![]() |
| Kantor Otoritas Moneter Singapura, 10 Shenton Way MAS Building, Singapore, 079117, SG | dok: mas.gov.sg |
Otoritas Moneter Singapura, Monetary Authority of Singapore (MAS) merilis dokumen konsultasi publik yang mengusulkan pedoman baru untuk manajemen risiko kecerdasan buatan, artificial intelligence (AI) di sektor keuangan.
Pedoman ini dirancang untuk memastikan lembaga keuangan dapat mengadopsi AI secara aman, bertanggung jawab, dan terukur, seiring meningkatnya pemanfaatan teknologi tersebut dalam layanan finansial.
Dalam dokumen tersebut, MAS menyatakan bahwa pedoman akan berlaku untuk seluruh lembaga keuangan, tanpa kecuali. Aturan ini mencakup ekspektasi pengawasan dari otoritas, penguatan sistem manajemen risiko AI, serta pedoman bagi institusi dalam mengembangkan kebijakan internal yang mampu mengantisipasi risiko berbasis teknologi.
Wakil Direktur Pelaksana MAS, Ho Hern Shin, menjelaskan pengawasan dan tata kelola yang kuat sangat penting untuk menjaga integritas sistem keuangan di tengah adopsi AI yang semakin meluas.
"Pedoman Manajemen Risiko AI yang diusulkan memberikan ekspektasi pengawasan yang jelas untuk membantu lembaga keuangan memanfaatkan AI dalam operasional mereka," kata Ho Hern Shin dalam keterangan tertulisnya diterima topik.id, Jumat (14/11/2025).
MAS juga menyoroti bahwa risiko yang muncul dari penggunaan AI dapat sangat bervariasi, tergantung pada skala operasi, kompleksitas model, dan intensitas penggunaan teknologi oleh masing-masing lembaga keuangan. Karena itu, pedoman ini disusun agar dapat diterapkan secara proporsional, menyesuaikan profil risiko dan kebutuhan setiap institusi. Pendekatan ini memungkinkan lembaga kecil maupun besar tetap mematuhi standar, tanpa beban yang tidak proporsional terhadap kapasitas mereka.
Pedoman tersebut mencakup area penting seperti tata kelola risiko AI di tingkat direksi dan manajemen senior. MAS menegaskan bahwa pimpinan institusi keuangan wajib memberikan pengawasan langsung, menetapkan kerangka kerja yang konsisten, dan memastikan adanya budaya manajemen risiko yang kuat. Pengawasan aktif dari pimpinan diharapkan menjadi fondasi utama agar penggunaan AI tetap sesuai tujuan dan tidak berisiko bagi pelanggan maupun stabilitas sistem.
Aspek teknis juga menjadi fokus utama pedoman ini. MAS meminta setiap lembaga keuangan untuk memiliki inventaris AI yang lengkap dan selalu diperbarui, proses identifikasi penggunaan AI di seluruh organisasi, serta penilaian materialitas risiko yang mempertimbangkan tingkat dampak, kompleksitas, dan ketergantungan. Dengan demikian, lembaga diharapkan mampu memetakan potensi risiko secara lebih akurat dan menyesuaikan langkah mitigasi yang tepat.
"Pedoman yang proporsional dan berbasis risiko ini memungkinkan inovasi yang bertanggung jawab bagi lembaga keuangan yang menerapkan pengamanan yang diperlukan untuk mengatasi risiko-risiko utama terkait AI," tambah Ho Hern Shin.
MAS mengatur perlunya kontrol menyeluruh pada seluruh siklus hidup AI, mulai dari manajemen data, keadilan sistem, transparansi, kapasitas penjelasan (explainability), keterlibatan manusia (human oversight), hingga evaluasi, pemantauan, dan manajemen perubahan.
Institusi keuangan juga diminta memastikan kemampuan internal dan sumber daya manusia memadai untuk mengelola teknologi AI sesuai standar keamanan dan etika yang ditetapkan.
Pedoman ini disusun berdasarkan tinjauan tematik MAS terhadap penggunaan AI di bank-bank besar selama 2024 serta diskusi dengan pelaku industri. MAS membuka peluang bagi publik, termasuk pelaku industri dan akademisi, untuk memberikan masukan hingga 31 Januari 2026.
Melalui proses konsultasi ini, Singapura berharap dapat membentuk kerangka regulasi AI yang kuat namun tetap mendorong inovasi, menjadikan negara tersebut sebagai pusat keuangan digital yang aman dan kompetitif.
