terus mengingatkan bahwa penipuan berbasis perdagangan manusia merupakan ancaman global yang mendesak.
"Interpol berkomitmen untuk mendukung implementasi resolusi ini dan bekerja sama dengan negara-negara anggota untuk memisahkan operasi-operasi ini dan melindungi orang-orang yang paling berisiko," tutup Valdecy Urquiza.

