![]() |
Presiden Direktur ITSEC Asia, Patrick Dannacher | topik.id |
ITSEC Asia menyoroti bahwa risiko ini bukan hanya soal teknologi, melainkan menyangkut kepercayaan pasar, stabilitas finansial, dan reputasi lembaga. Dari deteksi dini hingga budaya ketahanan siber, penguatan pertahanan digital kini menjadi kebutuhan mendesak agar industri keuangan mampu menjaga kepercayaan publik sekaligus membangun pondasi pertumbuhan yang lebih aman di masa depan.
Aktivitas peretasan semacam ini berpotensi mengganggu performa sistem, mencuri data sensitif, serta merusak reputasi organisasi perusahaan, sehingga kepercayaan publik terhadap lembaga keuangan ikut menurun.
Sebagai perusahaan keamanan siber terkemuka di Indonesia, ITSEC Asia menegaskan bahwa melindungi data keuangan bukan hanya urusan teknologi, tapi juga soal menjaga kepercayaan pasar. Satu insiden saja dapat mengganggu transaksi, mengurangi kepercayaan investor, dan berimbas pada stabilitas keuangan.
Presiden Direktur ITSEC Asia, Patrick Dannacher mengatakan Ketahanan siber akan tercapai secara menyeluruh apabila menjadi bagian dari budaya organisasi perusahaan, bukan sekadar infrastruktur teknis. Ketahanan siber hanya dapat terwujud melalui tingkat kesiapan yang memadai.
"Insiden siber saat ini bukan lagi pertanyaan 'jika terjadi', melainkan 'kapan akan terjadi'. Kejadian yang terjadi baru-baru ini mengingatkan kita bahwa ketahanan siber hanya dapat terwujud melalui tingkat kesiapan yang memadai. Institusi keuangan perlu berinvestasi pada sistem deteksi dini, melatih tim agar mampu mengidentifikasi risiko dengan cepat, serta menyiapkan rencana respons yang dapat dijalankan dalam hitungan menit, bukan hari. Ketahanan siber akan tercapai secara menyeluruh apabila menjadi bagian dari budaya organisasi, bukan sekadar infrastruktur teknis." jelas Patrick kepada topik.id, Selasa (23/9/2025).
ITSEC Asia merekomendasikan tiga langkah utama bagi institusi keuangan. Pertama, pemantauan berkelanjutan dan deteksi dini agar aktivitas mencurigakan segera teridentifikasi. Kedua, meningkatkan kesadaran dan pelatihan staf, karena banyak kasus peretasan berawal dari kelengahan manusia.
Ketiga, menerapkan pembaruan sistem rutin dan autentifikasi berlapis untuk menutup celah keamanan. Langkah sederhana namun konsisten bisa sangat membantu, sementara teknologi modern yang canggih seperti pemantauan berbasis kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) dapat memberikan perlindungan ekstra terhadap penipuan dan pencurian data.
Kasus ini juga bisa jadi momentum bagi industri untuk memperkuat pertahanan dan menunjukkan komitmen lebih serius dalam melindungi investor. Dengan investasi pada sistem dan kesadaran sejak sekarang, organisasi perusahaan bisa menyiapkan pondasi pertumbuhan yang lebih aman di masa depan.
Sebagai bagian dari komitmennya untuk menjadi perusahaan keamanan siber yang terdepan, ITSEC Asia juga akan hadir di Cybersecurity World Asia (CSWA) pada 8–9 Oktober 2025 serta GovWare pada 21–23 Oktober 2025 di Singapura.
"Untuk berbagi wawasan serta mempererat kolaborasi dalam membangun pertahanan digital yang lebih tangguh di kawasan," tutupnya.