Tiongkok menyelesaikan pembangunan proyek pusat data bawah air, underwater data center (UDC) bertenaga angin pertama di dunia di Kota Shanghai, Tiongkok timur, yang menjadi tolok ukur dalam hal pengembangan infrastruktur komputasi ramah lingkungan.
Berlokasi di Kawasan Khusus Lin-gang, Zona Perdagangan Bebas Percontohan Tiongkok (Shanghai), proyek UDC ini menerima investasi sebesar 1,6 miliar yuan (sekitar 226 juta dolar AS) dan memiliki total kapasitas daya sebesar 24 megawatt, menurut komite administratif Kawasan Khusus Lin-gang.
"Proyek bawah laut ini dirancang untuk menggunakan lebih dari 95 persen listrik hijau, mengurangi konsumsi daya hingga 22,8 persen, serta penggunaan air dan daratan masing-masing hingga 100 persen dan lebih dari 90 persen," kata Su Yang, manajer umum Shanghai Hicloud Technology, yang merupakan salah satu kontraktor proyek, seperti dilansir topik.id, Minggu (9/11/2025).
Konsumsi energi untuk pendinginan di pusat data konvensional mencapai sekitar 40 hingga 50 persen dari total konsumsi energi. Dengan memanfaatkan air laut sebagai sistem pendingin alami, UDC ini dapat mengurangi proporsinya hingga di bawah 10 persen.
Seluruh proyek akan dibangun dalam dua tahap. Tahap pertama, yang telah selesai, dirancang untuk mencapai efektivitas penggunaan daya (PUE) tidak lebih tinggi dari 1,15, yang merupakan standar industri tingkat lanjut. PUE adalah ukuran seberapa efisien pusat data menggunakan dayanya. Semakin rendah PUE, semakin ramah lingkungan pusat data tersebut.
Berdasarkan kebijakan pembangunan hijau untuk pusat data yang dikeluarkan pemerintah Tiongkok pada tahun 2024, semua pusat data besar dan mega yang baru atau yang telah direnovasi harus mencapai PUE di bawah 1,25 pada akhir tahun 2025. Untuk proyek pusat data di simpul hub nasional, standar PUE tidak lebih tinggi dari 1,2.