![]() |
Kartu SIM dan ponsel disita oleh pihak berwenang di Malaysia | dok: @interpol |
"Operasi terkoordinasi INTERPOL di 40 negara dan wilayah telah berhasil memulihkan USD 342 juta dalam mata uang yang didukung pemerintah, beserta USD 97 juta dalam aset fisik dan virtual. Operasi HAECHI VI (April - Agustus 2025), menargetkan tujuh jenis kejahatan keuangan berbasis dunia maya: phishing suara, penipuan asmara, pemerasan seksual daring, penipuan investasi, pencucian uang yang terkait dengan perjudian daring ilegal, pembobolan email bisnis, dan penipuan e-commerce," keterangan tertulis laporan resmi Interpol, diterima Kamis (25/9/2025).
Operasi HAECHI VI menyoroti tujuh jenis kejahatan utama yang marak di dunia maya, mulai dari phishing suara, penipuan asmara, pemerasan seksual daring, penipuan investasi, pencucian uang terkait perjudian ilegal, pembobolan email bisnis, hingga penipuan e-commerce. Hasilnya, lebih dari 68.000 rekening bank berhasil diblokir serta hampir 400 dompet kripto dibekukan. Dari jumlah itu, sekitar USD 16 juta teridentifikasi sebagai keuntungan ilegal yang disimpan dalam aset kripto.
Kolaborasi banyak negara.
Sejumlah negara melaporkan temuan penting selama operasi. Di Filipina, otoritas tengah menyelidiki operator permainan lepas pantai (POGO) yang diduga terlibat pencucian uang. Sementara di Makau, Tiongkok, penegak hukum menindak keras pelaku penipuan identitas di platform pembayaran daring populer, dengan sejumlah perangkat elektronik disita dan pelaku ditangkap.
Aksi serupa terjadi di Brasil, di mana aparat melancarkan operasi membongkar skema penipuan perbankan elektronik berskala besar. Di Portugal, sindikat yang mengalihkan dana jaminan sosial untuk keluarga rentan berhasil digulung. Total 45 tersangka ditangkap setelah terbukti mencuri sekitar USD 270.000 dari ratusan korban dengan mengakses akun sosial secara ilegal.
Kasus besar juga terungkap di Thailand, ketika Kepolisian Kerajaan menyita aset curian senilai USD 6,6 juta. Dana tersebut berasal dari penipuan pembobolan email bisnis terhadap perusahaan besar Jepang. Modusnya, kelompok kriminal transnasional yang beranggotakan warga Thailand dan Afrika Barat menciptakan mitra bisnis palsu di Bangkok untuk mengalihkan dana.
Sementara itu, mekanisme Intervensi Cepat Pembayaran Global (I-GRIP) yang diluncurkan Interpol tahun 2022 terbukti efektif. Misalnya, Badan Kepolisian Nasional Korea bersama otoritas Uni Emirat Arab berhasil memulihkan USD 3,91 juta yang sempat dikirim ke rekening ilegal di Dubai. Dana tersebut berasal dari penipuan dokumen pengiriman yang menjerat perusahaan baja Korea. Berkat komunikasi cepat, uang curian bisa dicegat dan dikembalikan sepenuhnya.
Menurut Theos Badege, Direktur sementara Pusat Kejahatan Keuangan dan Anti-Korupsi Interpol, hasil HAECHI VI membuktikan bahwa dana dari penipuan masih bisa dipulihkan. Ia menegaskan kerja sama global menjadi kunci dalam melindungi masyarakat dan menjaga stabilitas sistem keuangan dunia. Badege juga mendorong lebih banyak negara bergabung dalam upaya ini untuk menciptakan dampak nyata.
"Meskipun banyak orang percaya bahwa dana yang hilang akibat penipuan dan tindak penipuan seringkali tidak dapat dikembalikan, hasil operasi HAECHI menunjukkan bahwa pemulihan memang memungkinkan. Sebagai salah satu operasi kejahatan keuangan andalan Interpol, HAECHI adalah contoh utama bagaimana kerja sama global dapat melindungi masyarakat dan menjaga sistem keuangan. Kami mendorong lebih banyak negara anggota untuk bergabung dalam upaya kolektif ini, sehingga dapat tercipta perubahan yang berarti dalam perang melawan kejahatan siber," ungkapnya.
Senada dengan itu, Lee Jun Hyeong, Kepala Biro Pusat Nasional Interpol Korea, menekankan bahwa operasi ini menunjukkan kekuatan aksi global terpadu. Korea Selatan sendiri disebut menjadi garda terdepan dalam menghentikan aliran keuangan ilegal. Menurutnya, kolaborasi yang berkelanjutan dengan Interpol akan menjadi senjata penting menghadapi lanskap kejahatan siber yang terus berkembang.
"Operasi HAECHI telah berulang kali menunjukkan kekuatan aksi global terpadu dalam memberantas kejahatan keuangan berbasis siber. Republik Korea telah menjadi garda terdepan dalam kerja sama internasional dengan menghentikan aliran keuangan ilegal dan menangkap pelaku utama. Kami akan terus memperkuat kemitraan dengan Interpol dan penegak hukum global untuk merespons lanskap kejahatan yang terus berkembang secara proaktif dan berkelanjutan.
Operasi HAECHI VI mendapat dukungan finansial dari Republik Korea. Negara dan wilayah yang terlibat pun sangat beragam, mulai dari Asia, Eropa, hingga Amerika. Di antaranya Albania, Argentina, Brasil, Kanada, Tiongkok, India, Jepang, Malaysia, Portugal, Afrika Selatan, Inggris Raya, hingga Amerika Serikat.