Scroll untuk melanjutkan membaca.

Mantan peneliti Google DeepMind bikin AI sendiri, pakai logika

Terobosan perintis AGI, sebuah konsep teoritis di mana sistem AI mencapai pembelajaran, persepsi, dan kemampuan kognitif tingkat manusia.

author photo
A- A+
François Chollet | cover: topik.id
François Chollet, mantan peneliti artificial intelligence (AI) di Google DeepMind, meluncurkan laboratorium sains berbasis AI baru yang disebut Ndea, yang menitik beratkan pada artificial general intelligence (AGI) atau kecerdasan umum buatan.

Ndea tengah membangun sistem AI terdepan yang memadukan pengenalan pola intuitif dan penalaran formal ke dalam arsitektur terpadu.
"Ndea sedang membangun sistem AI terdepan yang memadukan pengenalan pola intuitif dan penalaran formal ke dalam arsitektur terpadu," keterangan di laman resmi Ndea, dikutip Minggu (19/1/2025).
Secara sederhana, Chollet menciptakan sistem AI yang berpikir logis untuk memecahkan masalah rumit secara lebih intuitif.

Pola logika, bayangkan seorang pemain catur yang dengan cepat mengenali pola catur umum dan secara naluriah mengetahui strategi terbaik berdasarkan pengalaman catur sebelumnya.
  • Logika : Memahami prinsip-prinsip dasar catur.
  • Intuisi : Cepat menilai, mengadaptasi, dan mengantisipasi strategi catur.
  • Pengalaman : Belajar dari pertandingan catur sebelumnya.
Chollet berfokus pada terobosan perintis dalam kecerdasan umum buatan sebuah konsep teoritis di mana sistem AI mencapai pembelajaran, persepsi, dan kemampuan kognitif tingkat manusia.

"Berbeda dengan semua kehidupan sebelum kita, perkembangan manusia adalah kisah tentang kecerdikan, bukan sekadar evolusi biologis. Kemajuan kita didorong oleh rasa ingin tahu untuk memperoleh pengetahuan, kemampuan untuk menyebarkannya, dan dorongan intrinsik untuk berinovasi. Kita membangun teknologi yang memberi kita daya ungkit di luar biologi kita," terangnya.

Saat ini, percepatan kemajuan ilmiah bergantung pada satu faktor AI yang mampu menciptakan dan menemukan secara mandiri. Kapasitas ini merupakan pintu gerbang menuju kemajuan yang melampaui imajinasi terliar.

AI berbasis pembelajaran mendalam saat ini, meskipun mengesankan dan bernilai ekonomis, pada akhirnya dibatasi oleh ketidakmampuannya untuk belajar dan beradaptasi secara efisien.

"AI unggul dalam tugas-tugas yang diketahui tetapi hancur ketika dihadapkan dengan masalah-masalah yang tidak pasti. AI hanya memantulkan kembali kepada kita pengetahuan, program, dan abstraksi yang ditemukan dalam data pelatihannya. Seperti orang di balik tirai dalam The Wizard of Oz, AI menyembunyikan fakta bahwa kecerdasan umum manusia menciptakan data pelatiha," ungkapnya.

Jika AI tidak dapat beradaptasi secara efisien, ia akan selamanya dibatasi oleh apa yang diajarkan manusia. Untuk memadatkan 100 tahun kemajuan ilmiah ke depan menjadi 50, atau mungkin 10 tahun.

"Kita memerlukan kecerdasan umum, bukan keterampilan khusus tugas. Kita memerlukan komputer yang dapat mengajukan masalah dan menjelajahi wilayah baru, bukan hanya menerapkan solusi yang sudah diketahui. Kita memerlukan komputer yang dapat berinovasi," jelasnya.
Share:
Premium.
Komentar
Komentar sepenuhnya tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.

Update
Indeks