![]() |
| cover | topik.id |
Malware canggih menyebar di negara tetangga Republik Indonesia (RI), yaitu Singapura, hal itu dilaporkan Kepolisian Singapura yang mengeluarkan imbauan penting terkait meningkatnya kasus penipuan berbasis malware yang melibatkan layanan seksual online.
Laporan resmi Kepolisian Singapura merincikan, sejak November 2025, laporan masyarakat menunjukkan pola kejahatan yang semakin terstruktur. Total kerugian yang tercatat telah mencapai setidaknya SG$20.000.
Dalam modus ini, para penipu biasanya memulai aksinya melalui platform media sosial seperti TikTok atau Instagram Threads. Mereka menawarkan layanan seksual daring untuk memancing perhatian calon korban. Pendekatan awal ini sering dilakukan dengan akun palsu yang tampak meyakinkan.
Untuk melancarkan aksinya, penipu kemudian meminta korban mengunduh aplikasi tertentu dengan alasan memulai panggilan video. Padahal, aplikasi tersebut berisi malware berbahaya. Malware ini dirancang untuk memberikan akses jarak jauh ke perangkat korban.
"Dalam jenis penipuan ini, korban akan menerima tawaran layanan seksual daring melalui platform media sosial seperti TikTok atau Instagram Threads. Penipu kemudian akan menipu korban untuk mengunduh aplikasi berbahaya dengan dalih memulai panggilan video," tulis Kepolisian Singapura dalam laporan resminya, seperti dilansir topik.id, Kamis (4/12/2025).
Setelah berhasil menginfeksi perangkat, malware memungkinkan penipu melihat galeri foto dan daftar kontak korban. Data ini kemudian dimanfaatkan untuk memperkuat ancaman. Penipu dapat mengambil konten sensitif tanpa sepengetahuan korban.
Dalam beberapa kasus, penipu merekam korban saat melakukan tindakan seksual selama panggilan video yang telah mereka rekayasa. Materi sensitif itu kemudian dijadikan alat pemerasan. Korban diancam agar mentransfer sejumlah uang untuk mencegah penyebaran foto atau video tersebut.
"Malware ini memungkinkan penipu untuk mengakses galeri foto dan daftar kontak korban dari jarak jauh di perangkat mereka. Setelah berhasil mengambil gambar korban yang sedang melakukan tindakan seksual selama panggilan video atau mengambil konten yang membahayakan dari galeri foto korban, penipu akan mengancam untuk mengirimkan foto-foto tersebut ke kontak korban, kecuali korban mentransfer uang kepada penipu," ungkap dalam laporan itu.
Metode pemerasan ini membuat korban merasa terpojok dan takut reputasinya rusak. Banyak kasus yang tidak dilaporkan karena korban merasa malu atau khawatir. Inilah yang membuat para pelaku terus mengeksploitasi celah psikologis tersebut.
Kepolisian Singapura menegaskan pentingnya kewaspadaan serta melaporkan setiap upaya pemerasan. Masyarakat diminta tidak menuruti tuntutan penipu dan segera menghubungi pihak berwajib.
"Kepolisian ingin mengingatkan masyarakat untuk segera membuat laporan polisi jika ada yang mencoba memeras uang dari Anda," imbau dalam laporan tersebut.
.webp)