![]() |
Elon Musk | @x |
Dalam pengumuman yang dibuat melalui akun X pribadinya pada Kamis (16/1/2025), Musk secara terbuka mengundang para insinyur perangkat lunak sejati untuk bergabung dengan perusahaannya. Ia meminta para kandidat untuk mengirimkan contoh karya terbaik mereka ke alamat email [email protected] sebagai bukti kemampuan mereka dalam membangun aplikasi yang disebut sebagai "aplikasi segalanya".
"Jika Anda seorang insinyur perangkat lunak sejati dan ingin membangun aplikasi segalanya, silakan bergabung dengan kami dengan mengirimkan karya terbaik Anda ke [email protected]," tulis Musk di akun X miliknya, dikutip Kamis (16/1/2025).
Pendekatan ini menunjukkan bahwa Musk lebih mengutamakan kompetensi dibandingkan latar belakang akademik atau pengalaman kerja di perusahaan besar. “Kami tidak peduli di mana Anda bersekolah atau bahkan apakah Anda bersekolah,” tegasnya dalam unggahan tersebut. Hal ini menandakan bahwa seseorang tetap memiliki peluang besar untuk bergabung dengan X meskipun tidak memiliki gelar formal.
Selama ini, banyak perusahaan teknologi besar yang masih menjadikan latar belakang pendidikan sebagai salah satu syarat utama dalam proses perekrutan. Namun, Musk tampaknya ingin mengubah paradigma ini dengan memberi kesempatan kepada siapa saja yang memiliki keterampilan nyata.
If you’re a hardcore software engineer and want to build the everything app, please join us by sending your best work to [email protected].
— Elon Musk (@elonmusk) January 15, 2025
We don’t care where you went to school or even whether you went to school or what “big name” company you worked at.
Just show us your code.
Dengan pendekatan ini, ia ingin menarik talenta terbaik dari berbagai latar belakang yang mungkin belum mendapatkan kesempatan karena keterbatasan akademik.
"Kami tidak peduli di mana Anda bersekolah atau bahkan apakah Anda bersekolah atau di perusahaan "besar" mana Anda bekerja," tambahnya.
Keputusan Musk ini juga sejalan dengan prinsipnya yang menilai seseorang berdasarkan hasil kerja nyata, bukan sekadar catatan akademik. Pendekatan serupa pernah diterapkan di Tesla dan SpaceX, di mana banyak karyawan direkrut berdasarkan proyek dan inovasi yang telah mereka buat, bukan dari universitas mana mereka berasal.
Banyak pihak menilai langkah Musk ini sebagai strategi yang dapat membuka lebih banyak peluang bagi talenta-talenta berbakat di industri teknologi. Dengan hanya menilai keterampilan berdasarkan karya nyata, X berpotensi mendapatkan para insinyur terbaik yang mungkin sebelumnya terabaikan hanya karena tidak memiliki gelar dari institusi ternama.
Meski demikian, pendekatan ini juga menimbulkan perdebatan di kalangan profesional dan akademisi. Beberapa orang berpendapat bahwa pendidikan formal tetap penting karena memberikan dasar yang kuat dalam pengembangan keterampilan teknis dan pemecahan masalah. Namun, bagi Musk, yang terpenting adalah bukti nyata keahlian, bukan sekadar teori yang dipelajari di bangku kuliah.
"Tunjukkan saja kode Anda," tutupnya.