Industri film soroti aplikasi AI Sora 2, OpenAI lalai jaga hak cipta?

Sam Altman meminta publik untuk memahami laju perubahan yang sangat cepat dalam pengembangan Sora.

author photo
A- A+
CEO OpenAI, Sam Altman | cov: topik.id

Rilis Sora 2 oleh OpenAI picu reaksi keras dari berbagai kalangan industri kreatif, termasuk Motion Picture Association (MPA). Ketua dan CEO MPA, Charles Rivkin menegaskan bahwa penyebaran video yang melanggar hak cipta di platform OpenAI serta media sosial menunjukkan lemahnya pengawasan terhadap konten yang dihasilkan oleh sistem tersebut. Ia menyebut, fenomena ini bukan sekadar tantangan teknis, tetapi persoalan hukum yang menuntut tanggung jawab jelas dari pihak pengembang.

Menurut Rivkin, sejumlah video yang meniru film, acara, dan karakter milik anggota MPA telah beredar luas tanpa izin. Hal ini menimbulkan kekhawatiran serius tentang bagaimana teknologi generatif dapat disalahgunakan untuk menggandakan atau memodifikasi karya berhak cipta. Meskipun OpenAI telah menyatakan akan segera memberikan kendali lebih besar kepada pemegang hak cipta, MPA menilai langkah tersebut belum cukup.

Rivkin menegaskan bahwa mencegah pelanggaran hak cipta bukan tugas pemegang hak cipta semata, melainkan tanggung jawab utama penyedia layanan seperti OpenAI. Ia menuntut tindakan tegas dan segera untuk mengatasi penyalahgunaan Sora 2, agar hak-hak kreator tetap terlindungi. 

"Sejak Sora 2 dirilis, video yang melanggar hak cipta film, acara, dan karakter anggota kami telah tersebar luas di layanan OpenAI dan di media sosial. Meskipun OpenAI  mengklarifikasi  bahwa mereka akan 'segera' menawarkan pemegang hak cipta lebih banyak kendali atas pembuatan karakter, mereka harus mengakui bahwa mencegah pelanggaran hak cipta pada layanan Sora 2 tetap menjadi tanggung jawab mereka, bukan pemegang hak cipta," tegas Ketua dan CEO MPA, Charles Rivkin dalam pernyataan resminya, seperti dilansir Minggu (12/10/2025).

Pernyataan tersebut dari kekhawatiran yang lebih luas di industri hiburan terhadap pesatnya perkembangan kecerdasan buatan generatif. Teknologi seperti Sora 2 memungkinkan pengguna membuat video dengan kualitas sinematik.

Namun tanpa sistem perlindungan yang kuat, hasilnya bisa menimbulkan pelanggaran skala besar. Industri film melihat hal ini sebagai ancaman langsung terhadap keberlangsungan ekonomi kreatif global.

MPA telah lama menjadi garda depan dalam melindungi karya para pembuat film dan produser di seluruh dunia. Melalui berbagai inisiatif hukum dan advokasi, asosiasi ini berupaya memastikan bahwa perkembangan teknologi berjalan sejalan dengan perlindungan hak cipta. 

Rivkin menilai, kolaborasi antara pengembang AI dan industri hiburan menjadi kunci agar inovasi tidak mengorbankan etika dan hukum, hak cipta yang mapan melindungi hak-hak kreator.

"OpenAI perlu mengambil tindakan segera dan tegas untuk mengatasi masalah ini. Hukum hak cipta yang mapan melindungi hak-hak kreator dan berlaku di sini," mintanya.

Sebagai organisasi yang mewakili studio besar seperti Netflix, Disney, Warner Bros. Discovery, dan Universal, MPA menegaskan komitmennya untuk membela para pendongeng dan kreator di semua platform. Bagi MPA, teknologi harus menjadi alat yang memperkuat kreativitas, bukan melemahkan hak kepemilikan atas karya. Perlindungan hukum menjadi fondasi agar industri tetap sehat dan berkelanjutan.

"MPA berperan sebagai suara dan advokat terdepan bagi industri film, video rumahan, dan televisi. MPA bekerja di seluruh dunia untuk memajukan industri kreatif, melindungi konten anggotanya di semua layar, membela kebebasan kreatif dan artistik para pendongeng, dan mendukung model distribusi inovatif yang menghadirkan perluasan pilihan tontonan bagi penonton di seluruh dunia," tutupnya.

OpenAI merespons kerasnya kritik.

CEO OpenAI, Sam Altman | cov: topik.id

Terpisah, sebelumnya OpenAI merespons kerasnya kritik yang datang terhadap aplikasi video AI terbarunya, Sora, yang dianggap bermasalah dalam hal hak cipta. Pada Jumat lalu, perusahaan mengumumkan pembaruan kebijakan yang memberikan pemegang hak cipta kontrol lebih besar atas bagaimana karakter digunakan. Selain itu, OpenAI juga berjanji akan berbagi pendapatan dengan pihak yang mengizinkan penggunaan karakter dalam video buatan AI.

Keputusan ini muncul hanya beberapa hari setelah Sora resmi diluncurkan ke publik. Meski mendapat sambutan besar, aplikasi tersebut langsung menuai protes dari kalangan Hollywood. Kritik utama diarahkan pada pendekatan awal OpenAI yang menggunakan sistem “opt-out”, di mana pemilik hak cipta harus secara aktif meminta penghapusan konten jika tidak ingin karakternya dipakai. Pendekatan ini dinilai merugikan karena membebani kreator untuk melindungi karya.

Dalam sebuah pernyataan yang dirilis lewat blog pribadinya, CEO OpenAI Sam Altman menjelaskan bahwa perubahan ini merupakan hasil dari masukan berbagai pihak, termasuk pengguna, studio, dan kelompok pemegang hak cipta. Altman mengakui bahwa meskipun perdebatan soal kebijakan ini telah dipertimbangkan lama sebelum peluncuran, pengalaman nyata setelah Sora dirilis membuat perusahaan bisa lebih cepat mengambil langkah nyata.

Altman menyebut ada dua perubahan utama yang segera diberlakukan. Pertama, pemegang hak cipta akan diberi kendali yang lebih rinci terkait bagaimana karakter bisa digunakan. Model ini digambarkan mirip dengan sistem opt-in, tetapi dengan tambahan fleksibilitas. Dengan begitu, pemilik karakter dapat memilih apakah karyanya boleh digunakan, dibatasi penggunaannya, atau bahkan tidak digunakan sama sekali.

"Pertama, kami akan memberikan pemegang hak cipta kendali yang lebih terperinci atas pembuatan karakter, mirip dengan model opt-in untuk kemiripan tetapi dengan kendali tambahan," tulis Sam di blog pribadinya, seperti dilansir Sabtu (4/10/2025).

Ia juga menyinggung potensi Sora sebagai wadah untuk jenis baru 'fanfiction interaktif'. Banyak pemegang hak cipta yang melihat peluang dari fenomena ini karena membuka cara baru bagi penggemar untuk berinteraksi dengan karakter favorit. 

Namun, Altman menekankan pentingnya memberikan standar yang jelas, sambil tetap membiarkan setiap pemegang hak cipta menentukan kebijakan masing-masing. Menariknya, ia secara khusus menyoroti apresiasi terhadap karya kreatif Jepang yang dinilai punya hubungan sangat kuat dengan penggunanya.

Perubahan kedua terkait dengan monetisasi. Menurut Altman, banyak pengguna menghasilkan konten dalam jumlah lebih besar dari perkiraan awal, meski audiensnya relatif kecil. 

Untuk itu lanjutnya, OpenAI akan mencoba berbagi pendapatan dengan pemegang hak cipta yang karakternya digunakan dalam video. Skema ini masih dalam tahap percobaan dan akan terus diiterasi, tetapi tujuan akhirnya adalah memberikan manfaat ganda, baik dari bagi hasil maupun dari bentuk keterlibatan kreatif yang lebih luas.

"Kedua, kami harus menghasilkan uang untuk pembuatan video. Orang-orang menghasilkan jauh lebih banyak daripada yang kami harapkan per pengguna, dan banyak video dibuat untuk audiens yang sangat kecil. Kami akan mencoba berbagi sebagian dari pendapatan ini dengan pemegang hak cipta yang ingin karakter mereka dibuat oleh pengguna. Model pastinya akan membutuhkan beberapa kali uji coba untuk menentukannya, tetapi kami berencana untuk segera memulainya. Harapan kami adalah jenis keterlibatan baru ini bahkan lebih berharga daripada bagi hasil, tetapi tentu saja kami ingin keduanya bernilai," ungkapnya.

Sam Altman juga meminta publik untuk memahami laju perubahan yang sangat cepat dalam pengembangan Sora. Ia mengibaratkan situasi ini dengan masa-masa awal ChatGPT, di mana keputusan cepat, kesalahan, dan perbaikan harus berjalan hampir bersamaan. OpenAI, kta Altman, berkomitmen untuk terus menerima masukan, memperbaiki kebijakan, dan memastikan standar baru ini nantinya bisa diterapkan konsisten di seluruh produk.

"Harap maklumi tingkat perubahan yang sangat tinggi dari kami; hal ini mengingatkan saya pada masa-masa awal ChatGPT. Kami akan membuat beberapa keputusan yang baik dan beberapa kesalahan, tetapi kami akan menerima masukan dan berusaha memperbaikinya dengan sangat cepat. Kami berencana untuk melakukan iterasi pada berbagai pendekatan di Sora, tetapi kemudian menerapkannya secara konsisten di seluruh produk kami," harapnya.

Share:
Premium.
Komentar
Komentar sepenuhnya tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.

Update
Indeks