![]() |
| cover | @interpol |
Kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) kini menjadi alat yang semakin sering dimanfaatkan untuk kejahatan siber. Kemampuannya meniru suara, wajah, bahasa, hingga perilaku manusia membuatnya ideal untuk menciptakan penipuan digital yang sulit dibedakan dari yang asli. Dari deepfake hingga pesan phishing superrealistis, AI telah mengubah skala dan kecepatan serangan di dunia maya.
Dalam laporan terbaru Interpol berjudul "Sorotan Inovasi Kejahatan Dunia Maya" merincikan berbagai jenis serangan yang kini dikembangkan menggunakan teknik berbasis AI, termasuk phishing polimorfik, cara mengirim ribuan versi email palsu dengan variasi kecil agar lolos dari filter keamanan. AI juga membantu menghasilkan malware otomatis, menginfeksi model AI yang sah dengan data berbahaya, dan bahkan menciptakan bukti palsu untuk mengacaukan proses hukum. Singkatnya, teknologi ini memberi penjahat siber keunggulan baru: otomatisasi, anonimitas, dan efisiensi.
Koordinator Operasi Kejahatan Siber, Direktorat Kejahatan Siber Interpol, Rose Bernard mengungkapkan mungkin tidak selalu menang dalam permainan AI, tetapi bersama mitra dan negara-negara anggota, pihaknya dapat mengambil tindakan untuk membuat para penjahat siber kalah.
"Kita perlu bekerja sama erat dengan negara-negara anggota kita untuk melacak ancaman AI dan mengadaptasi teknik investigasi dan pengumpulan bukti kita, tetapi jangan sampai terbutakan oleh teknologi," kata Rose Bernard, dalam pernyataan resminya, seperti dilansir Minggu (19/10/2025).
Namun, penegak hukum di berbagai negara mulai menyesuaikan strategi. Interpol dan jaringan kepolisian internasional mengembangkan pendekatan berbasis AI untuk mendeteksi ancaman dan mempercepat investigasi. Langkah ini bukan soal mengikuti tren, tetapi kebutuhan untuk melawan serangan dengan kecerdasan yang setara. Pendekatan itu mencakup sistem analisis otomatis, pengumpulan data lintas negara, dan penggunaan model AI untuk memprofilkan pola serangan digital.
"Kita perlu menyadari bahwa, secara operasional, kejahatan tidak berubah, para penjahat hanya menggunakan alat baru dan dalam lima tahun mereka akan menggunakan alat yang berbeda. Ada yang mengatakan memerangi kejahatan siber adalah permainan yang merugikan bagi penegak hukum, tetapi saya lebih optimis," ungkapnya.
Melawan AI dengan AI.
Sebagai studi kasus, Kepolisian Hong Kong, misalnya, telah menjalankan Project Rapid, sistem yang memakai AI untuk menemukan dan menutup situs phishing lebih cepat dari sebelumnya. Dari satu laporan URL, algoritma dapat menelusuri situs-situs lain yang punya pola serupa, baik dari sisi desain, hosting, maupun tanggal pembuatan. Dengan cara itu, situs penipuan bisa dihapus sebelum menelan lebih banyak korban.
Program tersebut kemudian berkembang menjadi Operation Rapid Strike, kolaborasi lintas negara di bawah koordinasi Interpol. Data yang dikumpulkan dari Hong Kong dianalisis untuk menemukan tren serangan global dan dibagikan ke negara lain yang berpotensi menghadapi pola serupa. Ini menandai pergeseran besar dalam cara penegak hukum menangani kejahatan siber, dari reaktif menjadi prediktif.
Meski begitu, beberapa pakar mengingatkan bahwa AI bukan solusi ajaib. Teknologi ini tetap bisa disalahgunakan, bahkan oleh lembaga penegak hukum sendiri, jika tanpa pengawasan dan regulasi ketat. Tantangan terbesar bukan hanya pada kemampuan teknis, melainkan pada etika dan transparansi penggunaan AI di sektor keamanan. Keseimbangan antara efisiensi investigasi dan hak privasi warga menjadi isu yang tidak bisa dihindari.
Serangan siber berbasis AI ini menunjukkan dua sisi dari kemajuan teknologi. Di satu sisi, AI mempermudah kejahatan yang makin sulit dilacak. Di sisi lain, ia juga memberi peluang untuk melacak kejahatan dengan presisi yang sama tinggi. Siapa yang unggul, penjahat atau penegak hukum akan bergantung pada seberapa cepat masing-masing pihak belajar, beradaptasi, dan menyeimbangkan kekuatan antara teknologi dan tanggung jawab.
“Kita mungkin tidak selalu menang dalam permainan AI, tetapi bersama mitra dan negara-negara anggota kita, kita dapat mengambil tindakan untuk membuat para penjahat kalah," tutupnya.
